Pengertian Parenting Style (Pola Asuh Orang Tua)
Pola asuh berasal dari dua kata yaitu "pola" dan "asuh". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "pola" berarti model, sistem, cara kerja, bentuk, sedangkan kata "asuh" artinya menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri. Menurut Sochib (2000) yang dikutip oleh Rabiatul, pola asuh adalah hal yang fundamental dalam proses pembentukan karakter. Perilaku atau sikap orang tua yang baik sangat diperlukan bagi perkembangan anak-anak karena mereka cenderung melakukan peniruan dari lingkungan terdekatnya.
Hersey dan Blanchard (1978) dikutip oleh Garliah mengemukakan bahwa pola asuh merupakan bentuk dari kepemimpinan. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi seseorang, dalam hal ini kepemimpinan dipegang oleh orang tua ketika berusaha memberikan pengaruh kuat terhadap anaknya. Pola asuh terdiri dari komunikasi satu arah antara orang tua dengan anak. Terkait hal tersebut, orang tua bertanggung jawab dalam menentukan peran anak dan mengatakan apa, bagaimana, kapan, dan di mana anak harus melakukan berbagai tugas.
Sementara itu, menurut Petranto (Suarsini, 2013) pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak yang sifatnya konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku tersebut dirasakan oleh anak baik dari segi negatif maupun positif. Namun, pola asuh yang ditanamkan setiap keluarga sudah pasti memiliki perbedaan, hal ini tergantung pandangan dari setiap orang tua.
Dari berbagai penjelasan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan metode atau cara orang tua berinteraksi dengan anak sebagai wujud tanggung jawabnya, baik itu dengan cara memberikan perhatian, memberikan contoh atau teladan sikap yang baik dalam menyelesaikan masalah, memberikan arahan agar anak mampu mewujudkan hal yang diinginkannya.
Jenis-jenis Parenting Style
- Demokratis
Pola asuh Demokratis adalah pola asuh yang dilakukan orang tua agar anaknya dapat berusaha berorientasi pada masalah yang dihadapinya, menghargai setiap komunikasi, saling memberi dan menerima, dan menggunakan kekuasaan bila perlu. Dalam pola asuh ini juga orang tua tidak mutlak tetapi tidak juga menghendaki setiap kebutuhan anak. Pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang cenderung menuntut anak tetapi juga peka terhadap perasaan anak. Orang tua yang menggunakan pola asuh ini sangat berpengaruh terhadap perilaku maupun mental anak, karena di sini orang tua lebih menekankan kedisiplinan bukan suatu hukuman dan mereka juga menginginkan anaknya tegas serta dapat bertanggung jawab secara sosial dan mengatur dirinya sendiri, sehingga anak dapat membedakan langkah apa yang harus diambil dalam mengambil keputusan dan memilah mana hal baik dan mana yang buruk.
- Permisif
Pola asuh Permisif adalah pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap anak dengan memberikannya kebebasan secara berlebihan, sehingga karakter anak tidak terbentuk sebagaimana mestinya. Pola asuh ini lebih condong ke arah negatif sebab anak tidak tahu apa itu tata tertib, tidak memiliki jiwa kepemimpinan, dan anak tidak dapat menghargai orang lain.
Ciri-ciri pola asuh permisif adalah sebagai berikut :
- Tidak adanya monitor dan bimbingan terhadap tindakan anak.
- Orang tua bersikap acuh tak acuh dalam mendidik anak.
- Orang tua hanya mengutamakan kebutuhan materiil.
- Membiarkan setiap hal yang dilakukan anak.
- Keakraban dan kekeluargaan dalam lingkungan keluarga kurang terjalin.
Pola asuh ini sangat memberikan kebebasan terhadap anak untuk melakukan apa yang ia sukai tanpa adanya aturan yang diberikan orang tuanya. Dengan kebebasan yang diberikan ini, maka anak tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
- Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang menerapkan semua keputusan berada di tangan orang tua bahkan sampai dibentuk oleh orang tua. Pada pola asuh ini, anak dituntut orang tua agar menjadi seperti apa yang diinginkan orang tua. Jika keinginan- keinginan orang tua tidak bisa dicapai oleh sang anak maka orang tua tidak akan segan untuk menerapkan hukuman yang keras kepada anaknya. Selain itu, biasanya orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter juga membuat peraturan- peraturan yang harus dipatuhi anaknya, bahkan orang tua yang menetapkan peraturan tersebut tidak memberikan penjelasan tentang alasan mengapa harus mematuhi aturan tersebut dan tidak diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat meskipun peraturan yang ditetapkan tidak masuk akal. Berikut adalah ciri- ciri pola asuh otoriter menurut Baumrid (dalam Yupit Yuliyanti 1991: 100) :
- Orang tua suka menghukum secara fisik.
- Orang tua cenderung bersikap mengomando (mengharuskan atau memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi).
- Bersifat kaku.
- Orang tua cenderung emosional dan bersikap menolak.
Pengaruh pola asuh demokratis terhadap mental health
Anak yang mendapatkan didikan secara demokratis dari orang tua akan memiliki kematangan emosional. Hal tersebut terjadi karena mereka mempunyai kemampuan untuk menghindari permusuhan. Kemampuan mengendalikan emosi dan menghindari pertikaian merupakan dampak positif dari pola asuh orang tua yang selalu mengarahkan anak, dan memberikan penjelasan mengenai hal yang baik atau buruk beserta dampaknya. Selain itu, anak atau remaja yang mendapatkan pola asuh demokratis akan dapat dengan mudah menyalurkan cinta kasih, serta memiliki kemampuan untuk berpikir positif.
Sikap orang tua yang demokratis dalam mendidik anaknya dengan menghargai serta mendengarkan pendapat mereka akan menciptakan kondisi yang seimbang antara perkembangan individu dan perkembangan sosial. Perkembangan individu dan sosial yang seimbang akan mengakibatkan anak memiliki mental yang sehat.
Pola asuh yang dijalankan secara demokratis akan menumbuhkan sikap anak yang terbuka terhadap kritik, mampu menghargai orang lain, memiliki tingkat percaya diri yang tinggi, serta mampu bertanggungjawab terhadap kehidupan sosial mereka.
Pola asuh demokratis jauh lebih baik dibandingkan dengan pola asuh otoriter dan permisif. Hal tersebut terjadi karena dalam pola asuh ini komunikasi antara orang tua dengan anak berjalan dengan baik. Orang tua selalu ada untuk anak sebagai pendengar yang baik di saat anak menceritakan keluh kesahnya dalam menjalani hari-harinya. Di lain sisi, pola asuh ini dapat membantu perkembangan kecerdasan anak agar dapat menggali potensi dirinya sendiri sehingga orang tua akan memberikan dukungan terhadap minat dan bakat anaknya supaya dapat berprestasi dalam bidang yang diminati.