[caption caption="sejutaguru.blogspot.com"][/caption]Ketika sekolah ingin menegakkan disiplin yang ketat, peraturan sekolah menjadi pilar utama. Faktanya, adanya peraturan sering kali justru menjadi bumerang bagi sekolah itu sendiri. Bukannya hasil positif yang didapat, melainkan sebaliknya.
Peraturan dibuat untuk membangun budaya sekolah yang positif, mulai menjaga, memelihara, menumbuhkan, hingga mengembangkan karakter dan kemampuan anak didik. Sayangnya, masih banyak dijumpai sekolah-sekolah yang secara tidak sadar “membunuh” kreativitas dan kemampuan anak dengan adanya peraturan tersebut.
Saya sepenuhnya percaya bahwa setiap anak harus memiliki “pilihan” atas apa yang akan mereka lakukan. Namun, pada saat yang bersamaan, anak juga membutuhkan “batasan” atas pilihan-pilihan yang mereka miliki. Faktanya, menurut Dr. Richard Curwin, pilihan tanpa batasan dan batasan tanpa adanya pilihan, keduanya tidak bisa mengajarkan kepada anak tentang tanggung jawab apa yang mereka lakukan.
Inilah contoh ekstrem keduanya:
Batasan tanpa pilihan, “Lakukan apa yang saya katakan!”
Pilihan tanpa batasan, “Lakukan apa pun yang kamu inginkan!”
Jelas, mengombinasikan keduanya akan melahirkan keuntungan yang sangat besar bagi pembentukan karakter anak terutama dalam hal tanggung jawab.
Di dalam kelas, membuat peraturan merupakan bagian penting dari upaya membangun manajemen kelas yang positif. Pilar-pilar manajemen kelas, yaitu peraturan, prosedur, display kelas, serta membangun hubungan yang positif di antara penghuni kelas. Manajemen kelas akan bermuara pada munculnya budaya kelas dan karakter yang baik. Tidak ada peraturan atau undang-undang yang dibuat dengan tujuan negatif. Hal paling mendasar dari lahirnya sebuah peraturan adalah “keamanan”. Ya, aman secara fisik, aman secara emosional, dan aman ketika belajar.
Terus, peraturan sekolah yang bagaimanakah yang bisa “membunuh” kreativitas dan bakat anak?
1. Peraturan yang tidak seimbang
Ya, tidak seimbang antara reward dan punishment. Ini yang paling sering terjadi. Kepala sekolah atau guru sering sekali mengingatkan siswanya bahwa jika ada yang melanggar peraturan sekolah, akan ada hukumannya. Jika melanggar harus berhadapan dengan guru BK (Bimbingan Konseling). Jika melanggar, akan dipanggil orang tuanya. Jika melanggar akan kena skors dan dikeluarkan dari sekolah. Dan seterusnya, dan seterusnya.