Lihat ke Halaman Asli

Alifia Nurul Aini

Menulis untuk di dengar

Gerakan Intelektual Profetik Vs Fenomena Krisis Identitas

Diperbarui: 30 Agustus 2021   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap manusia merupakan pribadi yang berkembang. Setiap waktu mereka melakukan kegiatan untuk memperbaharui kualitas diri. Namun dalam perjalanan manusia melakukan proses pengembangan diri, tentu terdapat banyak pilihan dan pengaruh yang datang. Pastinya semua proses yang dilalui manusia tidaklah mudah. 

Dalam perjalanannya manusia seringkali dihadapkan pada tujuan hidup yang harus ia pilih. Maka akan timbul pertanyaan-pertanyaan dalam benak manusia, “ Siapakah diri saya sebenarnya?”, “ Apa yang akan saya tuju dalam hidup saya?”. 

Bagi manusia yang bertekad kuat, mereka akan dengan gigih mencari jawaban untuk setiap pertanyaan tentang dirinya. Namun, bagi mereka yang belum tergerak, akan menjadi sulit dan cenderung untuk berputus asa. Hal inilah yang menyebabkan munculnya krisis identitas di tengah-tengah pertarungan menuju cita-cita hidup.

Sebenarnya, apa itu krisis identitas? Istilah krisis identitas pertama kali dicetuskan oleh Erik Erikson, seorang psikolog dan psikoanalis asal Jerman. Ia berteori bahwa tantangan psikologis seperti ini tidak hanya dialami oleh remaja, tetapi juga orang paruh baya. Artinya, identitas merupakan sesuatu yang terus tumbuh sepanjang hidup saat seseorang menghadapi tantangan baru dan mengatasi berbagai masalah.

Erikson juga percaya behwa pengembangan kepribadian seseorang bergantung pada apakah ia dapat menyelesaikan konflik dalam kehidupannya dengan baik atau tidak. Kriris identitas adalah ketika Anda mempertanyakan siapa diri Anda atau identitas diri. Biasanya, kondidi ini muncul ketika seseorang mengalami perubahan besar dalam hidupnya.

Krisis identitas apabila tidak ditumpas akan berujung pada perilaku buruk dan kesehatan mental yang lemah. Hal ini dikarenakan kita akan terus menerus memandang diri secara negatif. Sehingga celah-celah untuk masuknya pandangan positif akan tertutup.

Kita sebagai manusia tentunya tidak perlu khawatir bahwa suatu saat nanti kita akan dihadapkan pada krisis identitas. Ada banyak cara untuk menumpas semua itu. Tentunya semua itu kembali pada diri kita masing-masing. Kekuatan terbesar untuk menumpas krisis identitas adalah tameng diri yang kuat. Maka disini tameng yang saya maksud adalah mengedepankan gerakan inteletual profetik.

Yang menjadi pertanyaan adalah, apa sebenarnya makna dari intelektual profetik? Mengapa gerakan tersebut dapat kita jadikan tameng kekuatan diri untuk menghindari krisis identitas?

Secara epistimologis, intelektual profetik terdiri dari kata intelektual artinya seorang pembebas yang didasarkan pada kesadaran dengan menggunakan semua potensi dalam dirinya untuk kebermanfaatan diluar dirinya. 

Sedangkan profetik artinya kenabian, wahyu dan keimanan. Jadi intelektual profetik adalah upaya dalam meletakkan keimanan sebagai ruh atas nalar akal dengan nalar wahyu yang disatukan menjadi semangat gerakan.

Alasan mengapa gerakan intelektual merupakan tameng untuk memperkuat diri karena di dalam setiap gerakannya, pemikiran seorang intelektual profetik mempunyai koridor atau batasan yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Seorang intelek adalah seseorang yang merdeka dalam berfikir. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline