Lihat ke Halaman Asli

Takjil, Setitik Hujan untuk Kegersangan Dompet Mahasiswa

Diperbarui: 12 Mei 2019   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nu.or.id

Sudah tidak asing lagi takjil adalah primadona anak kampus selama Ramadhan. Khususnya di kota solo, sebuah kota yang dihuni berbagai anak muda dari berbagai daerah di nusantara menggurat warna-warni seperti selembar kain batik di kota ini.

Setiap maghrib, semua masjid akan ramai dengan kunjungan jamaah "dadakan" ini.Budaya berburu takjil ini sudah turun-temurun sejak dahulu.

Bahkan mereka melakukan regenerasi kepada adik-adik kelasnya mentransfer info lokasi masjid penyedia takjil, mendata menu-menu yang disediakan, dan menganalisa waktu pengambilan takjil di masing-masing masjid guna mencari alternatif jika mereka tidak bisa datang tepat waktu di salah satu masjid

 Kaderisasi "kaum" para pencari takjil (PPT) ini sangat berjalan baik dan berkembang biak di salah satu kampus swasta yang saya tempati.Kaum PPT ini seringkali berkoordinasi bersama sebelum mereka melangkah ke target masjid yang dikunjungi.

Mereka mempertimbangkan segala aspek mulai dari ikut masjid yang ada ceramahnya atau lokasi masjid yang nyaman buat santai sore. Mereka juga sering menentukan menu apa yang ingin didapatkan? Apakah yang menyediakan kurma dan kolak, atau nasi ayam dalam kemasan kotak tanpa kurma dan segala variable menu lainnya. Semuanya dipertimbangkan dengan seksama.

"Rapat koordinasi" persiapan takjil dilakukan lewat aplikasi whats-up, secretariat organisasi mahasiswa atau di kos-kosan. Setelah menentukan target sasaran masjid, mereka mulai bergerak menuju sasaran secara bersamaan.

Penampilan kaum perantauan yang mencari takjil ini dapat dibedakan. Biasanya tipe mahasiswa Ormawa datang muka lusuh, dan belum mandi dan datang terakhir menjelang buka. Sedangkan mahasiswa yang akademik biasanya datang dari kos-kosan dengan pakaian rapi dan telah mandi.

Bagi mahasiswa yang di kampus, takjil adalah primadona dan penolong mahasiswa. Mereka bisa menghemat anggaran selama puasa karena tidak makan seharian ditambah pula sokongan takjil. Terlebih mahasiswa juga dikenal dengan dana limit yang sering makan mie instan. Kondisi-kondisi inilah yang terus membuat semarak takjil-takjil masjid sekitar kampus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline