Lihat ke Halaman Asli

Alif MS

Seorang mahasiswa dengan semangat tinggi!

Indonesia-Libya, Mau Dibawa ke Mana?

Diperbarui: 25 Februari 2018   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak bisa dipungkiri bahwa Indonesia adalah negara yang cukup supel. Mau itu dengan negara yang maju, merasa cukup maju, ataupun yang sedang membutuhkan bantuan, Indonesia dapat langsung memosisikan dirinya menjadi penengah maupun penolong. 

Seperti hubungan dengan Afghanistan, Indonesia memiliki kesamaan latar belakang sosial dan sejarah sehingga Afghanistan pun berani membuka pintu mereka terhadap kita. Bahkan, Bapak Presiden Joko Widodo pun dijamin keselamatannya oleh Presiden Ashraf Ghani sendiri saat berkunjung ke Kabul. Hal ini menunjukkan betapa kedua belah negara sangat ingin untuk memajukan hubungan antarmereka ke level yang lebih tinggi.

Kekayaan budaya, sumber daya, dan sejarah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia inilah yang membuat posisi Indonesia cukup dipandang di kancah internasional. Oleh karena itu, tidaklah kaget bila Libya pada era Qaddafi pun juga menjalin hubungan dengan Indonesia. Libya merupakan negara yang tingkat kepadatannya rendah namun memiliki 140 suku dan klan. 

Sejarah mereka juga cukup panjang, diwarnai dengan penjajahan oleh Italia dan kehidupan kerajaan yang singkat. Minyak menjadi komoditas utama yang menkatapulkan mereka ke podium internasional. Dalam dunia internasional, Libya tak bermain-main. Walau usia mereka masih terbilang muda, mereka telah ikut serta dalam Non-Alignment Movementdan Organization of Islamic Cooperation.Sekilas, Libya tidak begitu berbeda dengan Indonesia, bukan?

Berlandaskan kesamaan tersebut, Indonesia dan Libya dengan resmi mengadakan hubungan pada tanggal 17 Oktober 1991. Kegiatan perekonomian antarnegara meningkat dengan ekspor Libya ke Indonesia sebesar 154.08 juta dolar AS dan investasi infrastruktur Indonesia di Libya yang mencapai 2 milyar dolar AS. Selain itu, pada tahun 2009, Indonesia dan Libya mengadakan Memorandum of Understanding yang mencakup kesejahteraan sosial dan konsultasi politik. 

Dalam pertemuan tersebut dibahas pula masa depan antarnegara tersebut dalam berbagai bidang, seperti pajak, turisme, sosial, dan lain-lain. Pembicaraan ini bukan sekedar bualan saja. Pada saat Yogyakarta diguncang gempa pada tahun 2009, Libya menjadi salah satu pendonor dana bantuan. 

Perlu diingat juga bahwa para presiden dari kedua negara pun telah saling mengunjungi dengan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2003 dan Muammar Qaddafi beberapa bulan setelahnya pada tahun 2004. Semua ini membuktikan bahwa tali persahabatan antara Indonesia dan Libya sangat erat dan cukup dalam.

Lalu, revolusi melanda Libya pada tahun 2011. Rezim Qaddafi akhrinya dilengserkan oleh rakyatnya dengan harga yang cukup mahal, yakni perang saudara yang berdarah-darah dan diikuti oleh ketidakstabilan politik yang masih berlangsung hingga detik ini. Hubungan Libya dengan lembaga-lembaga internasional juga menjadi korban, seperti Liga Arab dan Uni Afrika. Indonesia pun tidak lepas dari melemahnya hubungan secara drastis hingga banyak orang bertanya, akan dibawa kemanakah hubungan diplomatis ini?

Untungnya, begitu perang saudara di Libya berakhir, badan pemerintah Libya yang legal langsung mengusahakan untuk merestorasi hubungan antarnegara. Begitu pula dengan Indonesia, sampai-sampai Kementerian Luar Negeri Indonesia menawarkan Libya bantuan untuk mentransisikan pemerintahan mereka sebab Indonesia pernah berada di posisi yang sama pasca-Soeharto. Hubungan kedua negara pelan-pelan diperbaiki. 

Salah satu contohnya adalah dalam bidang pendidikan.  Walau angka sebenarnya susah ditentukan, kesimpulan masih dapat diambil bahwa terdapat peningkatan dalam jumlah pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Libya. Hal ini diperkokoh pula dengan asosiasi pelajar Indonesia di Libya, KKMI Libya, yang kembali dibentuk baru-baru ini.

Aspek ekonomi tidaklah lepas dari perkembangan positif relasi antarnegara ini. Sebagai wujud realisasi kesepakatan kedua belah pihak pada tahun 2016 yang berkaitan dengan pengembangan kerja sama dalam berbagai bidang, PT Medco akhirnya memulai kembali perbincangan dengan pemerintah Libya yang baru untuk pembangunan fasilitas produksi.  Sebelumnya, kegiatan Medco di Libya dapat dibilang cukup ekstensif, dengan alokasi dana 500 juta dolar AS pada tahun 2011 untuk berbisnis di Libya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline