Sulawesi Selatan telah banyak melahirkan sosok yang telah berperan penting kepada bangsa ini. Beberapa tokoh yang ada di Sulawesi Selatan, merupakan tokoh yang dikenal dengan perjuangannya yang gigih, seperti Sultan Hasanuddin, Karaeng Galesong, B.J Habiebie, Jusuf Kalla dan lain-lain.
Ada juga seorang pejuang wanita yang telah berjuang untuk melestarikan seni tari, hingga sampai saat ini masih dapat kita nikmati karya-karyanya di Sulawesi Selatan bahkan sampai Mancanegara. Ia adalah Andi Sitti Nurhani Sapada. Namanya mungkin masih terdengar asing oleh beberapa orang. Beliau adalah seorang perempuan keturunan bangsawan Bugis yang hidupnya berada didalam lingkungan istana. Namanya terkenal karena beliau adalah seorang pejuang dalam bidang seni khususnya Seni Tari.
Andi Sitti Nurhani Sapada lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan 25 Juni 1929. Sekitar akhir tahun 50-an, beliau memulai kiprahnya untuk menggali kesenian seni tari yang hampir punah karena penjajahan Jepang dan Belanda di Indonesia. Walaupun sebenarnya beliau mendapatkan tantangan yang berat dari keluarganya. Ayahnya Andi Makkasau Parenrengi Lawalo, bergelar Datu Suppa Toa tidak mengijinkannya untuk menekuni bidang seni tari, karena pada masa itu kaum bangsawan perempuan masih tabu untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Bagaimana mungkin seorang perempuan dari sangkar emas bisa menuju pentas dunia?
Namun beliau tetap gigih dan tetap berusaha untuk meyakinkan ayahnya bahwa langkahnya ini sangat dibutuhkan untuk generasi yang akan datang. Dengan susah payah dia berusaha mencari jejak-jejak peninggalan tari tradisional. Dengan semangat yang membara dan tak kenal lelah dia berkeliling sampai ke pelosok. Dalam jiwanya tertanam prinsip bahwasanya, "kalau bukan saya yang memulai siapa lagi yang akan berbuat". Hal tersebut dibuktikannya dengan penemuan beberapa tari tradisional yang tersebar di penjuru Sulawesi Selatan. Dari situlah beliau mulai terinspirasi untuk menciptakan karya-karya baru sebagai bentuk inovasi dibidang seni tari Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1950-an beliau memulai kiprahnya dalam menyusun atau menggarap karya tari daerah Sulawesi Selatan. Antara tahun 1952 sampai 1965 beliau mengolah, membina, dan menciptakan beberapa tari kreasi Sulawesi Selatan. Diantaranya Tari Pakarena, Tari Patuddu, Tari Bosara, Tari Pattennung, Tari Pa'duppa, Tari Pa'bekkenna Majinna, serta tari-tari lainnya. Beberapa karyanya kini menjadi tarian yang populer di daerah Sulawesi Selatan, hingga pada tahun 1962 didirikannya Institut Kesenian Sulawesi (IKS).
Beliau memperkenalkan tari kepada putra-putri Indonesia dalam 4 kelompok etnis yang ada di Sulawesi Selatan, yakni Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Karya yang lahir dari kerja kerasnya merupakan karya yang syarat akan makna dan nilai simbolis. Dia sangat kekeh dalam menanamkan sikap saling menghargai antara sesama manusia. Hal itu terungkap lewat gerakan-gerakan tari yang diciptakannya. Gerak-gerik tarinya yang lemah gemulai sebagai ungkapan dari jiwanya yang sungguh sangat luhur, tutur kata yang sopan dan juga kepribadian yang kharismatik. Beberapa karyanya sering dipentaskan di kancah nasional dan juga sampai ke mancanegara.
Berikut karyanya yang pernah dipentaskan di mancanegara antara lain, Tari Bosara dan Tari Pattennung yang ditampilkan di Australia tahun 1975. Pada tahun 1991 juga diundang ke Inggris dan Belanda untuk memberikan ceramah tentang kostum tari Sulawesi Selatan. Tahun 1992 beliau diundang ke Malaysia untuk menampilkan tari Pattennung. Berkat kerja kerasnya ini beliau pun dianugrahi beberapa penghargaan nasional hingga internasional.
Semasa hidupnya dia mendapatkan beberapa penghargaan
- Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1972)
- Cultural Award dari Pemerintah Australia (1975)
- Anugerah Satya Lencana Kebudayaan dan Hadiah Seni (2007)
- Satya Lencana Bintang Budaya Parana Dharma dari Pemerintah Indonesia (2009)
Banyaknya penghargaan yang diterima baik dalam skala lokal, nasional dan internasional membuktikan bahwa beliau telah banyak menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi kemajuan seni khususnya seni tari di Provinsi Sulawesi Selatan.
"Ibu Andi Sitti Nurhani Sapada adalah tokoh yang sangat memberi Inspirasi bagi saya dan kaum seniman muda di Sulawesi Selatan, karena beliau adalah pejuang seni tari yang tak kenal rintangan. Liku-liku tantangan yang beliau hadapi tak membuatnya surut demi anak bangsa. Karya-karyanya bertahan karena memiliki nilai artistik yang tinggi dan juga ada pesan-pesan moral yang tersampaikan, sehingga sampai sekarang masih banyak yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari seperti Tari Paduppa. Di samping itu saya sangat mengidolakan beliau karena tutur katanya yang lembut serta sangat sopan walaupun terhadap generasi muda." ucap Hermawati, S. Pd., M. Pd. (seorang guru seni budaya dan pembina sanggar seni di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan)
Hingga akhir hayatnya ia menitipkan pesan agar seni tari tetap dijaga dan dilestarikan kepada anak cucu kita. Karena seni itu merupakan salah satu alat pemersatu.