Seperti yang kita tahu, semboyan bhinneka tunggal ika berasal dari bahasa Sansekerta. Semboyan ini menjadi semboyan kita sebagai bangsa Indonesia.
Bhinneka tunggal ika sendiri terdiri dari tiga kata, yakni “bhinneka”, “tunggal”, dan “Ika”. Ketiga kata tersebut memiliki makna masing-masing yang amat mendalam.
- Bhinneka berarti "beraneka ragam" atau "berbeda-beda".
- Tunggal berarti "satu".
- Ika berarti "itu".
Secara harfiah, Bhinneka Tunggal Ika dapat diartikan sebagai "Beraneka ragam itu satu". Artinya, meskipun Indonesia terdiri dari beragam pulau, suku bangsa, agama, budaya, dan adat istiadat, namun tetap satu kesatuan, yakni darah Indonesia.
Sejarah Singkat Bhinneka Tunggal Ika
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika pertama kali dimunculkan dalam kitab Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular yang ditulis pada abad ke-14. Kakawin tersebut menceritakan kisah perjalanan hidup Bhagawan Sutasoma dalam mencapai kesempurnaan hidup.
Dalam salah satu baitnya, Mpu Tantular menuliskan kalimat "Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa", yang artinya "Walaupun berbeda-beda tetapi tidak ada kebenaran yang mendua".
Kalimat tersebut kemudian dipopulerkan oleh Mpu Prapanca dalam kitab Nagarakertagama yang ditulis pada abad ke-14. Dalam kitab tersebut, Mpu Prapanca menggunakan kalimat Bhinneka Tunggal Ika untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan kerajaan Majapahit yang terdiri dari berbagai wilayah dan suku bangsa.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, semboyan Bhinneka Tunggal Ika diusulkan oleh Mohammad Yamin untuk menjadi semboyan negara. Usulan tersebut diterima oleh para pendiri bangsa dan ditetapkan sebagai semboyan negara Indonesia pada tanggal 19 Agustus 1945.
Pentingnya Bhinneka Tunggal Ika dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari
Bhinneka Tunggal Ika memiliki peran penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Semboyan ini mengingatkan kita bahwa meskipun berbeda-beda, kita semua adalah bagian dari bahasa Indonesia.