Lihat ke Halaman Asli

Status "Awas" Stasiun Lempuyangan Yogyakarta

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1426726287374952063

[caption id="attachment_403918" align="aligncenter" width="504" caption="kondisi terkini lingkungan stasiun Lempuyangan (dokumentasi 2014)"][/caption]

Kota Yogyakarta telah tumbuh menjadi kota budaya dan wisata dengan daya tarik yang tinggi, baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Ditambah lagi statusnya sebagai kota pelajar menjadikannya kota dengan ribuan mahasiswa dan pelajar dari berbagai jenjang pendidikan. Belum lagi masyarakat Jogja dengan aktivitas dan mobilisasinya yang tergolong tinggi, menjadikan kota ini masuk dalam kategori lingkungan yang "sibuk”. Untuk mengakomodir perihal itu, Jogja seyogyanya menyediakan fasilitas dengan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk sistem transportasi yang handal. Kereta api menjadi salah satu andalan sistem transportasi yang ada di Yogyakarta karena dianggap praktis, lancar, dan relatif murah. Oleh karena itu, tiga stasiun di Yogyakarta yaitu Stasiun Maguwo, Stasiun Lempuyangan, dan Stasiun Tugu selalu ramai pengunjung.

Namun, timbul masalah ketika ruang-ruang stasiun dan sekitarnya tidak mampu lagi mengakomodasi padatnya orang yang ada di lingkungan stasiun. Masalah ini terlihat jelas terutama di stasiun Lempuyangan. Kepadatan yang begitu tinggi tidak dibarengi dengan ketersediaan ruang yang cukup seperti hall stasiun, halaman depan stasiun, jalan akses ke stasiun, dan trotoar depan stasiun. Adanya parkir liar dan PKL lagi-lagi mengorbankan kepentingan publik lainnya, seperti akses pejalan kaki dan mengganggu kelancaran lalu lintas.

Faktor Sejarah

Stasiun Lempuyangan merupakan stasiun kereta api pertama yang didirikan Pemerintah Kolonial Belanda di Yogyakarta pada tahun 1872. Bangunan ini dibangun di atas tanah milik Keraton Yogyakarta yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai stasiun barang. Sejak 1 Desember 1997, stasiun kereta api Lempuyangan mendapat limpahan dari Stasiun Kereta Api Yogyakarta (Stasiun Tugu) sebagai terminal pemberangkatan dan akhir perjalanan kereta api kelas ekonomi. Sedangkan fungsi lamanya sebagai stasiun barang masih berfungsi sampai sekarang. Stasiun Tugu telah  direncanakan sebagai stasiun yang khusus melayani penumpang kereta api kelas bisnis dan eksekutif (Yusuf , 2009; Jamal 2014).

Jika berkaca pada sejarahnya, stasiun Lempuyangan memang dirancang bukan untuk stasiun umum. Selain itu, bangunan stasiun Lempuyangan saat ini juga masih sama. Artinya, belum diperluas walaupun statusnya sudah menjadi stasiun umum. Akibatnya, ruang-ruang lama tidak cukup menampung banyaknya pengunjung stasiun, apalagi pada waktu jam-jam sibuk atau peak session. Jarak antara hall utama stasiun dengan jalan utama depan stasiun juga terlalu sempit. Hanya dibatasi halaman depan yang kira-kira hanya selebar empat meter. Berbeda misalnya dengan stasiun Tugu yang memiliki halaman depan luas sebagai area parkir. Stasiun dan jalan utama terpisah sehingga tidak terlalu menimbulkan kepadatan tinggi di sekitar stasiun.

Faktor Kawasan

Letak kawasan Lempuyangan yang berada di tengah kota Yogyakarta bagian timur merupakan wilayah yang sangat strategis. Hal ini diperkuat dengan keberadaan Stasiun Lempuyangan sebagai pintu gerbang kawasan serta adanya jalan layang lempuyangan yang memperlancar arus transportasi kawasan. Stasiun Lempuyangan menjadi magnet berbagai aktivitas di kawasannya. Munculnya berbagai fasilitas komersial dan jasa sebagai wadah aktivitas tersebut menjadikan kawasan Stasiun Lempuyangan cenderung berkembang dalam perekonomian di sekitar kawasan Lempuyangan (Yusuf, 2009).

Namun sekali lagi, perkembangan sektor komersil tersebut belum dibarengi ketersediaan ruang yang mengakomodasi kegiatan mereka, bahkan mengeksploitasi ruang-ruang publik yang ada. Di satu sisi, banyaknya orang di lingkungan stasiun menjadi lapangan pekerjaan bagi para PKL ataupun jasa parkir. Tapi di sisi yang lain, keberadaannya justru mengganggu mobilisasi yang ada di sekitar stasiun Lempuyangan.

Masalah Parkir Liar

[caption id="attachment_403919" align="aligncenter" width="630" caption="parkir liar di depan stasiun Lempuyangan (dokumentasi 2014)"]

14267264801299286776

[/caption]

Masalah parkir menjadi sangat serius ketika ruang parkir dalam stasiun tidak cukup menampung semua kendaraan pengguna jasa kereta api. Menilik sejarah sejarah stasiun Lempuyangan yang awalnya hanya ditujukan untuk stasiun barang, kemudian menjadi stasiun penumpang kelas ekonomi khususnya, wajar saja jika desain stasiun tidak dilengkapi oleh fasilitas parkir yang luas. Kereta kelas ekonomi ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah. Tetapi, seiring dengan perkembangan perekonomian,  masyarakat golongan menengah saat ini sudah mampu memiliki sepeda motor. Dengan semakin banyaknya pengendara sepeda motor tersebut, kebutuhan lahan parkir pun semakin meningkat sehingga muncul parkir liar di depan stasiun akibat ruang parkir dalam stasiun yang sudah kehabisan ruang.

Parkir liar ini juga disebabkan oleh tarif parkir di dalam area stasiun yang lebih mahal dari pada di luar stasiun. Menurut salah seorang petugas parkir di stasiun ini, tarif parkir  di pinggir jalan hanya Rp 2000 saja, sedangkan di dalam area stasiun mencapai Rp 4000. Dengan begitu, banyak pengunjung yang memilih memarkir kendaraannya di luar stasiun tanpa mempedulikan lagi aspek keselamatan yang lebih tinggi jika parkir di dalam stasiun.

Dampak parkir liar adalah berkurangnya luas badan jalan utama depan stasiun Lempuyangan. Padahal, lebar jalan hanya sekitar enam meter saja, dan menjadi empat meter dengan adanya parkir liar ini. Maka, tidak heran lalu lintas sering mengalami kemacetan terutama pada jam-jam sibuk. Belum lagi bila ada mobil yang drop off menurunkan atau menjemput penumpang kereta yang menambah padat arus lalu lintas di belakangnya karena memang tidak ada area drop off di stasiun ini. Selain itu, menjamurnya parkir liar juga mengakibatkan lingkungan menjadi kotor dengan banyaknya sampah-sampah karcis parkir yang berserakan di pinggir jalan.

Masalah PKL

[caption id="attachment_403920" align="aligncenter" width="630" caption="PKL yang menjamur di trotoar depan stasiun (dokumentasi 2014)"]

14267265861242977472

[/caption]

Masalah berikutnya yaitu munculnya sektor informal (PKL). Tumbuhnya PKL terlihat di sepanjang ruas jalan Lempuyangan sisi selatan yang dipenuhi oleh kios-kios kaki lima. Kios-kios tersebut menempati lahan di depan rumah-rumah dinas PT. KA sehingga keberadaannya menutupi fasad rumah-rumah dinas tersebut dan menimbulkan kesan kumuh. Selain itu, kios-kios yang juga tumbuh melebar ke pedestrian telah menggusur area pejalan kaki.

Sama saja dengan kasus-kasus PKL di banyak tempat yang keberadaannya seringkali mengorbankan akses pejalan kaki sehingga mereka memilih untuk mlipir melewati jalan utama ketimbang lewat trotoar. Mayoritas pejalan kaki di sekitar stasiun Lempuyangan adalah pengguna jasa kereta api. Fasilitas pedestrian di sisi selatan sebenarnya sudah di sediakan tetapi karena adanya parkir liar dan kios-kios pedagang kaki lima yang menempati pedestrian itu. Sementara pedestrian di sisi utara sudah tidak efektif lagi karena sudah dipenuhi parkir liar, baik motor maupun mobil.

Kemacetan Lalu Lintas

[caption id="attachment_403921" align="aligncenter" width="630" caption="kondisi lalu lintas padat depan stasiun (dokumentasi 2014)"]

14267266631597859471

[/caption]

Menurut Yusuf (2009), kemacetan lalu lintas di kawasan Stasiun Lempuyangan disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

·Kemacetan terjadi terutama pada kedatangan kereta tujuan Yogyakarta karena dalam waktu yang relatif pendek, semua penumpang yang turun dari kereta api akan beralih menggunakan sarana transportasi lain.

·Penyempitan lebar jalan stasiun Lempuyangan akibat penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir sarana transportasi umum yang ada, yaitu becak, ojek, taksi, serta kendaraan pengantar atau penjemput.

·Posisi bangunan yang langsung berbatasan dengan jalan menyebabkan tidak adanya tempat penerima penumpang yang baru saja keluar dari stasiun.

Kemacetan lalu lintas tersebut dapat dipandang sebagai dampak tidak langsung dari perubahan fungsi stasiun Lempuyangan yang sebelumnya sebagai stasiun barang berubah menjadi stasiun penumpang kelas ekonomi.

Bagaimana Solusinya?

Solusi Parkir Liar

Permasalahan parkir menjadi faktor penyebab kurang lancarnya sirkulasi baik manusia dan kendaraan di sekitar stasiun Lempuyangan.Hal ini dapat terlihat dari parkir mobil, motor dan becak yang sampai pada badan jalan utama sehingga mengganggu sirkulasi baik kendaraan ataupun orang-orang yang melewatinya. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk merekayasa keberadaan area parkir tersebut sehingga tidak mengganggu sirkulasi di depan stasiun Lempuyangan.

Stadion Kridosono dapat difungsikan sebagian areanya sebagai parkir kendaraan roda empat / lebih bagi pengunjung yang akan memarkir kendaraannya dalam waktu sebentar dan lama (seharian atau bermalam). Pengunjung kemudian diberikan fasilitas transportasi penghubung (dari PT. KA) ke stasiun sehingga memudahkan akses pengunjung dari stadion Kridosono. Fasilitas ini dapat berupa kereta wisata yang dapat menampung banyak misalnya untuk rombongan banyak, atau dapat berupa motor pengantar untuk pengunjung jumlah terbatas.

[caption id="attachment_403922" align="aligncenter" width="560" caption="alternatif parkir ke arah stadion Kridosono"]

14267267311777253581

[/caption]

Fasilitas parkir dalam stasiun juga perlu ditambah terutama untuk kendaraan roda dua, baik yang parkir dalam waktu sebentar ataupun lama (bermalam). Parkir yang disediakan berada didalam pagar stasiun sehingga tidak ada lagi parkir liar yang mengganggu badan jalan utama depan stasiun Lempuyangan. Sedangkan mobil yang mengakses stasiun hanya mobil yang akan drop off dan menjemput penumpang kereta.

[caption id="attachment_403923" align="aligncenter" width="560" caption="alternatif penambahan ruang-ruang parkir dalam stasiun"]

14267268161362003777

[/caption]

Solusi Pedagang Kaki Lima

Pihak PT. KA dalam hal ini sebenarnya bisa melakukan upaya pemindahan lokasi parkir kendaraan ke tempat lain dan menampung pedagang kaki lima (PKL) di rumah-rumah dinasnya yang berada sisi selatan area stasiun Lempuyangan. Halaman rumah-rumah dinas ini cukup mampu untuk menampung para PKL yang ada di trotoar saat ini. Dengan begitu, konsumen PKL maupun pejalan kaki dapat berjalan lancar, tanpa mengganggu hak satu dengan yang lain.

Solusi Kemacetan Lalu Lintas

Kondisi jalan yang sekarang tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan pelebaran jalan untuk menambah kapasitas lalulintas yang ada. Solusi yang memungkinkan adalah dengan pengalihan arus jalan Lempuyangan menjadi satu arah dari arah Barat. Arus kemudian memutar melewati jalan Sudarso (melewati stadion Kridosono). Dengan adanya pengalihan arus ini, maka kepadatan lalulintas pada stasiun akan berkurang tanpa terlalu mengganggu kenyamanan akses yang ada sekarang.

[caption id="attachment_403924" align="aligncenter" width="560" caption="alternatif pengalihan jalur lalulintas sekitar stasiun menjadi satu arah"]

14267268901783065461

[/caption]

Fasilitas drop-off tidak kalah pentingnya untuk dibangun. Fasilitas ini harus dioptimalkan untuk memperlancar akses dan sirkulasi pengunjung dari dan menuju loket stasiun. Fasilitas ini  ditujukan bagi kendaraan yang akan drop-off dan menjemput penumpang saja, tidak untuk berhenti lama apalagi parkir. Fasilitas ini dapat diletakkan di sisi selatan ataupun utara stasiun, dikondisikan dengan letak area loket yang terdapat di bagian selatan dan utara stasiun Lempuyangan.

[caption id="attachment_403925" align="aligncenter" width="560" caption="alternatif pembangunan fasilitas drop off di beberapa titik sekitar stasiun"]

1426726952749021866

[/caption]

Bagaimanapun, ide-ide semacam ini dapat berjalan jika kerja sama dan komunikasi pihak-pihak terkait berjalan baik. Pemerintah ataupun pihak PT. KAI dapat menjadi kunci pembangunan lingkungan stasiun menjadi lebih baik dan nyaman. Hal ini perlu menjadi perhatian serius karena stasiun menjadi pintu gerbang atau pemberi kesan pertama orang datang ke kota Yogyakarta. Tentu,  stasiun yang kece dan nyaman menjadi kesan pertama yang baik bagi para pengunjung kota Jogja tercinta ini.

****

Salam JOGJA ISTIMEWA ! ! ! !

Sumber terkait :

Jamal, Lukluk Zuraida. 2014. Walkability Pada Kawasan Berbasis Transit Oriented development, Studi Kasus: Kawasan Stasiun Lempuyangan

Yusuf, Muhammad. 2009. Pengembangan Stasiun Lempuyangan

http://sosbud.kompasiana.com/2015/02/17/menjalarnya-critical-spot-di-fasilitas-publik-724059.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Lempuyangan

http://jogja.tribunnews.com/2015/03/18/warga-dukung-jalan-stasiun-lempuyangan-satu-arah

http://regional.kompasiana.com/2013/06/03/di-kawasan-yogyakarta-juga-ditemui-jalanan-macet-561841.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline