Lihat ke Halaman Asli

Cara Menulis Visual

Diperbarui: 31 Oktober 2022   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Namun, tidak jarang dari kita juga merasakan malas menulis. Bisa jadi, menulis bukan hobi. Iya, itu alasan klasik. Bukankah seorang pendidik seharusnya dapat menulis? Entah itu menulis administrasi guru maupun menulis sesuai dengan passionnya. Artinya, selain menulis sebagai kewajiban dalam profesi, kita juga dapat menulis dengan mengembangkan kompetensi kita.

Alasan, lain ketika kita hendak menulis, selalu direpotkan dengan alat atau perangkat. Biasanya, laptop menjadi alasan. HP sedang tidak ada. Lalu, bagaimana cara menulisnya. Apakah harus menulis dengan cara manual? di kertas?

Ya, itu bisa saja dilakukan. Dan mustahil rasanya, jika kita tidak memiliki smartphone. Sebab, HP sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, hampir dipastikan, semuanya memiliki HP. Pertanyaannya, mengapa tidak memanfaatkan gawai kita untuk menulis? Apa bisa? Jawabannya, sangat bisa. Bergantung niat, kemauan dan komitmen kita dalam menulis.

Akan tetapi, menulis dengan HP, sudah biasa. Lalu, bagaimana jika kita sedang berkendara sepeda atau kendaraan lain dan tidak memungkinkan menulis? Tetapi, ada momen yang harus ditulis. Jika tidak ditulis, sayang sekali. Bagaimana caranya?

Nah, inilah yang saya istilahkan dengan menulis visual? Caranya?

Jadi, menulis visual adalah menulis dengan merekam ide yang ditangkap oleh pancaindera penglihat. Hal ini, tidak menulis langsung saat menemukan sesuatu atau pemandangan yang menarik. Tetapi, apa yang ditangkap oleh pancaindera penglihat, direkam dulu dalam otak atau pikiran kita. 

Apa yang direkam? Pilihlah angle, titik kejut, hal menarik, unik, langka, dan momen terbaik lainnya. Setelah terekam dala ingatan, segeralah tulis di HPnya selagi ada waktu longgar. Jangan biarkan ide yang direkam dalam pikiran tersebut mengendap terlalu lama. Sebab, bisa hilang juga.

Selagi masih segar, tulislah secara berurutan dari ide yang muncuk dan direkam. Mudah, kan. Selamat mencoba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline