Masyarakat adalah kumpulan dari individu-individu yang membentuk kelompok-kelompok berdasarkan banyak faktor seperti pekerjaan, pendidikan, hobi, usia, kekayaan, bahkan status sosial. Indonesia memiliki beragam jenis masyarakat dari berbagai daerah, suku, agama, maupun ras. Keberagaman yang ada menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia untuk bisa terus maju, berkembang, dan meningkatkan kualitasnya. Keberagaman yang ada di Indonesia juga menjadi ciri khas bagi bangsa Indonesia, karena dengan banyaknya keberagaman yang ada, Indonesia tetap menjadi suatu negara dengan satu kesatuan yang utuh. Melalui keberagaman itu juga, muncul kebudayaan-kebudayaan yang menjadi ciri khas lainnya bagi bangsa Indonesia. Saat ini, Indonesia masih menjadi salah satu negara berkembang yang bergantung pada negara maju. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan gerakan besar yang dapat memutus ketergantungannya dengan negara-negara maju.
Berdasarkan sejarah dari berbagai negara, banyak dari negara-negara tersebut yang berhasil berkembang lebih jauh dan menjadi negara maju dengan dorongan dari sebuah fenomena kemasyarakatan atau kependudukan yang biasa disebut dengan bonus demografi. Kondisi bonus demografi adalah kondisi dimana penduduk produktifnya lebih banyak dibandingkan penduduk non-produktifnya, yang berarti anak-anak hingga remaja yang tumbuh saat ini akan menjadi bagian dari bonus demografi Indonesia nantinya. Namun, pada sebagian negara yang sudah mengalami kondisi bonus demografi, tidak semuanya berhasil memaksimalkannya lalu menjadi negara maju. Penyebabnya sangat beragam, mulai dari penduduk usia produktif melipah, tetapi tidak menghasilkan produktivitas bagi negara, sampai faktor ekonomi dan politik dalam negeri yang menyebabkan terhambatnya perkembangan negara tersebut.
Lalu, kunci dari bonus demografi yang bisa dimaksimalkan oleh bangsa Indonesia adalah anak-anak dan remaja yang saat ini sedang tumbuh di Indonesia, mereka yang sedang bersekolah untuk memenuhi wajib belajar, dan mereka yang sedang dibentuk untuk menjadi ujung tombak bangsa Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, pentingnya pengembangan masyarakat untuk anak-anak dan remaja yang efektif dan efisien melalui strategi yang matang dan terencana. Pengembangan melalui program-program sosial diperlukan untuk mencegah anak-anak dan remaja untuk melakukan tindakan-tindakan kenakalan bahkan kriminal.
Tawuran menjadi salah satu dari tindakan kekerasan yang dilakukan secara sengaja atau terencana maupun tidak terencana antara dua atau lebih rumpun masyarakat. Tawuran umumnya terjadi antar sekolah mulai dari tingkat SMP maupun SMA, namun ada juga yang terjadi akibat konflik akibat dari perbedaan kepentingan antarkelompok masyarakat umum. Tindakan tawuran ini seringkali menyebabkan korban jiwa dan korban luka-luka, karena senjata yang digunakan kedua belah pihak tidak dapat dikontrol atau diatur penggunaannya. Oleh karena itu, tindakan ini bisa termasuk ke dalam tindakan kenakalan remaja atau tindakan kriminal. Maka, sudah jelas bahwa tindakan tawuran menjadi salah satu penghambat dan perusak dari bonus demografi.
Dalam konteks kali ini, tawuran yang dimaksud dan digunakan adalah tawuran yang terjadi antar sekolah atau pelajar, karena para pelajar inilah yang akan menjadi bibit-bibit unggul untuk memaksimalkan bonus demografi Indonesia. Oleh karena itu, tawuran perlu untuk dikendalikan tingkat frekuensi dan penyebarannya, karena tawuran tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, seperti konflik antar sesama manusia yang tidak dapat dihilangkan, tawuran juga merupakan bagian dari hasil adanya konflik. Maka, diperlukannya program-program yang dapat mencegah dan mengurangi banyaknya tawuran antar pelajar di Indonesia. Sebelum itu, perlu diketahui dan dianalisis terlebih dahulu apa saja penyebab eksternal maupun internal dari para pelajar ini untuk melakukan tawuran. Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran antar pelajar:
- Faktor Eksternal
- Media sosial, masa remaja adalah masa yang identik dengan validasi, sepertinya semua hal yang dilakukan oleh mereka harus diketahui dan dipuji oleh semua orang, dengan ini media sosial menjadi wadah yang tepat untuk mencari validasi tersebut. Dan banyaknya konten tawuran itulah yang menjadi influence atau dorongan bagi pelajar lain untuk ikut serta melakukannya.
- Kurangnya pengawasan orang tua, keluarga menjadi sektor penting bagi anak yang dalam masa pertumbuhannya, biasanya anak yang tumbuh dari keluarga yang kurang mengawasi dan acuh, akan menjadi dorongan bagi sang anak untuk melakukan hal-hal yang ingin dia rasakan tanpa adanya peringatan dari orang tua tentang hal yang baik dan buruk.
- Tekanan teman sebaya, tekanan ini biasanya terjadi ketika adanya perkumpulan-perkumpulan yang juga menjadi ajang bagi para pelajar untuk mendapatkan validasi dan pujian dari sesamanya, selain itu bagi para pelaku yang sudah pernah melakukan tawuran, biasanya memerlukan massa untuk bisa meningkatkan kualitas dari nama sekolahnya, maka dari itu ia akan mengajak teman sebayanya untuk ikut serta dalam kegiatannya itu.
- Rivalitas antar sekolah, ini sudah menjadi alasan, tekanan, dan dorongan yang paling konkret dan masuk akal, karena adanya rivalitas atau persaingan antar seekolah yang mengharuskan terjadinya konflik-konflik yang tidak diperlukan antar sekolah, lalu hasil dari konflik itulah yang menyebabkan tawuran sebagai hasil dari konflik dan salah satu penyelesaian masalahnya
- Faktor Internal
Penyebab utama dari dalam diri seorang pelajar dalam pertimbangannya melakukan tawuran adalah karena krisis jati diri yang dialaminya sepanjang hari, minggu, bulan, atau bahkan tahun. Sehingga krisis tersebut mendorong seseorang untuk melakukan dan mencoba hal yang dianggap sebagai pembuktian diri dari penilaian sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, lingkungan sangat berpengaruh dalam penentuan jati diri seorang anak kali ini. Meskipun dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu lingkungan, tetapi penyebab utamanya tetap dari internal atau dalam diri seseorang yaitu krisisnya dalam mencari jati diri.
Maka dari itu, dengan melihat penyebab dari tawuran antar pelajar yang marak terjadi, strategi yang digunakan untuk pengembangan masyarakat tingkat remaja dalam konteks pengendalian tingkat tawuran antar pelajar kali ini adalah dengan mengacu pada komponen dan kencenderungan dalam pemberdayaan masyarakat. Untuk kecenderungan dalam pemberdayaan yang ada adalah kecenderungan primer dan sekunder. Kecenderungan primer adalah kecenderungan yang menekankan pada proses pengalihan sebagian kekuasaan, keputusan, dan pelaksanaan pada masyarakat setempat. Sementara kecenderungan sekunder adalah keperluan untuk movitasi, dorongan kepada individu, kelompok, dan warga masyarakat untuk memperbaiki kehidupan mereka.
Berdasarkan kecenderungan yang ada, dalam konteks tawuran antar pelajar, diperlukan adanya partisipasi dari penguasa atau pemerintah dalam memberikan program-program sosial yang dapat diserahkan pada warga setempat atau peran pelajar untuk berpartisipasi dan berkontribusi, selain itu perlu juga adanya motivasi dari dalam diri mereka untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikannya.
Kemudian dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang biasa terjadi, ada beberapa komponen yang digunakan sebagai acuan untuk sebuah program pemberdayaan. Beberapa komponen tersebut adalah sebagai berikut:
- Kekuasaan, Program sosial yang ada perlu diserahkan peran dan partisipasinya dari pemegang kekuasaan kepada masyarakat dan partisipan program melalui mandat
- Kekuatan, atau ability berguna untuk menjadi penyeimbang dalam sebuah program sosial bagi partisipan yang sudah ikut program terlebih dahulu, dan yang baru mengikuti program untuk bisa mendapatkan manfaat dari program secara maksimal
- Kemampuan faktual dan konseptual, program harus faktual atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan konseptual atau berdampak pada masyarakat sekitar yang terdapat program tersebut.
- Sumber daya manusia, program sosial yang dijalankan perlu menjadikan peningkatan atau pemberdayaan SDM menjadi tujuan dari program tersebut agar program bisa terus berkelanjutan dan maksimal.
Dengan adanya program sosial yang memenuhi komponen dan kecenderungan yang ada, maka diharapkan keberlanjutan dan fungsi maksimal program dapat dicapai dengan sempurna. Selain itu, hasil dari program yang merupakan pemberdayaan dan pencegahan dari penyebab-penyebab tawuran antar pelajar dan sekolah menjadi terlaksana dan terealisasikan dengan baik, sehingga dapat menurunkan angka tingkat tawuran antar pelajar di Indonesia. Jika tingkat tawuran antar pelajar dan sekolah dapat dikendalikan, maka bonus demografi Indonesia yang diharapkan dapat maksimal juga bisa terselamatkan dari mimpi buruk bonus demografi yang menjadi pedang bermata dua bagi sebuah bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H