Pola Asuh Orangtua Dalam Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini
Orang tua merupakan guru pertama bagi seorang anak, karena orangtua lah yang paling paham mengenai perkembangan si anak. Hubungan orangtua dengan anak banyak perbedaan misalnya emosi, itu akan membuat anak merasa di cintai dan di sayang . karakter setiap anak jelas berbeda, maka sebab itu orangtua harus lebih paham tentang sikap dan perilaku sang anak . karena karakter tersebut berkembang sesuai dengan potensi yang dibawanya sejak lahir pada dasarnya karakter ini bersifat biologis . karakter setiap anak bisa dibentuk melalui pendidikan ,Dengan pendidikan anak akan menunjukkan kualitas dirinya.
Pola asuh yaitu suatu cara mendidik yang diberikan orangtua kepada anak. Pola asuh orangtua bisa di artikan sebagai salah satu bentuk interaksi anatara anak dengan orangtua. Untuk membawa anak kepada kedewasaan, orang tua harus memberi perilaku teladan yang baik kepada anak, dikarenakan anak suka berbohong kepada orang yang lebih tua atau orangtuanya.
Seperti yang di kemukakan oleh Jeanne Ellis Ormrod , tipe polah asuk didalam keluarga yaitu :
- Otoritatif (authoritative parenting), yaitu Para orang tua yang menggunakan pola asuh ini menghadirkan lingkungan rumah yang penuh kasih dan dukungan, menerapkan ekspektasi dan standar yang tinggi dalam berperilaku, memberikan penjelasan mengapa suatu perilaku dapat (atau tidak dapat) diterima, menegakkan aturan-aturan keluarga secara konsisten, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan dan menyediakan kesempatan- kesempatan anak menikmati kebebasan berperilaku sesuai usianya. Anak-anak yang berasal dari keluarga otoritatif pada umumnya memiliki sifat percaya diri, gembira, memiliki rasa ingin tahu yang sehat, tidak manja dan berwatak mandiri, kontrol diri (self-control) yang baik, mudah disukai, memiliki keterampilan sosial yang efektif, menghargai kebutuhan-kebutuhan orang lain, termotivasi dan berprestasi di sekolah.
- Otoritarian, Adapun anak yang di asuh oleh orangtua tipe otoritarian, anak cenderung tidak bahagia, cemas, anak memiliki kepercayaan diri yang rendah, kurang inisiatif, anak sangat bergantung pada orang lain, kurang memiliki keterampilan sosial dan perilaku prososial, memiliki gaya komunikasi yang koersif dalam berhubungan dengan orang lain serta memiliki sifat pembangkang. Pola asuh ini juga dapat menyebabkan anak menjadi depresi dan stres karena selalu ditekan dan dipaksa untuk menurut apa kata orang tua, padahal mereka tidak menghendaki.
- Permisif, pola dimana orang tua tidak mau terlibat dan tidak mau peduli terhadap kehidupan anaknya. Jangan salahkan bila anak menganggap bahwa aspek-aspek lain dalam kehidupan orang tuanya lebih penting daripada keberadaan dirinya. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama, bisa jadi orang tua tidak begitu tahu tentang perkembangan anaknya yang menimbulkan serangkaian dampak buruk. Di antaranya anak akan egois, tidak patuh terhadap orang tua, tidak termotivasi, bergantung pada orang lain, menuntut perhatian orang lain, anak mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya control diri yang baik, kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk orang tuanya. Dampak buruk ini akan terbawa sampai ia dewasa, kemungkinan pula anak akan melakukan hal yang sama terhadap anaknya kelak.
- Acuh Tak Acuh, dimana orang tua hanya memberikan sedikit dukungan emosional terhadap anak bahkan terkadang tidak sama sekali, menerapkan sedikit ekspektasi atau standar berperilaku bagi anak, menunjukkan sedikit minat dalam kehidupan anak, orang tua tampak- nya sibuk dengan masalahnya sendiri. Pola asuh seperti ini akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak kelak, yaitu anak akan cenderung bersikap tidak patuh terhadap orangtuanya, banyak menuntut, memiliki control diri yang rendah, kesulitan mengelola perasaan frustasi, dan kurang memiliki sasaran-sasaran jangka panjang.
Maka dari itu penulis mengemukakan bahwa orangtua dapat mempengaruhi setiap karakter anak secara signifikan melalui hal-hal yang mereka lakukan , dan pada dasaranya orangtua seharusnya bisa lebih mengarahkan anak untuk menjadi generasi yang unggul , karena anak tidak bisa mengembangkan potensinya tanpa adanya bantuan dari orangtua. Karena orangtua lah yang menjadi pendidik yang paling utama dan sudah semestinya, Jadi orangtua mempunyai peran paling penting dalam menciptakan lingkungan tersebut dengan harapan untuk memotivasi anak supaya dapat lebih siap dalam menghadapi berbagai rintangan di masa depan kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H