Lihat ke Halaman Asli

Alifa Aulia Fauzi

Today i will be the best version of myself!

Jauhi Hoaks Hadapi Covid-19, Puan: Mari Bersatu Menjadi Pahlawan Melawan Pandemi

Diperbarui: 31 Juli 2021   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hoaks yang kerap ditambah bumbu-bumbu teori konspirasi seputar Covid-19 menjadi salah satu penyebab penanganan pandemi tersendat di berbagai tempat. Teori konspirasi rupanya memberikan dampak yang luar biasa pada ketaatan masyarakat akan pengaplikasian protokol kesehatan dan vaksinasi.

Ada sebagian besar penduduk dunia yang abai karena pengaruh teori tersebut. Sebut saja Roni (20), bukan nama sebenarnya, mengaku tidak mempercayai Corona. Dia kabur saat diminta tes oleh petugas medis yang mendatangi lingkungan tempat tinggalnya karena telah ditemukan pasien positif.

Dengan santai dia menolak vaksinasi karena merasa tidak akan terkena virus yang menurutnya hanya bohong belaka. Masker pun hanya dikenakan ketika ada petugas atau aparat, selebihnya dia tak mau mengenakannya.

Roni tidak sendiri. Masih banyak warga yang percaya bahwa Covid-19 hanya akal-akalan pemerintah. Alhasil, sosialisasi prokes, vaksinasi, ataupun program-program penanganan Covid-19 lainnya belum mencapai hasil maksimal.

Sebenarnya upaya sosialisasi telah melibatkan pemuka-pemuka agama. Meski demikian, menyadarkan masyarakat ternyata tak bisa semudah itu.

Menurut Kiai Fadholi Muhammad Ruham,  pengasuh Ponpes Al-Fudhola di Kota Pamekasan, Madura, tidak gampang mengubah pemahaman dan perilaku anggota masyarakat.

Semakin sulit lagi ketika mereka sudah terpapar informasi yang menyesatkan di media sosial. Dia mengatakan bahwa penyadaran masyarakat di lingkungannya harus dilakukan secara sabar dan penuh keuletan.

Rahma Sugihartanti, Dosen Isu-Isu Masyarakat Digital FISIP Universitas Airlangga menulis, bahwa hoaks seputar Covid-19 cenderung lebih mudah tersebar. Informasi yang kontroversial dan tidak benar, lanjut dia, justru lebih mendorong warganet untuk me-resirkulasi kepada orang lain.

Terlebih lagi, sektor kesehatan merupakan salah satu yang paling tinggi terkena kabar palsu. Pengamat kebijakan publik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Satria Aji Imawan mengatakan ketika pandemi menghajar sektor kesehatan dan ekonomi, permasalahan pun kian meruncing.

Satria berpendapat, pandemi memperuncing masalah hubungan antara masyarakat dan pemerintah. Dia mengungkit sosok menteri yang sejak awal virus Corona muncul justru bersikap meremehkan.

Menurut catatannya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi hingga Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sempat berkelakar perihal virus Corona. Hal ini pun semakin membuat publik bingung sehingga mereka lebih mudah terpengaruh informasi palsu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline