Budi pekerti merupakan hal yang sangat penting dan telah menjadi bagian dari proses pendidikan nasional. Bagaimana memehami budi pekerti menurut perspektif Ki Hadjar Dewantara? Dalam beberapa kasus guru hanya mengajarkan kecakapan kognitif dalam proses belajar mengajar namun kadang lalai mengajarkan budi pekerti yang baik seperti rendah hati, saling tolong menolong, bekerjasama dan lain sebagaianya. Padahal dalam proses pendidikan hal itu merupakan bagian penting karena murid juga membutuhkan tuntunan yang dapat menumbuhkan budi pekerti dalam kehidupannya.
Budi pekerti yang juga disebut dengan watak diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia yang merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran perasaan, kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan suatu tenaga. Budi pekerti juga diartikan sebagai perpaduan antara cipta (kognitif), dan rasa (afektif) sehingga menghasilkan karsa (psikomotorik). Misalnya seseorang yang memiliki budi pekerti jujur, maka kecil kemungkinan ia melakukan kebohongan, atau mengambil sesuatu yang bukan miliknya atau bahkan ia merasa terganggu jika melihat ketiakjujuran terjadi di sekitarnya.
Kita bisa melihat perpaduan antara wawasan atau pengetahuan tentang kejujuran (kognitif) dan perasaan yang mengikutinya seperti dia merasa gelisah/tidak nyaman melihat ketidakjujuran (afektif), yang kemudian menghasilkan watak perilaku jujur (psikomotorik) yang ditampilkan. Menurut Ki hadjar Dewantara, "Budi pekerti adalah kemampuan kodrat manusia yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan menentukan karakter seseorang" Bagian biologis adalah bagian yang berhubungan dengan rasa. Seperti rasa takut, cemas, gelisah, putrus asa, tidak percaya diri, senang, bahagia, kecewa, sedih dan sebagainya.
Selain itu terdapat bagian intellegible, yaitu bagian yang berhubungan dengan kemampuan kognitif, atau kemampuan berfikir menyerap pengetahuan. Kedua bagian watak atau budi pekerti inilah yang dijadikan dasar penjelasan Ki Hadjar Dewantara mengenai kertas yang bertuliskan "tulisan samar" di dalam pendekatan teori konvergensi. Lalu bagaimana budi pekerti atau watak bisa terbentuk?.
Ki Hadjar Dewantara juga menjelaskan bahwa keluarga merupakan tempat utama dan yang paling baik melatih karaktrer anak atau murid. Keluarga atau anak sebagai tempat anak atau murid sebagai proses menyempurna (menjadi sempurna) sebagai laboratorium awal sebagai melatih kecerdasan budi pekerti anak agar siap menjalani hidp dalam masyarakat Kita sebagai pendidik di sekolah juga ikut turut serta berperan membantu murid untuk menemukan kecerdasan budi pekerti dengan tuntunan dan teladan yang sesuai dengan kebutuhan murid.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan, merasakan dan mempertimbangkan setiap perilaku yang ditampilkannya. Menuurt Ki Hadjar Dewantara , "Watak atau budi pekerti merupakan kodrat setiap manusia sehingga kita sebagai pendidik perlu memahami kodrat itu dan dapat mendampingi tumbuhnya kecakapan budi pekerti murid dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dialaminya"
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan bagian intellegible dari budi pekerti karena berhubungan dengan kecerdasan pikiran atau berfikir murid yang dapat berubah dari waktu kewaktu serta keadaan tertentu murid dapat menumbuhkan kecakapan berfikir atau pikiran dengan baik karena pengaruh keadaan. Salah satu yang mempengaruhinya mungkin saja kita sebagai pendidik yang senantiasa menuntun tumbuhnya kecerdasan pikiran murid. Ketika kita masih anak-anak sat berusia 3-4 tahun kita sedikit demi sedikit berproses memahami sesuatu menggunakan panca indra misalanya ketika orang tua atau guru membacakan cerita atau menunjukkan sesuatu kita menggunakan indra penglihatan, pendengaran, untuk berusaha memahaminya. K0mudian kita mencoba mengekspresikan atau apa yang kita pahami dengan meniru mengulangi kata atau kalimat yang orang tua atau guru ucapkan sampai kita dapat mengenal huruf dan tulisannya, lalu mengembangkannya hingga menjadi keterampilan membaca, menulis dan berhitung bajkan memahami isi bacaan kemudian mempau memahami kembali isi bacaan hingga memproduksi bacaan tersebut.
Sebagai pendidik tentu kita akan menemukan berbagai watak murid setiap harinya di kelas, menemani proses belajarnya mendampingi tumbuhnya kecerdasan pikirnya dan mambantu murid menemukan budi pekerti atau watak baiknya serta membantu murid mengendalikan dan memperbaiki watak atau budi pekerti yang kurang baik. Misalnya di kelas kita menemukan murid yang belum mamapu membaca, menulis dan berhitung, apakah kita membantu murid untuk memapu membaca menulis dan berhitung? dengan tuntunan dan dampingan yang tepat membuat murid mampu memahami dan memaknai pentingnya membaca menulis dan berhitung bagi dirinya sehingga dapat menuntun murid untuk mampu menguasai dirinya .
Contoh lain adalah ketika kita di kelas menemukan murid yang sangat pemalu. Untuk mengungkapkan pendapatnya, untuk mengungkapkan pendapatnya apakah kita dapat membantunya memunculkan kesadaran akan pentingnya menjadi pemberani untuk mengungkapkan pendapatnya di kelas?
kita dapat membantunya menggali potensi budi pekerti di dalam dirinya dengan membuatnya sadar alasn dan tujuan mengapa penting untuk berani (akal), mengasah perasaan dan perilaku yang membuatnya berfikir (rasa) dan memunculkan kehendak (karsa) untuk kemudian menimbulkan perilaku berani untk mengungkapkan pendapatnya. Pendidik harus mampu memahami kodrat murid sebagai indivisu yang sadar mempu memikirkan,memahami , merasakan, berempati, berkehendak, dan bertindak semestinya dapat kita tanamkan dalam benak kita sebagai pendidik agar murid mampu merefleksi mendapatkan pemahaman bermakna untuk mengenal dirinya maka murid akan menjadi manusia atau individu yang merdeka berakal budi yang menentukan keberadaan dan jati dirinya.