Lihat ke Halaman Asli

Alif Daffa Patria

Mahasiswa Universitas Sriwijaya

Dampak Ketahanan Pangan dan Energi dunia Akibat Perang Russia Ukraina

Diperbarui: 1 Desember 2024   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ketahanan Pangan

Pada tanggal 24 Februari 2022, Russia melancarkan serangannya ke Ukraina semua ini terjadi karena adanya keinginan Zelensky yakni presiden Ukraina untuk segera bergabung dengan aliansi NATO. Yang tentu NATO merupakan musuh utama dari Russia, Russia menganggap bahwa dengan adanya NATO di perbatasan Russia, maka akan mengancam kedaulatan mereka karena NATO akan membangun basis militer di Ukraina.

Maka dari itu Russia menginvasi Ukraina, tetapi mungkin banyak dari kita berfikir bahwa dengan adanya peperangan Russia Ukraina tidak akan mempengaruhi aspek-aspek yang lain dalam kehidupan kita. Padahal kedua negara tersebut memiliki komoditas dan negara lain memiliki ketrgantungan terhadap kedua Negara tersebut sehingga secara tidak langsung negara-negara lain merasakan dampak dari peperangan tersebut.

Salah satunya yakni adalah kenaikan harga pangan dan terancamnya ketahanan pangan terutama gandum akibat dari perang ini. Seperti yang diketahui bahwa Ukraina adalah negara dengan pengekspor komoditas gandum terbesar secara global tetapi pada saat invasi Russia, banyak dari kapal-kapal yang membawa komoditas-komoditas ini di setop oleh kapal Russia. Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif Indonesia's Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) memberikan pernyataan bahwa Ukraina adalah negara dengan produksi gandum terbesar se daratan Euro-Asia.

Yang dimana artinya ekspor dan pendistribusian pangan di Eropa dan Asia terganggu, termasuk Indonesia lah yang merasakan dampaknya secara langsung. Yang dimana hal ini ditandai dengan kenaikan harga pangan seperti yang diutarakan oleh peneliti ketahanan pangan, Azizah fauzi beliau mengutarakan bahwa harga tepung gandum di Indonesia meningkat sebanyak 18% setelah perang Russia-Ukraina pecah.

Ketahanan Energi

Hal ini diperparah dengan adanya dampak ketahanan energi yang ditimbulkan dari perang ini juga, yakni adanya perang embargo antara Russia dan Uni Eropa hal ini dilakukan oleh Uni Eropa dalam rangka mengstop invansi Russia terhadap Ukraina, tetapi hal ini justru senjata makan tuan bagi Uni Eropa karena Uni Eropa itu sendiri memiliki ketergantungan energi fossil dengan Russia. Jumlahnya tidak main-main Eropa dan Russia sangatlah erat dalam perdagangan energi ini bagaimana tidak? Uni Eropa mempunyai ketergantungan energi dan fossil terhadap Russia sekitar 50% atau bahkan lebih dari 60% setiap tahunnya. Tentunya hal ini membuat negara-negara Eropa ketar-ketir.

Pandangan Liberalisme terhadap Peristiwa ini

Jika kita ingin kaitkan dengan pandangan Liberalisme, sebenarnya bisa-bisa saja karena sejatinya arti dalam pandangan Liberalisme itu sendiri dalam hubungan internasional adalah suatu pemandangan bahwa dunia internasional itu dapat diajak kerja sama dalam rangka mendapatkan tujuan yang sama. Seperti halnya dalam kasus perang Russia-Ukraina, banyak dari negara-negara di dunia yang memiliki ketergantungan energi dan bahan-bahan pangan. Karena hal itulah membuat negara-negara lain berputar otak agar bisa mencari cara untuk tahan dalam kondisi seperti ini.

Seperti halnya dengan negara-negara Eropa yang masuk ke dalam keanggotaan IEA atau yang memiliki kepanjangan yaitu International Energy Agency  adalah suatu organisasi yang membantu negara-negara anggota dalam pembentukan dan mengarahkan kebijakan energi nasional di negara masing-masing. IEA memiliki rencana yaitu melepaskan Cadangan minyak darurat terhadap semua negara-negara anggota di Kawasan Eropa, untuk apa semua ini dilakukan? Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kelangkaan energi dan menjaga harga gas sehingga tidak meroket harganya.

Itulah salah satu bentuk kerja sama internasional yang dapat disandingkan dengan pemahaman Liberalisme didalam dunia Internasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline