Lihat ke Halaman Asli

Alif

Seorang mahasiswa S1 Pariwisata, UGM

Pesona Situs Ratu Boko: Sebuah Peninggalan Masa Lampau yang Tersembunyi

Diperbarui: 13 Desember 2023   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by LUKAS FITRIA ADI SETIAWAN on Unsplash

Tidak jauh dari pusat Kota Yogyakarta terdapat sebuah situs bersejarah tersembunyi diatas bukit yang menyimpan misteri dan keindahan yang memukau. 

Situs itu adalah Ratu Boko sebuah peninggalan masa lampau yang berada diatas bukit yang terletak di dua desa yaitu Desa Bokoharjo dan Desa Sambirejo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. 

Situs keraton ini berbeda dengan situs candi lainnya di Yogyakarta karena dibangun pada ketinggian ±195.97 meter diatas permukaan laut dengan luas situs sebesar 25 hektar. Situs ini terletak 17 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta. 

Perjalanan ke situs dapat ditempuh selama 35 menit perjalanan menggunakan motor, dan 43 menit perjalanan menggunakan mobil dari pusat kota.

Sejarah Situs Ratu Boko:

Situs Ratu Boko adalah situs bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit Kuno atau Kerajaan Medang (Masa Mataram Hindu) yang dibangun pada abad ke-8 masehi oleh Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra. 

Pernyataan ini dibuktikan dengan ditemukannya Prasasti Abhyagiri Wihara, Abhaya yang memiliki arti damai, giri artinya gunung atau bukit, jika kata tersebut digabungkan memiliki arti wihara yang dibangun di bukit damai. 

Menurut prasasti tersebut Situs Ratu Boko dibangun karena Rakai Panangkaran ingin membangun sebuah wihara untuk kebutuhan rohani dan memusatkan pikirannya tentang keagamaan. 

Keraton ini pada awalnya memiliki corak Buddha karena Prasasti Abhayagiri Wihara yang ditulis dengan Aksara Pra-nagari yang mencirikan dari prasasti Buddha dan ditemukannya Arca Dyani Buddha, Kemudian keraton ini juga bercorak Hindu karena ditemukannya arca Hindu seperti Duga, Ganesha, dan Yoni. 

Hal ini dikarenakan situs ini dibangun oleh Rakai Panangkaran yang menganut agama Buddha dan kemudian direbut oleh raja-raja Mataram Hindu, yang kemudian kompleks keraton ini dialihfungsikan menjadi benteng pertahanan oleh Rakai Pu Kombayani pada tahun 898-972 M.

Asal-usul Nama Ratu Boko:

Nama Keraton Ratu Boko berasal dari legenda lokal yang menyebutkan bahwa dulunya keraton ini dimiliki oleh Ratu Boko (kata ratu disini memiliki persamaan kata dengan raja dalam tradisi Jawa). 

Diceritakan bahwa Ratu Boko adalah seorang raksasa kejam yang suka memakan manusia dan Ratu Boko merupakan ayah dari Raden Roro Jonggrang. 

Untuk mencari manusia yang akan dimakan olehnya, maka Ratu Boko akan mengutus para prajuritnya dan jika prajurit tersebut gagal untuk mencari tumbal untuk makanan Ratu Boko maka sebagai gantinya prajurit tersebut akan dimakan oleh Ratu Boko. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline