Lihat ke Halaman Asli

alifah ardiani

Universitas Negeri Malang

Toksikologi untuk Kelompok Tani di Desa Gadingkulon

Diperbarui: 30 Juli 2021   19:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malang: Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik Integrasi (KKNT-I) Universitas Negeri Malang 2021, melakukan pengabdian masyarakat di desa Gadingkulon, kecamatan Dau. Banyaknya lahan pertanian menjadikan banyak masyarakat desa Gadingkulon yang berprofesi sebagai petani, terutama petani jeruk. Untuk menampung petani didirikan kelompok tani disetiap dusun, salah satunya kelompok tani di dusun Princi.

Rendahnya kesadaran petani mengenai bahaya toksikologi dan takaran penggunaan pestisida, membuat mahasiswa KKNT-I UM untuk melakukan edukasi mengenai toksikologi baik dampak bagi kesehatan petani maupun bagi lingkungan sekitar. Penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak menggunakan alat perlindungan diri (APD) saat melakukan penyemprotan menjadi permasalahan utama. Sehingga, mahasiswa KKNT-I membuat inovasi APD sebagai bentuk pencegahan paparan langsung pestisida pada tubuh petani.

Foto: Dokpri, (pembagian APD kepada kelompok tani)

"Petani disini kalau nyemprot tidak ada takarannya dan pestisida yang dipakai ya dari bahan kimia, kalau pakai yang alami contohnya kompos hasilnya kurang bagus. Semakin banyak pestisida yang dipakai hasil panen jeruknya juga semakin bagus" ujar Siswanto ketua kelompok tani pria di dusun Princi.

Sabtu (24/07), dilakukan penyuluhan mengenai kondisi lingkungan di desa Gadingkulon, kadar penggunaan pestisida untuk tanaman jeruk, serta pentingnya pemakaian APD saat melakukan penyemprotan. Selain itu, mahasiswa KKNT-I juga memberikan prototype APD sederhana yang mudah dan nyaman digunakan. Harapan dari kegiatan ini, petani dapat meyesuaikan kadar dari penggunaan pestisida serta selalu menggunakan APD sehingga kesehatan lingkungan dan tubuh petani dapat terjaga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline