Lihat ke Halaman Asli

Soe Hok Gie ; dalam sebuah surat

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

(repost)

Soe Hok Gie Dalam Sebuah Surat

Dhan, apa kabar Indonesia kini? Sudah lama saya tidak mendengar tanah kelahiran saya.
Siapa Presiden kita kali ini Dhan? Militer lagi ataukah sudah teknokrat? Aku ingin suatu saat Indonesia dipimpin oleh Filsuf atau Budayawan. Biar ia bijak,atau setidaknya ia mungkin bisa berpikir secara lebih baik,bukan lagi tentang untung rugi,tapi baik buruk. Dulu ada Buya HAMKA,orang hebat dan baik ia Dhan. Berani ia kritik Soekarno,kudengar ia sahabat Hatta.

Dhani masihkah kau suka membaca? Aku ada buku bagus,buku lama tapi semoga kau suka. Dr. Zhivago judulnya,Pasternak yang menulis. Boris Pasternak,ah si manusia itu yang sampai akhir hayatnya menolak berkompromi dengan sesama manusia,sampai saat ini tak sempat aku menulis tentangnya Dhan. Kapan-kapan kau tulis tentangnya,nanti kubaca. Jangan pacaran terus,ya aku tahu,kau sedang dekat dengan seorang gadis padang. Kawanmu Rasul bercerita,ia tiba lebih dahulu sebelum Gus Dur. Aktifis ia Dhan? Katanya dari LPM Keadilan. UII Jogja,anak sebaik dan secemerlang itu. Sayang sekali,kenapa pemuda hebat selalu cepat kesini. Sedangkan para pemabuk dan penggila pesta selalu berhayat panjang. Tapi yah,beruntunglah mereka yang mati muda,dan yang tak pernah dilahirkan.

Masih kau jadi anggota Tegalboto? Nama yang aneh Brick Field? Hahaha jangan marah Dhan,apapun namanya jika ia berguna tak apalah. What is a name kata Shakespeare. Sebagai wartawan kau musti tau tugas pers. Jangan kau ikuti kata Presiden Soekarno Ia bilang tugas pers ialah meninabobokan rakyat.

Bukan inilah tugas pers melainkan menggambarkan kebenaran pada pembaca. Kalau pemberitaan itu merugikan kelompok tertentu maka berita itu harus disiarkan. Kita sering dininabobokan bahwa produksi padi naik,produksi kain maju,gerombolan dikalahkan dan seterusnya.

Beginilah kemerdekaan pers di indonesia potonglah kaki tangan seseorang lalu masukan ditempat 2x3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kebebabasan pers di Indonesia.

Akhir² ini saya selalu berpikir,apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis,melakukan kritik kepada banyak orang yang saya anggap tidak benar dan yang sejenisnya lagi. Makin lama,makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Dan kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Saya ingin menolong rakyat kecil yang tertindas,tapi kalau keadaan tidak berubah,apa gunanya kritik-kritik saya? Saya bukan Ubermensh Dhan,kadang saya lelah bergulat dengan pemikiran saya sendiri.

Memikirkan tentang rakyat,bangsa dan kemanusiaan. Tapi apapun yang terjadi saya menolak untuk berkompromi dengan penindasan. Lebih baik mati diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan. Dan sekarang makin saya geli melihat kawan-kawanmu,generasi mahasiswa kala ini sedang galau. Sibuk mencari eksistensinya sendiri. Kulihat kau pun demikian,lebih sering update status Facebook daripada ibadahmu.

Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa,jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis,walau bagaimana kecilnya,selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran,dan salah sebagai kesalahan. Kau tak percaya? Lihat saja demonstrasi mahasiswa saat ini,norak, kampungan! Dulu aku benci sekali dengan mahasiswa oportunis yang sok-sokan menjadi bagian dari sebuah sistem parlemen. Sistem itu busuk Dhan,tapi melihat mahasiswa demonstrasi dengan membawa batu,parang,kayu dan bensin. Mereka mau menjalankan demokrasi atau sekedar sok jagoan?

Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan,tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan,ormas,teman seideologi dan lain². Setiap tahun datang adik² saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban² baru untuk ditipu oleh tokoh² mahasiswa semacam tadi. Busuk bukan? Ya,yah aku ingat kau dulu pernah bercerita tentang kawan² ekstramu yang kau bilang busuk itu. Tapi kita harus adil Dhan,Seorang intelektual harus adil sejak dalam pikiran dan perbuatan. Lama ia tak baca lagi tulisanmu,mandul kau katanya? Ayo menulis Dhan,ajak temanmu sekalian. Jangan mau jadi renik dalam sejarah yang hanya numpang kuliah tanpa bisa memberi jejak dalam sejarah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline