Lihat ke Halaman Asli

ALIFIA DIA AYU ANINDIA

UNIVERSITAS JEMBER

Efektivitas Segi Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan terhadap Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit

Diperbarui: 20 Desember 2023   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Alifia Dia Ayu Anindia dan Sundahri

Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

Korespondensi : Sundahri.faperta@unej.ac.id

Ekspansi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan usaha yang dilakukan agar menjadi lebih besar atau luas. Seperti halnya ekspansi kebun sawit dimana lahan untuk budidaya kelapa sawit diperluas untuk kepentingan perusahaan atau individu.  Ekspansi kelapa sawit merupakan tingginya permintaan minyak kelapa sawit di pasar global. Biasanya instansi perkebunan skala menengah ke atas yang melakukan kegiatan ekspansi kelapa sawit. Proses ekspansi ini menjadi permasalahan umum yang dirasakan oleh pekerja atau petani lokal perkebunan sawit terkait konflik sosial, adanya deforestasi, dan keanekaragaman hayati yang semakin menurun akibat monokulturasi tanaman perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan hasil data BPS (2021) 46.223,30 ribu/hektar produksi tanaman perkebunan kelapa sawit yang menurun sedangkan di tahun 2020 berkisar 48.296,90 ribu/hektar. Hal ini yang menjadi dorongan perusahaan perkebunan sawit melakukan ekspansi perluasan lahan produktif untuk menambah produktivitas minyak sawit. Adanya ekspansi ini ada keuntungan dan kekurangan dari kegiatan tersebut dalam bidang sosial ekonomi dan lingkungan. Terkait bidang sosial ekonomi petani lokal terbantu dari segi penghasilan yang ikut meningkat apabila hasil produksi sawit molonjak tinggi namun disisi lain petani menjadi ketergantungan penghasilan hanya dari hasil perkebunan sawit. Dampak yang ditimbulkan ekspansi untuk lingkungan adalah terjadi deforestasi hutan, meningkatknya emisi karbon, dan perubahan iklim (1). Tidak hanya itu ekspansi sawit yang terus menerus juga memengaruhi kuantitas air tanah dan pencemaran air serta kehilangan aneka ragam satwa liar. Kelapa sawit membutuhkan 1,25-2,31 mm/hari dan mampu dalam penyerapan air sampai kedalam 5,2 m hal ini yang menjadikan budidaya kelapa sawit sulit apabila lahan yang digunakan lebih dari 1 ha akan terganggu ketersediaan air tanah bagi tanaman lain di luar kebun kelapa sawit karena penyerapan air tanah oleh kelapa sawit yang terlalu banyak.

Berdasar yang terlihat pemerintah mengusahakan untuk melakukan tata Kelola kebun sait agar lebih menyeimbangkan antara sosial ekonomi dan lingkungan. Bidang sosial yang dapat diamati adalah Ketika Masyarakat sekitar lahan sawit yang mempunyai lahan kosong mulai mengkonversi dari semak-belukar, ladang dan kebun berangsur-angsur dijadikan perkebunan kelapa sawit. Pada dampak sosial biasanya petani dan pemerintah terjadi tumpeng tindih dalam bukti surat oenguasaan lahan yang dimana petani yang kurang paham hukum dalam kepemilikan lahan dapat disalahgunakan oleh pihak lain. Selain itu juga konflik yang ditimbulkan adalah perebutan bagi hasil produksi sawit. Dampak ekologi atau lingkunga yang ditimbulkan adalah perluasan lahan atau ekspansi tersebut yang mulanya hutan menjadi lahan sawit mengubah suhu udara menjadi semakin panas. Tutupan hutan yang diganti menjadi lahan sawit akan mudah erosi tanah dan banjir karena saat hujan sudah tidak lagi ada kanopi daun-daun pohon yang menghalangi sehingga air hujan langsung jatuh ke tanah yang semakin lama akan memperkeruh erosi tanah (2). 

Ekspansi membuat petani menengah ke atas mengubah lahan karet menjadi lahan kelapa sawit yang menurut petani hasil yang diperoleh lebih besar dari pembukaan lahan tanam karet. Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari adanya ekspansi adalah populasi satwa menurun, terjadi pencemaran air, berkurangnya kuantitas air tanah. Dampak ekonomi yang dirasakan adalah ketergantungan dari hasil perkebunan kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga dikarenakan petani tidak lagi melakukan usaha lain selain dari kegiatan petani sawit dengan menggantungkan dari harga tandan buah segar kelapa sawit yang mengalami fluktuasi harga. Tutupan lahan hutan menjadi lahan sawit akan memudahkan erosi tanah dan banjir karena tidak adanya kanopi daun dari pohon yang menghambat jatuhnya air hujan ke tanah. Dampak positif yang dapat diambil dari sisi sosial ekonomi mendorong dan mempekerjakan masyarakat sekitar perkebunan untuk berpencaharian sebagai petani sawit dengan menggunakan pola penggunaan subsistem dan migrasi tenaga kerja perkebunan (3). Musim kemarau akhir-akhir ini membuat cuaca begitu sangat panas karena tidak turun hujan dalam kurun waktu lama apalagi adanya ekspansi ini membuat lingkungan menjadi lebih panas karena pohon hijau ditebang untuk perluasan lahan sawit. Dibeberapa daerah pembukaan lahan dilakukan dengan pembakaran hutan dengan skla besar yang mengakibatkan polusi udara yang sekaligus menghabiskan habitat satwa (4). Solusi yang dapat diterapkan membatasi kegiatan ekspansi kelapa sawit adalah meminimkann eksternalitas negative dari industry pengolahan CPO dengan salah satu contohnya kerjasama antar berbagai pihak terkait baik petani, pemerintah, swasta dalam kebijakan pengelolaan Perkebunan. Selain itu, salah satu cara lain adalah sertifikasi ISPO/RSPO dimana Upaya mengurangi transparansi mengenai dampak lingkungan dan meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai petani sawit dalam pemantauan pelaksanaan sertifikasi minyak  kelapa sawit. Solusi lain agar tidak adanya bentrok antar sosial pemerintah dapat melakukan mengimplementasikan terpenuhinya hak-hak masyarakat sebagai petani (5). Ekspansi perkebunan kelapa sawit dapat menyebabkan deforestasi yaitu adanya alih fungsi menjadi perkebunan monokultur yang didominasi oleh perkebunan sawit. Deforestasi menjadikan banyak masalah lingkungan juga seperti bencana skala lokal maupun global (6).

Kesimpulan yang dapat diringkas bahwa ekspansi atau perluasan lahan hutan menjadi Perkebunan kelapa sawit membuat beberapa ekosistem terganggu terutama pada lingkungan dikarenakan resapan air hujan dari hutan terkikis dan mudah erosi akibat penebangan dan pembakaran hutan.  Selain itu juga mempengaruhi aspek sosial ekonomi dimana masyarakat sebagai petani merasa dirugikan karena hak yang diperoleh kurang merata. Solusi yang dapat di berikan adalah dengan kerjasama antar semua pihak baik masyarakat, pemerintah, swasta dalam mengelola sebuah perkebunan sawit agar menyeimbangkan hak sosial ekonomi masyarakat sekaligus memperbaiki aspek ligkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline