Pulau Pasir, 2005 daerah dimana ramai dengan penduduk yang kesehariannya berhadapan dengan alam. Desa yang asri dengan banyaknya pepohonan, desa yang dingin sekaligus panas dengan hamparan laut yang luas. Disinilah aku tinggal. Dulu ditahun itu aku masih suka berlari berkejar-kejaran, memanjat pohon di rumah nenek bahkan pohon-pohon di tepi pantai. Ibu yang menyewakan ban-ban untuk berenang di taman hiburan Pasir Putih masih teringat jelas diingatan ini. Bahkan reruntuhan daun pergantian musim masih terbayang indah. Ya memang betul dulu Pasir Putih merupakan taman hiburan yang banyak diminati warga masyarakat Lampung. Tidak hanya itu, bahkan orang-orang dari luar pulau juga menikmati indahnya pantai ini. Disana terdapat 3 pintu masuk dengan ciri khasnya masing-masing. Pertama pintu masuk Pulau Pasir, pintu ini tempat ibuku menyewakan ban. Kedua, pintu masuk Pasir Putih 1, pintu khas dengan adanya pohon bakau di sekitarnya. Dan yang ketiga adalah pintu Pasir Putih 3 yang terdapat patung-patung di pintu masuknya.
Di taman hiburan ini terdapat banyak wahana permainan. Jika sudah musim anak sekolah libur maka lebih banyak lagi mainan yang ada. Salah satu permainan yang wajib dicoba adalah kano. Kano adalah sebuah papan dayung dimana kita bisa mendayung sendiri maupun berdua. Papan ini berbentuk seperti papan yang berukuran kurang lebih 1 meter yang bisa kita dayung sampai ke batas merah laut tanpa menyebur di air. Batas merah adalah batas dimana para pengunjung tidak boleh melewatinya dikarenakan laut yang sudah cukup dalam apalagi bagi para anak-anak. Yang menariknya adalah disini juga tersedia kapal-kapal kecil untuk pengunjung dapat berlayar ke pulau sebrang. Pulau Condong namanya, sebuah pulau yang dikelilingi laut biru tanpa polusi, laut yang indah bahkan saat kita melihat kedalamnya kita dapat melihat ikan dan terumbu karang. Pulau ini menjadi tujuan yang diminati para pengunjung juga dikarenakan adanya kapal karam bekas jaman dulu. Ada juga moyet-monyet liar yang suka mengajak main pengunjung. Disana juga disediakan pendopo dan kamar mandi untuk bilas setelah mandi laut.
Permainan lainnya dari taman hiburan ini adalah adanya waterboom dan banana boat. Bahkan ada juga ontang-anting dan kuda putar. Setiap tahun baru dan liburan lebaran tidak jarang juga terdapat live music yang disediakan. Setelah mainan-mainan kita kulik makanan yuk! Makanan-makanan ringan disini juga unik-unik. Banyak jajanan-jajanan seperti gulali dan permen kapas, terdapat juga pop corn local. Untuk makanan asin disini tersedia bakso, mie ayam, pecel, gorengan, pop mie, ada juga rujak petis dan berbagai macam es. Biasanya banyak juga pedagang keliling yang menawarkan kacamata gaya ataupun kaca mata renang, jam tangan dan aksesoris lainnya.
Pulau Pasir 2021, asap pabrik, gusuran perkampungan, jalanan yang kotor. Dapat didefinisikan dengan baik sekarang. Taman hiburan yang dulu berjaya, kini sudah tidak lagi. Taman hiburan itu kini menjadi tempat perlatihan tentara. Bahkan ada sebagian yang dibeli oleh China. Taman huburan yang dahulu ramai, kini menjadi tempat yang enggan untuk kita masuki. Berbagai macam limbah pabrik yang dibuang ke laut membuat kita tidak ingin bermain air lagi disana. Perkampungan warga juga sudah jadi pabrik. Hotel-hotel tempat pengunjung menginap bahkan menjadi gudang semen. Ya, inilah desaku dimana semua berubah dalam hitungan tahun. Dimana perubahan ini merupakan perubahan yang sangat signifikan dan mengejutkan. Orang tuaku sudah tidak lagi menyewakan ban. Mereka beralih profesi menjadi wirausaha, menjual berbagai macam bahan bangunan. Hal baiknya dari perubahan ini adalah jalanan menjadi lebih bagus, pasar sudah menjadi lebih lengkap. Adanya Indomaret dan Alfamart yang berdeketan juga mempermudah masyarakat untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Terdapat dokter-dokter yang membuka praktek, dan munculnya ide baru membuat taman hiburan di ujung daerah yang masih asri.
Memang inilah yang terjadi di desaku, banyak hal yang harus dirubah dan dikembangan. Aku memang sudah tidak bermain kesana kemari seperti dulu. Pohon-pohon tempatku bermain beberapa sudah hilang, bahkan ada yang sudah terkena abrasi pantai. Tapi aku tetap cinta desaku, menurutku disinilah pengalaman kecilku dibangun, disinilah masa kecilku kokoh untuk membuat diriku yang sekarang. Tidak mengapa terdapat perubahan-perubahan di desaku, aku akan mengambil baiknya dan menjaga yang masih asri sekarang. Thanks for 22 years.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H