Lihat ke Halaman Asli

Akibat Fatal bila Guru Sering "Mendongkrak" Nilai Siswa

Diperbarui: 25 Oktober 2017   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar lombokinfo.com

"Jangan kuliah di Jerman. Pilih negara lain. Kecuali kamu siap dengan standar yang ketat".

Itulah kalimat seorang murid yang kutemui bulan lalu, setelah sekian lama dia lulus dari SD tempatku mengajar. Kini, dia kuliah di Jerman. Terlepas dari apakah mayoritas lembaga pendidikan di Jerman menerapkan standar yang ketat atau tidak, saya ingin belajar dari pengalaman muridku tersebut.

Mempermudah anak mendapatkan nilai bagus sama kurang baiknya dengan mempersulit nilai. Keduanya memiliki manipulasi. Mempermudah nilai memiliki risiko yang sangat tidak baik sementara mempersulit nilai menimbulkan tekanan yang bisa mengakibatkan stres.

Jika anda seorang guru dan sering melakukan hal-hal berikut, bisa jadi anda sedang ingin membahagiakan peserta didik dengan mempermudah nilai.

Sering memberikan nilai tambah agar naik kelas.

Sering membantu peserta didik dalam menjawab soal ujian.

Mengeluarkan soal yang sama persis dengan soal yang pernah anda uji dan bahas.

Memberi nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) padahal anak tersebut tidak layak.

Berpikir bahwa anak akan bisa sendiri pada saatnya, lalu mengobral nilai.

Dan seterusnya

Memang, nilai di sekolah tidak menjadi ukuran kesuksesan seseorang kelak. Bukan ini yang kita persoalkan. Ada efek pembentukan karakter jika kita mempermudah nilai tanpa memperbaiki proses belajar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline