Kiai Azaim Ibrahimy, seorang ulama muda yang kini memimpin Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Situbondo, dikenal dengan pandangan moderatnya mengenai politik di zaman sekarang. Sebagai pewaris tradisi ulama pesantren, ia memiliki pendekatan unik yang menyeimbangkan nilai-nilai keislaman dengan realitas politik modern. Berikut adalah analisis pemikiran beliau:
1. Politik Sebagai Alat, Bukan Tujuan
Kiai Azaim memandang politik sebagai alat untuk memperjuangkan kemaslahatan umat, bukan sebagai tujuan utama. Dalam berbagai kesempatan, ia menekankan pentingnya menjaga niat agar politik tetap berada dalam koridor ibadah. Beliau menolak praktik politik yang menghalalkan segala cara demi kekuasaan, seperti korupsi, fitnah, atau manipulasi.
Relevansi:
Pandangan ini relevan di tengah krisis moral dalam dunia politik saat ini, di mana sering terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Bagi Kiai Azaim, politik yang baik harus membawa manfaat nyata bagi masyarakat luas.
---
2. Politik yang Berbasis Akhlak
Salah satu pemikiran utama Kiai Azaim adalah pentingnya membangun politik berbasis akhlak. Ia menekankan bahwa seorang pemimpin harus memiliki integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Menurutnya, politik tanpa akhlak hanya akan melahirkan kerusakan dan penderitaan bagi rakyat.
Ajaran Islam:
Pandangan ini sesuai dengan ajaran Islam yang menempatkan akhlak sebagai inti dari kehidupan, termasuk dalam aspek sosial-politik. Pemimpin harus berperilaku adil, amanah, dan mengutamakan kejujuran.