Lihat ke Halaman Asli

Ali Maksum

Education is the most powerful weapon.

Freedom Writers: Kisah Nyata Guru Penggerak

Diperbarui: 31 Juli 2022   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://ferigramesa.blogspot.com/

Dia baru mencoba di sekolah baru, belum mempunyai pengalaman banyak tentang mengajar dan parahnya ditempatkan di "kelas bodoh". Berbeda dengan kelas sebelah yang merupakan kelas pilihan dan berisi anak-anak cerdas dan unggul (Honors Students) yang mana rata-rata mempunyai DNA pintar dan disiplin. 

Hari pertama dia mengajar, dia sangat antusias, menunggu anak-anak masuk kelas dengan pakaian rapi dan siap memperkenalkan diri di kelas. 

Namun Ibu guru ini belum tahu bahwa anak didiknya adalah kumpulan anak-anak yang sering terlibat kekerasan antar geng, pembunuhan bahkan kekerasan tersebut mereka bawa ke sekolah.   

Awal-awal mengajar dia menghadapi banyak kesulitan. Selain dibilang "bodoh" dan tidak disiplin, mereka sering melakukan pemberomtakan, pelecehan, temperamental dan selalu membuat kerusuhan. 

Anak-anak SMA ini sering membekali diri mereka ketika sekolah dengan pistol , obat-batan terlarang apalagi diluar sekolah mereka saling mengancam dan membunuh satu sama lain.

Inilah kelas buangan, bagi guru yang kaku dan cenderung kurang kreatif anak-anak yang nakal seperti ini tidak boleh di sekolahkan bersama distiguished scholars. Namun  bagi guru inspirastif ini dia tidak kekurangan akal dan tidak putus asa. Dia mulai membuat menggali ide dan kekreatifan sendiri yang mana dia tidak hanya mengajarkan Hard Skill namun juga mengajarkan pengetahuan hidup. 

Dia mulai merenung, mengamati keadaan siswa-siswi di SMA tersebut dan terciptalah sebuah ide. Ide tersebut dia mulai dengan sebuah permainan sederhana yang dia sebut dengan Line Games. Cara permainan yang dia ciptakan cukup mudah yaitu dengan menarik garis merah dilantai  dan membagi mereka dalam dua barisan kiri dan kanan. 

Mereka hanya menjawab kata "ya" pertanda setuju dan maju mendekati garis melalui berbagai pertanyaan-pertanyaan yang akan dia ajukan. 

Pertanyaan-pertanyaan dimulai dengan pertanyaan ringan seperti musik kesayangan hingga pertanyaan berat seperti keanggotaan geng, narkoba dan apakah pernah di penjara atau bahkan pernah kehilangan teman karena kekerasan antar geng. 

Kekacauan di dalam kelas yang sebagian besar kulit hitam  ini yang menjadi salah satu penyebabnya adalah kuranganya perlakuan keadilan terhadap warga kulit hitam oleh kulit putih, meskipun juga ras dari berbagai bangsa lain juga ikut di dalamnya.  

Dari permainan Line Games yang sederhana ini sang guru sedikit demi sedikit telah menanam benih kesadaran kepada para siswanya yang ternyata mereka mempunyai nasib yang sama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline