Lihat ke Halaman Asli

Cerita di Balik Tugas Pertama hingga Tugas kesembilan

Diperbarui: 30 Mei 2022   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hai semuanya.....

Apa kabar ?

Saya harap kalian tetap dalam keadaan yang baik dan semoga kita semua tetap dalam lindungan Allah SWT.

Setelah diartikel-artikel sebelumnya saya menceritakan tentang teman saya, ibu saya, bapak saya dan hasil-hasil interview saya bersama orang-orang yang hebat. Dan kali ini tiba giliran saya untuk menceritakan hal-hal yang saya alami selama satu semester ini, khusus nya ketika saya sedang melakukan interview.

Jujur saja tugas yang diberikan oleh dosen saya pada mata kuliah kewarganegaraan kali ini memang cukup menantang. Mengapa saya sebut cukup menantang ? karena melakukan interview adalah hal yang cukup sulit untuk saya lakukan, hal itu saya anggap sulit karena saya sendiri kurang bisa berkomunikasi dengan orang asing. Mungkin untuk tugas pertama, kedua dan ketiga tidak begitu sulit, karena saya hanya akan melakukan interview dengan teman, ibu dan bapak saya dan mereka bukan lah orang asing bagi saya. Dan bagian tersulitnya adalah saat saya harus melakukan interview untuk tugas ke empat, ke lima, ke enam, ke tujuh, ke delapan dan ke Sembilan.

Mari bercerita mengenai tugas ke empat dan tugas kelima. Saat pertama kali membaca chat mengenai tugas tersebut, jujur saja saya merasa keget dan juga merasa tugas kali ini cukup menarik dan menantang. Mengunjungi rumah ibadah agama lain adalah hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Saat mengetahui tugas tersebut terbersit di pikiran saya untuk mengunjungi dua gereja yang tidak jauh dari rumah saya, tetapi kemudian saya menyadari bahwa gereja tersebut adalah gereja protestan, karena ditugas tersebut kami diperintahkan untuk mengunjungi dua rumah ibadah yang berbeda jadi saya harus menentukan di gereja mana saya akan melakukan interview, pada saat itu saya dihadapkan oleh dua pilihan yaitu gereja GKJTU atau gereja pantekosta. Dan akhirnya pilihan saya jatuh ke gereja pantekosta, pemilihan gereja ini buka tanpa alasan, jadi....

Sejak awal saya telah merencanakan untuk datang kegereja bersama sepupu saya pada hari minggu pukul 10.00, karena ada hal-hal lain yang harus saya lakukan akhirnya kami berangkat dari rumah pukul 10.30, karena jarak gereja dan rumah saya tidak jauh kira-kira hanya 2-3 menit, saat tiba disana ternyata masih banyak mobil yang terparkir dihalaman gereja yang menandakan para jamaat gereja belum selesai beribadah alhasil saya dan sepupu saya melanjutkan perjalanan ke gereja yang satu nya lagi. Saat tiba disana syukurlah gereja sudah sepi dan tinggal satu jamaat gereja yang sedang duduk didepan gereja, lalu dengan perasaan yang deg-degan saya memberanikan diri untuk menghampiri orang tersebut dan menyampaikan maksud saya, akhirnya orang tersebut memanggil ibu dari pendeta dan kemudian saya dipersilahkan masuk untuk bertemu dengan pendetanya, tentunya bersama sepupu saya juga. Singkat cerita interview berjalan dengan baik.

Dan tibalah waktunya untuk mengerakan tugas yang ke lima, untuk kali ini saya memilih untuk mendatangi klenteng Hok Swie Bio. Klenteng tersebut terletak di Bojonegoro kota, perjalanan dari rumah saya sampai ke klenteng memakan waktu sekitar 35 menit, karena ini pertama kalinya bagi saya berkendara sendiri ke bojonegoro jadi masih ada sedikit rasa takut dan deg-degan juga sampai beberapa kali saya melanggar lampu lalu lintas. Sayang sekali saat tiba disana saya tidak bertemu pendetanya dan hanya bertemu penjaga klenteng, lalu penjaga klenteng tersebut menyarankan saya untuk datang lagi pada keesokan harinya pada pukul 09.00 dan saya pun mengiyakan saran tersebut. karena sudah terlanjur berada di kota dan tidak jadi bertemu pendeta, akhirnya memutuskan untuk berkeliling kota sebentar. Dan pada keesokan harinya saya datang kembali ke klenteng tersebut dan akhirnya saya dapat bertemu juga dengan pendeta klenteng tersebut, meskipun harus menunggu beliau melayani tamu-tamunya.

Tugas selanjutnya atau tugas keenam telah menanti, tugas ini tidak sulit karena saya hanya akan melakukan interview dengan salah satu tokoh agama di desa saya untuk mencari tahu tentang tradisi-tradisi untuk menyambut bulan ramadhan. karena tokoh agama tersebut merukan salah satu kerabat saya, jadi saya tidak terlalu takut untuk melakukan interview.

Tugas ke tujuh telah tiba, pada tugas ini kami diperintahkan untuk belajar mengenai Bawaslu dan KPU. Saat itu juga saya langsung mencari dimana letak bawaslu dan KPU kabupaten Bojonegoro lewat google maps, setelah mengetahui kedua lokasi tersebut saya lebih memilih untuk mendatangi Bawaslu yang terletak di sebelah alun-alun Bojonegoro. Saat tiba disana ternyata komisaris bawaslu belum datang dan beliau baru datang pada pukul 10.00 dan akhirnya saya memilih untuk tidak menunggu. Jujur saja pada saat itu perjalanan ke bojonegoro terasa sangat berat karena saat itu saya tengah menjalankan ibadah puasa ramdhan dan cuaca di bojongoro juga sangat panas.

Untuk menyelesaikan tugas tersebut akhirnya saya memutuskan untu melakukan interview dengan panwaslu desa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline