Lihat ke Halaman Asli

Alif Fatchur

Panupo Jiwo

Menggali Nilai Moral Pemain Figuran dalam Film

Diperbarui: 14 Oktober 2019   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Orang kaya baru|http://howexplore.com 

Bagi kita kehidupan itu bagaikan sebuah jalan. Entah jalan itu lurus ataukah penuh lika-liku, belok, tanjakan, ataupun jurang. Entah siapa yang akan melewati jalan tersebut, apakah orang itu baik atau jahat? pintar atau bodoh? cepat atau lambat? naik kendaraan atau jalan?

Entah jalan ini akan diperbaiki atau semakin rusak, karena kita tahu sebaik-baiknya jalan adalah orang yang merawatnya. begitulah kehidupan layaknya jalan.

Namun, kehidupan juga diumpamakan sebagai pohon. bagaimana dia tumbuh dari kecil hingga besar? bagaimana dia membuahkan buah yang nikmat atau beracun?. Apakah dia dapat mengayomi atau tumbuh tanpa cabang?. Apakah perkembangannya baik atau buruk?, begitu pula dengan siapa faktor dalam kehidupan ini.

Bahwa dalam Kehidupan ini ada faktor yang utama sebagai pemupuk, perawat, pemrakarsa seluruh seluk beluk kehidupan, yakni kita (aku sendiri, dirimu sendiri, atau diri kita sendiri). 

Kita sebagai penggerak gigi roda dalam mesin ini. kita sebagai provokator jalan mana yang akan kita pilih. Kita adalah penentu dalam kehiduapan, namun ada satu faktor juga bagi kita yang percaya dengan adanya Tuhan. Yakni, 99,9% usaha kita tapi hanya 0,01% adalah takdir Allah swt. yang dapat merubah seluruh apa yang telah kita usahakan.

Dalam pembahasan kali ini, pasti semua tahukan bagaimana fungsi karaker figuran dalam suatu drama atau film?. Bahwasannya karakter utama lah yang sering muncul dalam setiap sekmen kejadian. Sedangkan pemain figuran hanya datang atau muncul secara spontan saja. 

Mungkin hanya satu kejadian yang ada atau hanya sekilas, itupun tanpa bicara. Sungguh sangat ironis sekali pemain figuran dalam hal ini, sangat tak berdaya, hanya datang bila diperlukan, atau malah cuma sebagai pelengkap penghias drama. 

Tapi, konteks kali ini bukanlah karakter fihuran dalam drama atau film yang skenarionya dibuat-buat. Yakni dengan konteks  kehidupan asli kita.

Dalam hidup ini pernahkah merasa bahwa diri ini hanyalah sebagai pelengkap tujuan orang lain, sebagai pemanis rencana orang lain, sebagai bidak-bidak kejadian yang kita enggani. Melakukan sesuatu yang sukar dalam pikiran, menjalani tanpa emosi dari hati melainkan emosi yang terbuat dari stimulus yang didapat. Bersikap normal atau gembira padahal aslinya ingin pergi dari tempat itu. sungguh ironiskan?. 

Bukan hal ini yang ingin penulis perjelas, tapi menyikapi hal ini agar manfaatnya menjadi berharga. Pemain figuran adalah pelengkap bagi orang lain, jangan lupa ini kehidupan kita sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline