Lihat ke Halaman Asli

Alief Ramadhan Dwi Putra

Mahasiswa - Teknik Informatika - Universitas Mercu Buana

Diskursis Edwin Sutherland dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

Diperbarui: 15 Desember 2023   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Canva by Alief Ramadhan 

Nama : Alief Ramadhan Dwi Putra


NIM : 41520010214

Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Dosen : Prof.Dr.Apollo, Ak, M.Si.

PENDAHULUAN

Canva by Alief Ramadhan

Wacana Edwin Sutherland, sosiolog kejahatan Amerika Edwin H., memberikan pemahaman mendalam tentang teori asosiasi diferensial. Ia diakui sebagai tokoh kunci dalam pengembangan teori ini, di mana individu memperoleh perilaku kriminal melalui interaksi sosial dan hubungan dengan individu yang terlibat dalam kegiatan ilegal (Sutherland, 1939). Dalam karya seminalnya berjudul "Principles of Criminology," Sutherland menyajikan pendekatan yang berbeda dari teori klasik, menekankan bahwa perilaku kriminal dipengaruhi oleh proses pembelajaran dalam konteks sosial (Sutherland, 1945).

Langkah-langkah strategis disarankan, seperti penguatan lembaga penegak hukum, peningkatan transparansi pemerintahan, reformasi kebijakan bisnis, dan edukasi masyarakat. Penerapan teori asosiasi diferensial dalam merumuskan kebijakan pencegahan korupsi menekankan pendekatan holistik dan partisipasi seluruh lapisan masyarakat.

Teori Asosiasi Diferensial Sutherland

Teori asosiasi diferensial Edwin Sutherland, khususnya teori diferensiasi, telah menjadi landasan penting dalam pemahaman perilaku kriminal. Teori ini mengemukakan bahwa nilai, norma, dan teknik perilaku kriminal diperoleh melalui interaksi dengan individu di lingkungan sekitar, terutama dalam keluarga, teman sebaya, dan komunitas. Dalam konteks teori ini, hubungan yang erat dengan individu yang terlibat dalam kegiatan kriminal dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mempelajari dan mengadopsi perilaku tersebut. Konsep diferensiasi menjelaskan bagaimana individu dapat mengembangkan preferensi terhadap perilaku kriminal daripada perilaku tradisional melalui proses pembelajaran sosial.

Kritik dan perkembangan teori asosiasi diferensial telah muncul seiring waktu, namun konsep Sutherland tetap relevan dalam analisis kriminologis modern. Penerapan praktis dan studi empiris teori ini telah membantu merancang kebijakan pencegahan kejahatan yang efektif dan berbasis bukti.

Teori Asosiasi Diferensial dalam Konteks Korupsi di Indonesia

Namun, teori asosiasi diferensial Sutherland tidak hanya relevan dalam konteks kejahatan umum tetapi juga dapat diterapkan dengan efektif dalam menjelaskan fenomena korupsi di Indonesia. Fenomena korupsi di Indonesia menciptakan masalah kompleks dan mendalam yang berdampak serius terhadap stabilitas ekonomi dan pondasi moral masyarakat. Praktik korupsi, dengan eksploitasi kekuasaan atau status untuk keuntungan pribadi, merambah berbagai sektor masyarakat.

Banyak faktor yang mendukung keberlanjutan korupsi di Indonesia, salah satunya adalah rendahnya upah pegawai sektor publik, meningkatkan kemungkinan penyuapan, dan perpajakan ilegal. Kurangnya keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan lemahnya sistem pemantauan juga menciptakan kesenjangan dalam praktik korupsi. Selain itu, budaya nepotisme dan keterlibatan yang masih terus berlanjut memperkuat siklus korupsi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline