Lihat ke Halaman Asli

Ali Manshur

Independen

Lima Arca Dhyani Buddha di Museum Daerah Tulungagung

Diperbarui: 18 Desember 2022   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Gambar hasil foto sendiri di museum daerah Tulungagung pada tanggal 1 Desember 2022

Pendahuluan

Museum daerah Tulungagung terletak di Jl. Raya Boyolangu No. Km 4, Gedangansewu Selatan, Gedangsewu, Kec. Boyolangu, Kab. Tulungagung. Museum daerah Tulungagung memiliki banyak koleksi, sekitar 269 buah yang terdiri dari benda arkeologi dan etnografi. Koleksi arkeologi yang dimiliki antara lain arca, yoni, lapik, batu relief, prasasti, dan kemuncak. Sedangkan untuk koleksi etnografi seperti aneka peralatan pertanian, permainan masa silam, dan perkakas rumah masa silam.  

Arca dhyani buddha sekilas mengingatkan saya dengan sistem tataghata dalam mahayana Buddhis. Maka dari itu saya tertarik untuk mengangkat 5 arca dhyani buddha pada tulisan ini. Selain itu, arca dhyani buddha yang ada di museum Tulungagung ditemukan di candi Sanggrahan yang dimana candi ini merupakan peninggalana kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Maharaja Sri Rajasanagara atau yang dikenal dengan Hayam Wuruk.

Isi

Sekilas Tentang Arca Dhyani Buddha

Arca dhyani buddha ditemukan bersamaan dengan ditemukannya candi Sanggrahan pada tahun 1908 dari laporan J. Knebel mengenai dijumpainya 5 arca dhyani buddha di sekitar candi Sanggrahan. 

Kemudian pada tahun 1915 Oudheikundige Dienst (Dinas Purbakala Masa Kolonial Belanda) melakukan penelitian mengenai candi Sanggrahan. Candi Sanggrahan sudah beberapa kali dilakukan pemugaran yang diawali pada masa kolonial Belanda dan kemudian dilakukan oleh BPCB Jatim pada tahun 2019 yang disertai dengan kegiatan penataan.

Tadi sudah disinggung diatas bahwa di candi Sanggrahan terdapat 5 arca dhyani buddha yang dimana menurut sistem pantheon Mahayana Buddhis di istilahi dengan 'Tatagatha'. Lima arca itulah yang menempati ruang pertama museum daerah tulungagung yang bersamaan dengan arca Dhyani Buddha Aksobhya dari situs Gondang Lor yang kini bernama desa Sukodono. Alasan arca dhyani buddha direlokasikan dari candi Sanggrahan ke museum karena demi keamanan arca, mengingat bahwa pada tahun 1999 hingga awal 2000-an marak terjadinya pencurian tinggalan arkeologis di Jawa Timur, tak terkecuali di Tulungagung. 

Tidak hanya segi keamanan, dalam segi pemeliharaan juga menjadi alasan mengapa arca dhyani buddha di relokasikan. Karena arca yang telah direlokasikan ke museum lebih baik dari pada di situsnya, terlebih lagi bila diruang terbuka yang terkena terik matahari dan hujan. 

Numun kekurangannya arca yang sudah direlokasikan di museum menjadi lepas konteks. Hanya dengan memberikan keterangan singkat yang umum tentang; identifikasi arca, asal, abad, dan deskripsi singkat, belum cukup belum memberi gambaran utuh tentang konteksnya seperti lingkungan fisis-alamiah disekitarnya, pada bagian mana letak arca itu ditempatkan, gambaran prosesi keagamannya, fungsi khusus mengenai ritus keagamaannya, dsb.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline