Lihat ke Halaman Asli

Ali Maksum

Education is the most powerful weapon.

Apa yang terjadi di Simposium Guru Penggerak 2023 Kota Palembang?

Diperbarui: 4 Desember 2023   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Simposium GP Sumsel

Simposium Guru Penggerak 2023 Kota Palembang `memberikan banyak madu` di dalam diri saya, entah para sahabat yang lain. kesan awal kegiatan ini bagi saya adalah berkumpul, reuni, mendengarkan materi, kembai ke hotel dan istirahat. Namun seiring berjalnnya hari anggapan tersebut mulai terkikis. Konsepnya cukup bagus yaitu mengundang para guru penggerak yang sudah berkarya untuk menceritakan praktik baiknya agar memberikan inspirasi untuk tetap bergerak bagi guru lain.

Mereka yang terpilih saya yakin sudah diseleksi dengan sangat baik sehingga diberikan kesempatan di moment yang sangat luar biasa ini. Saya sangat menikmati, mendengarkan dan mencoba meraba dan merasakan apa narasumber berikan yang tentunya berangkat dari kondisi di daerah mereka. Untuk menerima hal ini memang membutuhkan keterbukaan pikiran yang cukup baik. Saya mengatakan hal ini karena mungkin sebagian orang menganggap bahwa tidak semua narasumber yang maju ke depan dianggap baik dan luar biasa. Anggapan tersebut bisa muncul kalau tidak diterima dengan keterbukaan pikiran. Jika kita menerimanya dengan rasa `butuh` maka kita kana menerima `banyak madu` di setiap sesi.

Saya sempat membahasnya dengan seorang kawan sambil makan malam bersama. Saya mengatakan bahawa ketika kita hadir dalam sebuah forum jangan membandingkan karya kita dengan karya orang lain karena jika hal itu terjadi kita selalu menganggap karya kita lebih unggul. Bukalah pikiran bahwa cerita praktik baik yang mereka buat itu berangkat dari kondisi lingkungan mereka berada, dan jika mereka benar-benar melakukannya kita kan menemukan hal yang luar biasa. Kuita akan banyak belajar bagaimana mengekskusi program, bagaimana berkomunikasi dengan rekan sejawat dan lain sebagainya. 

Materi pembelajaran STEM memberikan referensi berharga tentang bagaimana guru harus secara kreatif mengambil pembelajaran STEM ini untuk diterapkan di semua mata pelajaran. Anggapan selama ini mungkin pembelajaran  ini hanya cocok untuk pelajaran yang mengandung eksakta namun ternyata tidak bahkan jika setiap guru ini berhasil menerapkan di mata pelajaran mereka masing-masing akan menciptkan kesan berbeda dan lebih menyenangkan.

Kegiatan simposium jika hanya dinikmati sebatas pemateir yang hadir saya beranggapan itu merugikan karen aterlalu mahal jika kita hanya duduk, mendengarkan materi, menikmati sajian terus pulang ke Hotel dan istirahat. Namun ada yang harus digali dari rekan kanan dan kiri dari daerah lain tentang apa yang bisa digali dan dipelajari dari pengalaman mereka. Mungkin pengalaman ini akan menjadi energi tambahan selain materi formal yang diberikan oleh panitia.

Terus terang saya tidak puas dengan apa yang saya terima saya sebagai peserta harus menggali sendiri dari peserat lain yang tentunya dari sisi lain. Saya mencoba menggali dengan mendekati setiap orang dari daerah yang berbeda dikala santai atau dikala makan bersama. Dalam sebuah kesempatan Saya sedang santai menikmati makan malam di panggung. Tiba-tiba salah satu peserta membawa piring dan menami saya dan kita mengobrol.  Saya menyebutnya pak Amran, saya lupa dari daerah mana namun saya selalu mengingat namanya karena saya berhasil membaca di name tag yang dia pakai. Diantara cerita yang beliau berikan, ada cerita yang membuat saya malu yaitu tentang perjuagan seorang GP dari sebuah daerah yang penuh keterbatasan dari segi listrik yang otomatis berdampak sinyal. Bayangkan orang tersebut menempuk jarak 30 kilometer untuk mendapatkan sinyal yang baik. Secara logika ini hamir mustahil lulus karena pendidikan GP hampir seluruhnya membutuhkan `kebaikan` internet. Pak Johan melanjutkan, 

"Beliau menembuh jarak 30 kilometer dan mengambil semua pelajaran di LMS sehingga nnt ketika dia pulang ke rumah di pelajari. Ketika dia akan mengupload tugas dan ada trugas baru dia menempuh jarak 30 kilometer kembali " ujar beliau. Saya berkaca-kaca mendengarnya dan membuat saya malu karena kami yang hidup di tengah sarana-prasarana yang lengkap masih belum maksimal dan malas-malasan. Berangkat dari cerita ini saya makain rajin mendekati peerta-peserta lain untuk mendnegarkan praktik baiknya dan cerita inpirasi yang bisa membuat saya tumbuh.

Cerita kedua saya dapatkan dari salah satu rekan GP di Palembang. Salah satu sekolah negeri yang terbilang baik dan terpandang. Namun cerita yang beliau berikan tidak berbandung lurus dengan sekolahnya. Sebut saja namanya pak Mitro. Beliau merasa belum berbuat apa-apa sebagai lulusan guru penggerak, beberapa kali memberikan motivasi ke rekan sejawat untuk berpartisipasi namun tidak di gubris, bahkan beliau mengaku tidak produktif dengan bukti hingga saat ini belum pernah sekalipun memanfaatkan PMM. Kritikan dan masukan juga datang dari atasan kenapa dia sebagai guru penggerak belum memberikan kontibusi lebih. Kami berbicara panjang sampai beliau saya ajarkan membuka PMM secara detail, bagaimana membuat karya, upload karya, belajar dari pengalaman orang lain dll. Beliau dangat senang dan merasa tercerahkan dan berjanji akan memanfaatkan platform ini.

Haripun berlanjut, kami di berikan materi yang `menohok hati` membangkitkan, menyadarkan kami sebagai guru penggerak yaitu materi berjudul "Gotong Royong sebagai kunci Merdeka Belajar" yang disampaikan oleh ibu Itje Chodijah. Saya akan membahas secara khusus dalam sebuah tulisan tentang materi hebat ini dan kali ini saya akan mencoba menahannya. Namun ada hal yang unik kembali yaitu tentang pak Mitro, Dia tiba tiba mendatangi saya ketika saya berdiri di belakang para peserta. beliau mengatakan sambil matanya berkaca-kaca, "Pak Ali saya sebagai seorang guru tidak pintar-pintar amat, setelah saya mendengar materi bu Itje, saya merasa dicampuk berkali-kali, saya marasa malu sekali sebagia guru penggerak ". Saya merasa senang sekali mendengar pengakuan itu dan hal inilah yang saya harapakan, beliau mendapatkan `hidayah` dari sebuah materi yang menggerakkan. 

Di momen lain saya masih terus mencari inspirasi dari kawan-kawan yang hadir. Ketika sarapan di hotel saya mencoba bergabung di meja teman-teman yang telah menjadi kepala sekolah.  Saya lebih suka mendengarkan jika saya hadir dalam sebuah obrolan seperti ini karena lebih membuka ilmu dan pengetahuan baru. Saya penasaran dg kawan-kawan hebat yg sudah diangkat kepala sekolah dan pengawas dan ingin mendengarkan gebrakan revolusi perubahan yg mereka buat hasil dari ilmu yg didapatkan di Pendidikan Guru Penggerak.

Ada beberapa kabar baik yang saya dapatkan antara lain:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline