Lihat ke Halaman Asli

Apa Jadinya Hidup tanpa adanya konsumsi??

Diperbarui: 9 Oktober 2016   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: jokowarino.id

Pengertian antara mikro dan makro saling bertabrakan, melihat pengertian mikro sendiri adalah sebuah teori yang mempelajari cara rumah tangga atau perusahaan mengambil keputusan dan melakukan interaksi di pasar tertentu. Dengan kata lain ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil, misalnya perusahaan atau rumah tangga.dalam teori ekonomi mikro terdapat tiga persoalan, yitu jenis-jenis barang dan jasa yang diperoduksi, cara menghasilkan barang dan jasa, dan sasaran barang produksi barang dan jasa. 

Sedangkan ekonomi makro adalah teori yang mempelajari variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel tersebut antara lain pendapatan nasional, kesempatan kerja atau pengangguran,jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi ataupun neraca pebayaran internasional. Bagaimanakah perspektif atau sudut pandang ekonomi makro dalam islam?, 

Islam memandang ekonomi makro sebagai sesuatu yang mampu mempelajari keseluruhan teori secara benar. Ekonomi makro bisa mengetahui sejauh mana perekonomian itu mengalami pertumbuhan, yang mana pertumbuhan tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaik atau pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatan tedapat trade off. Apabila yang satu membaik, yang lainya cendrung memburuk.

Membahas konsumsi yang berarti penggunaan barang dan jasa yang berlangsung dan terakhir untuk memenuhi kebutuhan manusia. Adapun menurut ilmu ekonomi konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya menjaga kelangsungan hidup. Menurut islam, anugrah Allah itu milik semua manusia. Suasana yang menyebabkan sebagian diantara anugrah-anugrah itu berada ditangan orang-orang tertentu.

Hal ini tidak berarti meraka dapat memanfaatkan anugrah itu untuknya, sedangkan orang lain tidak dapat memiliki bagiannya. Anugrah yang diberikan Alah kepada umat manusia masih berhak dimiliki walaupun mereka tidak memperolehnya, Dalam Al-Quran, Allah SWT.mengutuk dan membatalkan argumen yang dikemukakakan oleh orang kaya yang kikir karena ketidaksediaan memberikan bagian atau miliknya. Konsumsi yang berlebihan merupakan ciri khas masyarakat yang tidak mengenal tuhan, yang dalam islam disebut dengan istilah israf (pemborosan) atau tabdzir(menghambur-hamburkan harta tanpa guna). 

Tabdzir berarti mempergunkan harta dengan cara yang salah, yaitu menuju tujuan-tujuan yang terlarang, seperti penyuapan, hal-hal yang melanggar hukum, atau dengan cara yang tanpa aturan. Konsumsi memanglah sangat penting bahkan tanpa adanya konsumsi hidup ini tidak akan berjalan dengan baik akan tetapi konsumsi harus digunakan selayaknya jika dilakukan berlebihan pun tidak akan berdampak baik, yaitu yang disebut israf dalam bahasan tadi.

Kecendrungan konsumen dalam menentukan pilihan konsumsi menyangkut pengalaman masa lalu,budaya,selera,dan nilai-nilai yang dianut, seperti agama dan adat istiadat. Setiap konsumen satu dengan konsumen yang lainnya cendrung memiliki tingkat kepuasan yang berbeda mengenai konsumsi. Ada yang cendrung memiliki tingkat kepuasan yang tinggi, dan adapula yang cukup dengan itu-itu saja. Selera tiap- tiap manusia pun tidak sama. Akan tetapi semuanya tetap pada satu arah atau tujuan yang sama yaitu konsumsi.

Kita harus mengetahui sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan dalam kegiatan ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan dalam kegiatan konsumsi atau yang mana keadaan ini sering disebut full employment. Sebaliknya, apabila masih ada sumber daya yang belum dimanfaatkan maka terdapat pengangguran atau belum berada pada posisi kesempatan kerja penuh. Adaya sumber daya yang terbatas tidak akan menjadikan adanya kegiatan konsumsi. 

Kegitan konsumsi akan terjadi apabila barang-barang atau jasa yang akan dikonsumsi itu memadahi atau tercukupi. Dalam islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peran keimana  menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang duniayang cendrung memengaruhi kepribadian manusia. Keimanan sangat memengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi, baik dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline