Lihat ke Halaman Asli

Kejujuran Pengemudi Taksi

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1326448953946456655

Hari Minggu 8 Januari yang lalu, saya, suami, anak dan ibu saya pergi ke pusat perbelanjaan di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan dengan menggunakan taksi Bl** Bi** dengan nomor lambung XI*** dengan pengemudinya bernama Sum******, saya hanya membaca nama sopirnya tanpa mengingat nomor taksinya (kecuali hanya selintas 2 huruf depannya saja). Hujan rintik-rintik memperlambat laju taksi hingga setelah perjalanan setengah jam, kami pun sampai di tempat tujuan dan kami pun turun. Saya, ibu dan anak saya yang masih bayi berjalan duluan untuk segera mencari tempat berteduh, sedangkan suami saya belakangan karena harus membayar taksi. Suami saya akhirnya menyusul, dan menanyakan topi anak saya apakah tertinggal atau tidak sebab sebelumnya sudah pernah tertinggal di bus Damri bandara. [caption id="attachment_163554" align="aligncenter" width="300" caption="topi yang tertinggal :D"][/caption] A(Abi = panggilan suami saya) : Topi Sultan ketinggalan ga? Saya: Engga, udah masuk tas nih Ibu saya : Lho topi Mas Imam (panggilan ibu saya ke suami saya) mana? Ibu saya ganti menanyakan topi suami saya. O-o rupanya malah topinya yang tertinggal di taksi di jok depan. Suami saya berbalik dan mencari taksi tersebut dan ternyata sudah tidak ada. Berdasarkan keterangan suami saya, topinya sepertinya jatuh di bawah jok depan sehingga tidak terlihat saat dia turun. A: Umi tau nomor teleponnya Bl** Bi** ngga? kita telepon aja ya S: Ada abi, nanti ya kita telepon. Wah ternyata suami saya belum merelakan topinya :) maklum topi kesayangan,,hehe. Pas hari Senin nya saya pun googling nomor telepon layanan pelanggan taksi itu. Saya menyampaikan informasi selengkap mungkin mulai dari waktu perjalanan (hari, tanggal, jam), tujuan, nomor taksi dan nama pengemudi serta deskripsi barang yang tertinggal. Setelah mencatat informasi dari saya, dari CS nya menanyakan alamat dan nomor saya yang dapat dihubungi. Oleh mereka dijanjikan saya akan dihubungi apabila telah ditemukan. Besok - besoknya saya sudah tidak memikirkan lagi tentang topi tersebut sampai pada hari Rabu malam saya ditelepon dan diberitahu bahwa topinya telah ditemukan. Alhamdulillah,,dan disebutkan bahwa topi harus diambil di poolnya daerah Kalibata. Kemudian saya tanya bisa tidak dikirim, maksud saya via kurir pengiriman begitu, saya bersedia mengganti ongkos kirimnya. Dan CS nya menyanggupi. Hari ini, seorang pengemudi taksi datang ke kantor saya mengantarkan topi itu. Agak kaget juga saya, soalnya tidak siap apa-apa (baca: sekedar tanda terima kasih) dan saya pikir barang akan dikirim via kurir jasa pengiriman. Saya bingung juga ya, dan saya tanya ke Bapak Me*** (XD***) yang mengirimkan topi itu, apakah ada ongkos kirimnya dan dia bilang tidak ada. Dia pun segera permisi dan melanjutkan perjalanannya. Semoga Allah membalas kebaikan dan kejujuran Pak Me*** dan Pak Sum******. Amin,,

13264484651656607843

Sebuah topi sepertinya bukan barang berharga akan tetapi karena kejujuran dan profesionalisme dalam mengutamakan pelayanan kepada pelanggan, pihak taksi bersedia mengakomodir laporan saya dan menindaklanjutinya. Pengemudi pun telah jujur melaporkan barang yang tertinggal(Pak Sum******) serta mengantarkannya meskipun bukan di taksinya topi itu tertinggal (Pak Me***). Akan tetapi rasanya masih ada yang mengganjal di hati saya karena belum sempat 'berterimakasih' kepada kedua pengemudi itu. Kira-kira apa ya yang bisa saya lakukan? rekan-rekan Kompasiana, ada ide? Salam Kompasiana *nama dan nomor taksi sengaja disamarkan untuk menghindari penyalahgunaan.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline