Lihat ke Halaman Asli

Marcos, Suharto dan Khaddafi (Gaddafy)

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika masih berkuasa Suharto sering sekali disamakan dengan Ferdinand Marcos dari Filipina dimana Ferdinand adalah Presiden Filipina yang korup, mengeruk uang rakyat untuk memperkaya diri sendiri. Hingga suatu ketika dia terusir dari Filipina setelah peristiwa people power yang menggulingkan kekuasaannya. Marcos terasing diluar negeri hingga ajal menjemput, walaupun Imelda Marcos masih bisa kembali kenegaranya... mungkin mendapat ampunan dari negara yang saat itu dipimpin Presiden Corazon Aquino (istri mantan presiden yang digulingkan Marcos). Imelda menikmati kebebasan kembali di negaranya bahkan bisa berpartisipasi aktif di masyarakat, perlu diingat Imelda adalah First Lady kolektor sepatu... koleksinya tersiar ribuan pasang (saat suaminya menjabat). Apa sama Suharto dengan Marcos? Untuk akhir cerita kekuasaannya mungkin sedikit mirip bedanya disini namanya Reformasi. Marcos dibenci rakyatnya bahkan mungkin tidak ada rakyat yang mau mengunjungi makamnya. Adapun Suharto, pemimpin karismatik yang kiprahnya di Indonesia tidak dapat dilupakan begitu saja. Bahkan upacara pemakamannya adalah acara kenegaraan, intinya Suharto tidak sampai kehilangan muka didepan rakyatnya. Suharto bukan koruptor, setidaknya tidak untuk diri sendiri... memperkaya orang lain (keluarga dan kolega), ekonomi yang dibangun adalah pondasi yang lumayan kuat sehingga rakyat tidak begitu saja melupakan jasa beliau yang dulu sempat memproklamirkan diri sebagai bapak pembangunan. Anak keturunan Suharto masih bisa melanjutkan hidup tanpa dikejar-kejar negara atas perbuatan masa lalu, paling Tommy saja yang apes... terjerat kasus hukum setelah bapaknya lengser. Khaddafi (Gaddafy, nama yang dikenal di Internasional) adalah Penguasa Libya selama 42 tahun. Waktu yang tidak singkat untuk mengumpulkan  harta sebanyak 200 Milyar Dollar di berbagai negara. Negara yang terkenal dengan minyak yang dianggap sebagai cadangan minyak terbesar kedua di dunia ini baru selesai mereformasi negara dengan tumbangnya Khaddafi di ujung moncong senjata rakyatnya yang marah. Dibawah Rezimnya banyak rakyat menjadi korban operasi militer, pendeknya kritik ke pemerintah ujung-ujungnya adalah senjata tentara keamanan. Dibawah Khaddafi tidak selamanya rakyat di bawah derita.. buktinya untuk beberapa aspek semisal pendidikan yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah Libya. Rakyat hidup lumayan baik, kecuali di wilayah yang berpotensi memberontak (semisal Benghazi). Benghazi adalah pusat pemerintahan kerajaan Libya (Dinasti Idrisi) yang digulingkan oleh Kolonel Khaddafi. Apakah Suharto sama dengan Khaddafi? sekali lagi endingnya sama, rakyat melawan... kecuali ending kehidupan dua tokoh itu... Khaddafi mayatnya dibiarkan beberapa hari hingga membusuk, dipajang untuk dilihat dan disumpahi rakyatnya. Suharto tetap mendapat kemuliaan dimata rakyatnya. Yang sama adalah Suharto kerap memakai militer untuk menumpas kritikan protes apalagi pemberontakan. Ingat dengan DOM (daerah Operasi Militer) di Aceh dan Papua? itu yang memberontak bagaimana dengan Kasus Priok, Palembang, dan Dukun santet di Banyuwangi? lho kok dukun santet? ada apa gitu?... saya termasuk yang mengalami malam-malam mencekam itu di Banyuwangi tahun 1997, dengan dalih pembersihan dukun santet, banyak orang yang tidak bersalah termasuk kiyai dan ustadz kampung yang mati dibunuh (entah itu massa ataupun oknum ninja). Suharto terkadang bermain "cantik" dengan melakukan penculikan-penculikan para aktivis. Berapa media yang dibredel karena "agak kritis" pada pemerintah, masih ingat Tempo dan Panji Masyarakat? Untuk urusan seperti ini Suharto persis dengan Khaddafi. Cara untuk naik menjadi Presidenpun masih menjadi kontroversi dan banyak yang meyakini sebagai rekayasa mantan Presiden ini. Suharto hingga kini masih banyak yang mengelu-elukan. Kalaupun kemarin menjadi kandidat sebagai Pahlawan Nasional, saya easy saja karena dia juga punya nilai jasa selama 32 tahun memerintah, bukan semata-mata memperkaya diri seperti Marcos. Hal yang sama untuk ketiga tokoh diatas adalah ketiganya adalah Diktator.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline