Lihat ke Halaman Asli

alifah ardiani

Universitas Negeri Malang

Eco Print, Harta Karun Terpendam Desa Gadingkulon

Diperbarui: 29 Juni 2021   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Pendampingan UMKM. Foto KKN Tematik Integrasi UM 2021/dokpri)


Malang: Eco print adalah memindahkan pola (bentuk) dedaunan dan bunga-bunga ke atas permukaan kain yang sudah diolah untuk menghilangkan lapisan lilin dan kotoran halus pada kain agar warna tumbuhan mudah menyerap (Teknik mordan). Awal mula usaha eco print yang dilakoni oleh salah satu warga Gadingkulon yaitu Maeta Fitria Widiyanti (32) berasal dari pelatihan di perkumpulan PKK pada akhir 2018. 

Pelatihan eco print diikuti oleh 20 orang peserta, tetapi yang memilih untuk membuka usaha eco print setelah pelatihan berjumlah 1 orang. Kendala ekonomi menyebabkan 19 peserta lainnya tidak melanjutkan untuk membuka usaha eco print.

Menurut Metha, awalnya ia menawarkan diri untuk menjual daun yang dapat dengan mudah ditemukan di daerah sekitarnya. Daun seberat 3 kg dijual setiap hari dengan kisaran harga Rp 350.000,00 dan selama kurang lebih satu tahun. 

Kemudian, Metha masuk ke komunitas eco print, dari komunitas beliau ditawarkan untuk belajar lagi membuat eco print. Metha mengikuti pelatihan secara online dan mencoba untuk membuat eco print di rumah. 

Pertama kali mencoba dengan menggunakan kertas, lalu kulit, dan kain. Setelah dirasa bisa, Metha mulai di ajak untuk menjadi mentor eco print di Kalipare sampai sekarang.

(Hasil eco printing. Foto: KKN Tematik Integrasi UM 2021/dokpri)

Kain yang digunakan dalam eco print merupakan serat alam, serta kertas yang digunakan yaitu kertas linen dan kertas semen. Bahan lain yang digunakan yaitu tawas, soda kue, cuka, serta air tunjung. Proses pembuatan eco print menggunakan kain memerlukan waktu dua minggu, tiga hari dengan menggunakan kertas, serta dari kulit membutuhkan waktu 1-2 bulan. 

Hasil eco print dapat digunakan menjadi baju, mukenah, masker, sepatu, dsb. Eco print yang menggunakan kertas dapat digunakan menjadi kardus maupun hiasan dinding. Dengan harga kain yang sudah di lakukan pemprosesan yaitu, kain biasa Rp 225.000,00-300.000,00/2 m, dan kain sutra Rp 1.500.000,00/2 m.

(Pendampingan UMKM bersama karang taruna di balai dusun. Foto: KKN Tematik Integrasi UM 2021/dokpri)


Dari penuturan Metha, kesulitan dari usaha eco print yang dijalaninya yaitu pemasaran dan operasional. Oleh karena itu, mahasiswa KKNT-I UM 2021 yang berbasis “Green Chemistry”, melakukan pendampingan wirausaha kepada Metha selaku pelaku usaha eco print di Dusun Princi, Desa Gadingkulon pada Sabtu (27/6/2021). 

Pendampingan yang dilakukan yaitu pembuatan kemasan ramah lingkungan dengan memberdayakan pemuda desa yang putus sekolah. Ecoedupeneur packaging mentoar sebagai program pendampingan UMKM yang meliputi eco-friendly packaging, manajemen keuangan, pendampingan legalitas usaha, serta edukasi kepada anak-anak sekitar mengenai eco print dan lingkungan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline