Tadi siang, jam 13-an saya telepon ke operator Starone.
Kasusnya aneh, sudah 2 minggu telepon saya dan istri tidak bisa menghubungi nomor lokal Bandung 022-20xxxxx.
Saya biarin saja, soalnya kadang memang cukup jarang nelepon ke telepon rumah sendiri. Namun ketika kepentok harus menghubungi nomor telepon mertua dan paman, dan beberapa keluarga yang bernomor 20xxxxx, termasuk beberapa agen travel di bilangan Bandung Utara, akhirnya saya putuskan untuk komplain.
Jam 13an saya telepon ke operator.
Jam 13.30an dalam perjalanan ke Leuwipanjang (jw: belik dawa, ingg: long lagoon), operator menelepon saya dan menyuruh mencoba menghubungi nomor "bermasalah". 5 menit kemudian operator menelepon lagi, dan saya katakan belum bisa.
Jam 14.00, operator menelepon lagi, dan meminta hal yang sama. 5 menit kemudian, operator menelepon, dan saya bilang masih belum bisa.
Akhirnya jam 14.30 operator menghubungi lagi, dan ternyata masalah sudah terselesaikan.
Sayang Customer Office tidak bisa menjelaskan masalah penyebab gangguannya muncul. Namun perkiraan saya, analoginya di jaringan komputer adalah "tabel routing-nya error".
Yang menarik adalah, saya bukan pelanggan "besar" Starone. Sebulan cuma menghabiskan 25.000 itu pun sekadar untuk memperpanjang masa aktif (yg sayangnya tidak bisa kumulatif), dan dengan demikian pulsa numpuk terus (saldo tiap bulan nambah). Tapi pelayanan yang diberikan tetap memuaskan.
Saya cuma bisa membandingkan dengan keluhan teman-teman di daerah pinggiran Bandung (Soreang, Banjaran, dsb), yang kalau mereka mengalami gangguan pada koneksi ADSL-nya, kadang sampai berhari-hari tidak kunjung selesai. Bahkan adik sepupu saya yang buka warnet di Ciwaruga (gak pinggiran amat toh?), koneksi internet dari operator ADSL tsb hanya lacar di "jam kosong", sedangkan di jam sibuk (15.00-22.00), koneksi nyaris tidak jalan. Setiap pengaduan, besok siangnya baru ada petugas datang, periksa-periksi beberapa menit, dan cuma berkomentar, "Masalahnya di jaringan". Akhinya ganti operator (dg harga bulanan yg sebanding), dan masalah terselesaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H