Kemampuan Program for International Students Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 Indonesia menempati peringkat 62 dari 70 negara. dengan kata lain Indonesia menempati peringkat 10 terbawah dari negara-negara di dunia. Tingkat literasi ini tentunya sungguh memprihatinkan mengingat Indonesia mempunyai populasi penduduk yang besar namun budaya literasinya sangat memprihatinkan. Di Indonesia sendiri melalui kemenko PMK telah mencanangkan peta jalan literasi nasional lewat beberapa jalur yang salah satunya adalah melalui literasi sekolah.
Paramount School sebagai lembaga yang berkecimpung dalam dunia pendidikan tentunya turut andil dan mengambil bertanggung jawab tentang keberadaan jalur literasi sekolah tersebut. Memang benar di sekolah sudah terdapat perpustakaan yang setiap sekolah menjalankan perpustakaan ini dengan cara berbeda. Sebagai di Paramount School bahwa selain siswa diberikan kebebasan untuk masuk perpustakaan namun juga dimasukkan jadwal khusus belajar di perpustakaan satu minggu sekali untuk setiap kelas. Apakah hal ini cukup? ternyata hal itu belum cukup ampuh untuk membudayakan membaca. Hal ini bisa dimaklumi karena perpustakan cenderung sebagai tempat `formal` yang ada tata cara aturan untuk memasukinya. Bisa dibayangkan untuk mengajak siswa membaca saja sulit apalagi ditambah dengan tata cara aturan yang mungkin untuk sebagian orang enggan untuk melakukanaya.
Salah satu alternatif yang telah dilakukan oleh Paramount School adalah menggerakkan wali kelas agar membuat pojok baca di setiap kelas. Tujuannya jelas agar siswa lebih dekat dan akrab dengan buku setiap harinya tanpa harus mendaftar dan mereka bebas untuk membaca buku yang telah disediakan. Selain itu keberadaan guru penggerak angakatan 4 juga turut membantu menggerakkan budaya literasi ini karena kini di awal Ramdan 2022 Paramount School Palembang juga memilki Pojok Baca di luar ruangan yang merupakan hasil projek aksi nyata guru penggerak angakatan 4. Hal ini bertujuan agar aksi nyata guru penggerak angkatan 4 berdampak positif khususnya membangkitkan budaya baca di level guru dan siswa. Aksi-aksi seperti ini sangat penting agar sekolah sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan juga melahirkan budaya literasi baca yang sebenarnya sudah sepatutnya dilakukan. Karena tidak semua yang bersekolah juga hobi membaca.
Membangkitkan budaya literasi di tingkat grass root merupakan hal yang tidak mudah. Hal itu dapat dimaklumi karena budaya masyarakat kita sedari awal bukan akrab dengan budaya baca namun bUdaya cerita, setidaknya hal itulah yang pernah dikatakan oleh para ahli. Namun apakah dengan alasan tersebut literasi baca tidak mungkin dilakukan? jawabannya tidak karena dengan bergotong royong lewat komunitas ataupun organisasi yang peduli akan literasi ditengah masyarakat ataupun sekolah bisa dibangkitkan ide-ide brillian untuk membangkitkan budaya ini.
Salah satu ide Reading Corner di Paramount School Palembang untuk membangkitkan kepedulian terhadap kesadaran lietrasi adalah mengajak semua masyarakat sekolah termasuk orang tua untuk turut andil. Cara yang dilakukan adalah menagajak orang tua untuk mendonasikan buku-buku bekas baca di Reading Corner. buku-buku tersebut bisa berupa cerita anak, novel, cerpen anak, cerita bergambar atau pengetahuan lain yang dapat menambah pengetahuan dan skill siswa. Adanya partisipasi orang tua ini merupakan upaya Paramount School Palembang agar orang tua turut memainkan peran dan aktifnya dalam perkembangan anak dan kebangkitan literasi ditingkat sekolah.
Semoga dengan adanya ide sederhana ini dapat mengajak khlayak rami untuk membuat aksi yang sama agar tingkat lietrasi kita jauh lebih baik di bandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Untuk mengajak bergerak untuk berubah maka tentunya kita harus berubah terlebih dahulu. karena semuanya hanya sebatas mimpi jika kita menuntut orang lain berubah namun kita sendiri tidak mau berubah.