Boyolali (10/08/2023) - Jagung merupakan komoditas unggulan yang ada di Desa Repaking. Sebagian besar lahan pertanian ditanami jagung karena sesuai dengan kondisi lingkungan yang terbilang kering dan merupakan lahan tadah hujan. Produksi jagung Desa Repaking dapat mencapai ribuan ton dalam satu kali masa panen. Tingginya produktivitas jagung sebagai komoditas utama tidak lepas dari permasalahan, seperti penyakit bulai jagung. Menurut ketua Kelompok Tani Dukuh Rekesan, penanganan penyakit bulai pada tanaman jagung belum menemukan solusi yang tepat.
Bulai merupakan penyakit yang ditemukan pada tanaman jagung yang disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis. Penyakit ini ditandai dengan daun terdapat garis - garis berwarna kuning, kemudian menjadi putih atau mengalami klorosis. Tanaman jagung akan cenderung kerdil atau pendek apabila terserang penyakit bulai pada awal masa tanam. Produktivitas tanaman jagung akan sangat dipengaruhi oleh penyakit ini, ditandai dengan kecilnya bonggol dan sedikitnya bulir jagung dalam setiap bonggolnya. Penyakit bulai jagung akan sulit ditangani apabila sudah menyebar pada lahan penanaman. Oleh sebab itu, yang lebih perlu untuk diperhatikan adalah metode penyebaran spora jamur Peronosclerospora maydis penyebab penyakit bulai.
Sosialisasi mengenai penanganan penyakit bulai jagung disampaikan oleh Alifah Salmaa Sholikhah mahasiswi KKN TIM II UNDIP Desa Repaking, Kecamatan Wonosamodro dan dilaksanakan pada hari Kamis, 31 Juli 2023 pukul 09.00 yang bertempat di Rumah Bapak Aji selaku kepala dusun. Kegiatan ini dimulai dengan penyampaian penyebab, gejala, metode penyebaran, dan cara penanganan penyakit bulai jagung menggunakan fungisida kimia dan nabati. Fungisida nabati merupakan fungisida yang berasal dari bahan organik berupa bagian tanaman, seperti serai. Serai mengandung minyak atsiri yang berperan sebagai antifungi, sehingga dapat berpotensi dijadikan fungisida untuk menangani penyakit bulai jagung. Metode pembuatan fungisida berbahan serai cukup mudah yaitu hanya dengan merebus potongan serai dalam air dan ditunggu dingin, kemudian dapat langsung disemprotkan pada bagian yang terkena penyakit.
Kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman mengenai penanganan penyakit bulai jagung. Selain itu, dengan diberikannya pelatihan pembuatan fungisida nabati berbahan daun serai, diharapkan mampu mengurangi penggunaan fungisida kimia yang mampu menyebabkan resistensi pada penyakit target dan merusak lingkungan.
Ditulis oleh Mahasiswa KKN Tim II UNDIP
Alifah Salmaa Sholikhah (S-1 Biologi/Fakultas Sains dan Matematika)
Dosen Pembimbing Lapangan: Ir. Rudy Hartanto S.Pt., M.P., Ph.D., IPM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H