Yang Magi tahu, sampai tenaganya habis, dia telah menangisi kematiannya sendiri.
Kalimat itu berhasil bikin aku sedih bayangin Magi Diela, perempuan yang jadi korban kawin tangkap di daerahnya sendiri, Sumba. Padahal, kalimat itu tersimpan di bab-bab awal, tapi sedihnya beneran menyayat hati!
Magi Diela yang merupakan seorang lulusan Sarjana Pertanian dari salah satu kampus di Yogyakarta yang seharusnya dia udah bisa bangun kampungnya, tapi malah ngalamin satu kejadian yang bikin dia menderita. Dia jadi korban adat yang sudah seharusnya dihapuskan.
Magi Diela ditangkap paksa, lalu ia juga dirudapaksa oleh Leba Ali, laki-laki yang lebih tua darinya itu. Ia dijinakkan layaknya binatang. Magi dipaksa untuk menjadi seorang istri dari si laki-laki mata keranjang itu. Tentu, Magi Diela nolak. Dia melakukan segala cara; dari menggigit pergelangan tangannya dengan harapan nadinya akan putus, hingga melarikan diri ke luar Sumba. Jauh dari orang tua dan kampung halamannya.
Kejadian itu bikin Magi Diela harus melawan orang tuanya, adat kampung, bahkan sampai melawan Leba Ali, yang menurut mantan istrinya, "Dong terlalu gila untuk di lawan ." (mereka terlalu gila untuk dilawan) Iya, Leba Ali itu udah pernah nikah, tapi dia ditinggalin istrinya karena mata keranjangnya itu.
Tapi, apakah Magi Diela akhirnya menyerah gitu aja kepada Leba Ali? Oh, tentu enggak. Magi, dibantu oleh teman dekatnya yaitu Dangu dan Gema Perempuan, bisa terbebas dari semuanya dengan penuh banyak pengorbanan dan bayarannya yang mahal banget.
Selama baca buku Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam ini, aku banyak sakit hati karena sebagai sesama perempuan, aku bisa hidup dengan bebas di sini, sedangkan di luar sana, banyak perempuan yang dieksploitasi dan bahkan jadi korban kawin tangkap yang seharusnya itu sudah harus dihapuskan. Kawin Tangkap adalah salah satu adat yang menurutku sangat nggak manusiawi dan melanggar HAM.
Selain itu, aku enjoy banget bacanya. Bahkan sampai nggak sadar kalo bukunya aku habisin dalam satu kali duduk aja! Aku hanyut dalam ceritanya, berasa aku juga ada di dalam cerita ini. Kadangkala aku gregetan sendiri karena karakter-karakter yang ada di cerita ini, haha. Kak Dian keren banget menuliskan ceritanya!
Pengalaman membaca yang sangat menyenangkan dengan buku ini, walaupun aku bacanya kadangkala nahan napas, sesek, marah, dan sedih banget! Overall, aku kasih bintang untuk ini 9,5/10! Buku isu sosial kesekian yang keren banget!
Oh, iya, buku ini banyak trigger warning-nya, ya! Karena di buku ini banyak hal-hal sensitif yang dapat memicu trauma, terlebih konteksnya adalah kekerasan seksual. Untuk kalian yang mau baca, aku menyarankan untuk berhati-hati dan persiapkan diri!