Lihat ke Halaman Asli

AliZA

Selalu ingin menulis dari hati

Perjuangan Freshgraduate di Tengah Pandemi: Bisa Survive atau Akan Mati?

Diperbarui: 14 Juli 2020   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pandemi wabah yang melanda seluruh dunia pada saat ini bukan hanya berdampak bagi mereka yang telah bekerja. Melainkan terjadi juga pada mereka yang baru saja menamatkan pendidikan mereka. 

Entah pada jenjang sekolah menengah atau kejuruan maupun pada mereka yang baru saja wisuda. Pemerintah pada saat ini berjuang keras untuk meredam dampak negatif pandemi ini, namun sangat disesalkan bahwa penanggulangan yang mereka lakukan bersifat 'mengobati' dan bukan pada langkah preventif pencegahan. 

Pemerintah hanya memikirkan pada mereka yang saat ini terdampak secara langsung, ya bagi mereka yang terkena P-H-K maupun mereka yang terpaksa pekerjaannya terhenti sementara selama pandemi. Lantas pemerintah melupakan kenyataan bahwa ada sebuah beban lain yang sepatutnya ditanggulangi agar tidak menjadi bom waktu. 

Yap itu-lah mereka yang saat ini baru saja menyelesaikan pendidikan, mereka juga sangat rentan untuk jatuh terlebih dengan status mereka yang masih baru. Mereka rawan terjerumus jauh lebih dalam ke lubang kesusahan apalagi kemiskinan. 

Tentu sebagian besar dari kita akan berpikir pastilah tidak mungkin apabila seorang freshgrad akan cepat jatuh miskin. Ya pasti kita akan langsung secara otomatis berpikir mereka masih bisa di-handle oleh kedua orangtua atau walinya. Lantas benarkah seperti itu keadaanya?

Kita lupa bahwa tujuan seseorang mengenyam pendidikan adalah untuk meraih masa depan yang lebih baik. Ya dari sana seharusnya kita dan pemerintah mulai serius memperhatikan tentang nasib para freshgrad ini. 

Sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat terlebih di Indonesia, seseorang yang telah menamatkan pendidikan yang dirasakannya sudah cukup tinggi, maka ia akan langsung mencari pekerjaan. Dan sebagian besar juga akan merasa malu jika terus bergantung dengan orangtua, apakah anda yang membaca tulisan ini juga mengalaminya? 

Perasaan ini jugalah yang mendorong para freshgrad untuk langsung terjun menyelami kerasnya dunia pencari kerja. Inilah yang membuat keadaan freshgrad juga perlu diperhatikan, terlebih pada saat pandemi seperti sekarang. Sedikit lapangan pekerjaan yang tersedia dengan persaingan dimana banyak yang membutuhkannya, membuat peluang seorang freshgrad mendapat pekerjaan menjadi kian menipis. 

Lantas dibenak kita akan bertanya kembali apa mereka tidak berusaha dibidang lain selain menjadi karyawan perusahaan, apa mereka tidak berusaha menjadi enterpreneur? Tentu saja tapi hanya sebagian kecil saja, hal ini karena freshgrad pada umumnya tidak mampu menyediakan modalnya apalagi jika mereka sampai harus meminta 'lagi' kepada orangtuanya. 

Ditambah selama ini terdapat fakta bahwa sistem pendidikan di Indonesia tidak mempersiapkan kepada lulusannya untuk menjadi seorang enterpreneur, sehingga sangat sedikit sekali dari mereka yang pada akhirnya tetap bisa survive bahkan menjadi lebih sukses mandiri selain menjadi karyawan. Realitas ini yang membuat kita seharusnya lebih prihatin.

Tapi tidakkah program insentif yang diberikan pemerintah juga mensasar para freshgrad ini. Sepertinya terlihat demikian, namun kondisi tidak lebih hanya sekedar harapan saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline