Lihat ke Halaman Asli

Titik Awal Perang PSSI

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kenapa saya menyebut ini perang? karena memang dalam kepengurusan PSSI saat ini termasuk kita di arus bawah sebagai suporter digiring untuk terpecah belah antara dua kubu. Era Nurdin sudah tidak ada jadi kubu yang ada sekarang bukan kubu ketua PSSI lagi tapi kepada kubu yang lebih besar dari itu, Arifin Panigoro dan Bakrie Brothers. Apakah kita akan melihat dengan mata telanjang kenyataan yang sebenarnya dari sepakbola Indonesia yang dikendalikan oleh "orang luar" PSSI yaitu orang-orang yang membiayai kehidupan para pengurus PSSI itu... jaman Nurdin, Bakrie Brothers adalah penguasa sepakbola Indonesia... semua keinginan pengurus pasti dikabulkan, hingga ke Uruguay pun pasti dibiayai.

Setelah Nurdin lengser, giliran Djohar sebagai "peliharaan" Arifin Panigoro untuk menguasai PSSI. Karena proses pemilihan ketua PSSI sangat alot, Djohar "menjual jiwa" kepada Arifin Panigoro agar dikabulkan untuk menjadi ketua PSSI. Alhasil keinginannya itu mendapat restu, dengan syarat dan ketentuan berlaku (iklan banget). Pastinya menurut AP kebaikannya tidak mungkin gratis... kalau sudah jadi ketua PSSI, Djohar kehilangan indera penglihatan, pendengaran dan suara (diganti echo/gema) apa yang keluar dari mulut Djohar adalah suara AP.

Sudah jelaskan, apa yang menjadi titik awal perang di tubuh PSSI itu? setelah pemerintahan Agum Gumilar yang notabene lulusan militer... tidak ada ketua PSSI yang netral padahal yang megang orang sipil... apakah perlu dikembalikan kembali ke militer kepengurusan PSSI ini? ah belum tentu juga, buktinya Limbong walau ada didalam PSSI malah jadi "Herder" AP, suka menggonggong mau diusik maupun tidak gonggongannya itu yang nggak tahan (menang terus...) bahkan sempat jadi calo paspor yang nggak kelar-kelar itu paspor Greg berbulan-bulan, paspor saya saja selesai tuh nggak lebih seminggu.

kalau ada yang menyebut kongres Bali sebagai pangkal kisruh... lihatlah ke belakang... pangkal kisruhnya ya sejak jaman Nurdin alias setelah Agum tidak ada pemimpin PSSI yang mumpuni dan independen berjuang untuk negara... Nurdin dan Djohar sama-sama boneka!

Hari ini kita tidak butuh reformasi lagi tapi revolusi! apa artinya... kita kosongkan itu isi kantor PSSI kemudian kita ganti dengan pilihan kita... pemilu di PSSI lebih ribet daripada pemilu Presiden... makanya jangan main-main seperti kemarin sebagai suporter kita dipermainkan oleh opini media...

ada beberapa opsi yang harus dipilih kita semua sebagai komponen dari persepakbolaan Indonesia:

1. Pengurus PSSI kembali duduk bersama dengan klub-klub yang ada di ISL dan IPL, membahas jalan yang terbaik, biar netral kembali, surutkan masalah dualisme kompetisi pada awalnya... hapus pengelola kompetisi yang terakhir (PT LPIS) kemudian dikembalikan pada pengelola sebelumnya (PT LI), kalau nanti PSSI mau ganti pengelola ya rapatnya di kongres kedepan...

2. bila tidak bisa, berarti pengurus PSSI legowo untuk lengser karena tidak mampu mengatasi kekisruhan bahkan menciptakan kekisruhan baru

3. bila tidak bisa poin 2, maka KLB adalah hal yang pantas untuk membasmi "jurig" yang gentayangan di kantor PSSI

4. bila tidak bisa poin 3, maka rakyat negara sepakbola Indonesia melakukan revolusi dengan mengeluarkan pengurus PSSI yang membandel secara paksa... boikot semua produk PSSI (kaya boikot Israel saja) haram memakai produk PSSI selama PSSI menjajah hati suporter. apa perlu didoakan kualat mereka? hehehe.... ga usah...

5. bila tidak bisa poin 4, FIFA membentuk komite normalisasi kembali untuk melaksanakan KLB

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline