Indonesia pada tahun 2022 kini memegang peran penting dalam kerja sama multilateral beberapa negara karena telah resmi dinyatakan memegang Pesidensi G20. Konsep presidensi yang diusung Indonesia adalah "Recover Together, Recover Stronger" untuk mengupayakan perbaikan yang berkelanjutan dalam sektor energi serta perkembangan GDP dan perdagangan dunia. Upaya presidensi Indonesia yang hendak dicapai dalam G20 adalah kesehatan global yang inklusif, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi menuju energi. Tiga tujuan utama presidensi ditentukan bukan tanpa alasan, kini dunia dihadapkan dengan masalah kesehatan yang serius karena adanya pandemi Covid-19 memberikan dampak dalam berbagai sektor.
Oleh karena itu untuk memperkuat pertahanan dunia dalam menghadapi pandemi atau ancaman kesehatan yang sejenis, tujuan pertama presidensi Indonesia mengenai masalah kesehatan untuk mengupayakan perbaikan sumber daya tenaga kesehatan, vaksin, obat, alat kesehatan yang inklusif dengan saling membantu antar negara dari penggalangan dana global. Dengan demikian krisis kesehatan antar negara dapat teratasi dan mengurangi masalaha kesehatan dunia.
Transformasi ekonomi berbasis digital diupayakan untuk memanfaatkan teknologi digital dalam bidang ekonomi menjadi lebih efektif. Adanya transformasi ekonomi digital dapat memperbaiki atau menyusun kembali pengelolaan ekonomi global. Transisi menuju energi yang berkelanjutan diupayakan untuk mewujudkan energi dengan rendah karbon. Artinya sistem energi global yang diupayakan merupakan energi yang lebih bersih. Ketiga tujuan tersebut berprinsip dalam kebutuhan dan pertumbuhan global yang inklusif, seimbang dan berkelanjutan.
Negara anggota G20 yang terdiri dari 19 negara yaitu Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Perancis, China, Turki dan satu kawasan Uni Eropa telah menyumbang kebutuhan energi global sebesar 77%. Negara G20 memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan energi berkelanjutan yang aman, bersih, efisien dengan menginovasikan teknologi.
Energi yang bersih dapat menciptakan lingkungan yang bersih sehingga kehidupan dapat berkelanjutan dan seimbang. Energi ramah lingkungan dapat meminimalisir adanya pemanasan global bisa dilakukan dengan menggantikan energi berbasis fosil seperti gas alam, minyak bumi, dan batu bara menjadi sumber energi terbarukan seperti angin, matahari dan baterai lithium ion.
Salah satu contoh di Indonesia telah memulai menciptakan energi ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dapat mencemari udara, perencanaan kebijakan untuk meningkatkan biaya pajak karbon, mengurangi emisi karbon dengan strategi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) dan mengoptimalkan penggunaan gas bumi.
Pemerintah Indonesia berusaha mewujudkan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang bersih dengan teknologi Clean Coal Technology (CCT), Variable Renewable Energy (VRE), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Selain itu pemerintah juga merubah peraturan pengembangan pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) dapat dilakukan di luar rincian Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2019-2038, pengembangan smart grid, grid code, distributed generation, micro grid, distributed storage, penyediaan dan penggunaan energi bersih di tempat wisata.
Upaya perbaikan pemerintah Indonesia dalam mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan dapat dimaksimalkan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat. Upaya dalam pengembangan dan pembangunan Energi Baru Terbarukan (EBT) diharapkan dapat terwujud di seluruh Indonesia. Adanya kesenjangan tekologi dan pembangunan antar daerah di Indonesia rasanya menjadi hal yang harus sangat diperhatikan.
Pemerintah tidak boleh mencanangkan sebuah program yang revolusioner seperti Energi Baru Terbarukan (EBT) hanya dengan melihat tolak ukur daerah perkotaan besar dan daerah Industri. dengan ikut sertanya Indonesia dalam Negara G20 tentunya menjadi sebuah perhitungan bagi dunia dimana negara kaya dengan bahan baku akan menuju pada sebuah perubahan energi yang baru terbarukan serta net zero emission.
Adanya babak baru dalam perubahan energi di Indonesia sebaiknya harus bisa diintegrasikan di berbagai sektor, hal ini dikarenakan struktural sebuah pemerintahan yang tidak mudah dan sekejap dalam membuat sebuah program baru, kebijakan baru, bahkan pelaksanaannya. Pengintegrasian yang diperlukan adalah dengan adanya kolaborasi baik antara eksekutif dan legislatif, antar kementerian bahkan antar pemerintah daerah juga harus dilakukan.
Hal ini dapat mendorong adanya kesamaan prespektif serta keterbukaan untuk sama-sama mensukseskan EBT dan net zero emission. Teredukasinya masyarakat mengenai EBT, pemahaman akan pentingnya net zero emission, seta terintegrasinya seluruh pemangku kebijakan dan pelaksana program pemerintah akan membawa kesuksesan akan program Indonesia dalam G20. Untuk itu mari bersama mewujudkan Energi baru Indonesia, Indonesia yang maju, Indonesia yang berkembang dalam teknologi, serta Indonesia emas pada 2045.