Lihat ke Halaman Asli

Mega Proyek: Test CPNS Pemkab

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah kalau di luar negeri ada Mega Proyek : Pembuatan Masjid Agung Dubai, Hotel Termegah Dubai, Mega Brigde, Mega Mall, etc.... kalau ditempatku ada Mega Proyek yang tak kalah berkilau TEST CPNS PEMKAB.

Saya tinggal di salah satu kota di Jawa Timur (perbatasan dengan Jawa Tengah). Saya selalu terbelalak dengan perekrutan CPNS Pemkab (terutama periode 2008 dan 2009). Test CPNS Pemkab 2005 masih cukup bersih, tapi sejak jadi hak Otonomi Daerah banyak orang dalam maupun calo berlomba-lomba cari klien. Yang perekrutan terakhir, tahun 2009 malah lebih parah lebih dari 50 % (malah katanya hampir semua orang) yang lulus CPNS membayar tarif sejumlah ratusan juta rupiah yang di kota kami sudah bukan jadi rahasia lagi. Semua berkas dan jawaban peserta langsung dibakar,jadi tidak ada yang tau nilai test dan berkas-berkas lain dan tidak ada yang bisa dan berani menyelidiki, jadi ya sudahlah...

Sebelum pengumuman Test di publikasikan, sudah ramai kabar mengenai ‘tarif' biar bisa diterima jadi CPNS. Yang berminat melalui jalur ‘tarif' jauh-jauh hari harus sudah mencari ‘jalur' dan kalau bisa segera ‘sowan' dan membawa uang cash. Anehnya jalur tersebut tak jauh-jauh dari Pemkab sendiri, bisa BKD atau orang2 dalam istana Pemkab sendiri (dan kabarnya juga dari salah satu Departemen pusat sana). Kalau berhubungan dengan jalur langsung tarif bisa ‘hanya' Rp. 100.000.000,- tapi kalo lewat ‘calo' bisa mencapai Rp. 150.000.000,-

Bayangkan kalau  yang dibutuhkan 100 CPNS berarti uang yang ngumpul minimal Rp. 100.000.000 X 100...., kadang kabar yang beredar tidak sesuai dengan pengumuman, misalkan di BKD katanya perlu S1 jurusan Manajemen 3 orang, pas dipengumuman bisa berubah kebutuhan menjadi 6 orang (hehe mungkin yang sudah ‘daftar' lewat jalur khusus sudah melebihi kuota).

Saya pernah kerja di salah satu bank, jadi saya juga teman-teman tau banyak nasabah yang sering curhat tentang ‘tarif'. Kalau ditanya saat dia mengambil banyak uang, jawabnya ‘ Ya demi anak mbak .‘

Ada yang berdalih ‘ Itu sama saja dengan memberi anak hadiah mobil. Daripada anaknya di beri mobil kan lebih baik uang segitu buat melancarkan karier anaknya, demi masa depan anak'.

‘ Ini anak saya sudah lulus, tapi buat ngambil SK masih harus nambah Rp. 10.000.000 mbak' kata yang lain.

Ada juga mereka yang menjual sawah, mobil, mengambil kredit di bank, dll.

Ada seorang ibu yang datang ke bank dan cerita soal anaknya yang lulus test CPNS, di tanya ‘ Wah selamat ibu....ehm tapi habis berapa?'

Jawabnya ‘nggak pake uang kok mbak.'

‘wah hebat' (ternyata masih ada yang murni juga, pikirku).

‘ Tapi Honda Jazz kami harus dibalik nama...' lanjutnya, he sama saja.

Belakangan ada seorang ibu yang bilang ‘ Kalau ada yang tau jalur khusus buat CPNS saya mau memasukkan anak saya, tapi kemana ya'.

Padahal orang-orang tau kalau anak Ibu tadi itu tidak cakap, malas sekolah, ogah-ogahan banget.

Saya berfikir, niat orang tuanya baik tapi dilain pihak saya prihatin, di seberang sana ada ribuan orang tua yang tidak mampu apalagi membayar ratusan juta, yang membanting tulang dari pagi sampai malam, menjadikan anaknya jadi sarjana yang pintar. Mereka kalah dengan orang yang malas-malasan tapi berduit.

Sekitar 3 bulan lalu saya sudah di kasih tau ada test CPNS Pemkab sekitar bulan September, ada orang yang nawarin saya kalau berminat dia tahu jalurnya yang murah.

Aduh kayaknya sampai sekarang saya belum tertarik (2 kali saya ikut test CPNS Pemkab, tapi saya berjuang lewat test tanpa tarif). Saya belum sreg membayar ratusan juta untuk ‘menyingkirkan' ribuan orang lain, yang mungkin lebih berhak dan qualified daripada saya.

Sekalian saja di pengumuman di cantumkan syaratnya = MEMBAYAR DP Rp. 150.000.000,- , baru test n hanya yang qualified yang lulus, dan yang tidak lulus uang dikembalikan. Atau kalau memang pejabat-pejabat tetap pengen jadi milyader dadakan tapi yang lulus tetap qualified ya semua peserta di test dulu, yang lulus test baru disuruh bayar, kalo begini kan yang dosa Cuma pejabat. Mau dosa kok ngajak-ngajak. Entah uang itu dipake buat makan-makan, beli rumah, kampanye calon bupati, gubernur, DPR, atau apalah... yang jelas bukan untuk menyingkirkan kandidat-kandidat yang mungkin lebih pintar.

Ini baru test CPNS Pemkab, apakah di level yang lebih tinggi masih ada hal seperti itu?

Kapan Kotaku maju, bermartabat, bermoral, bersih, dan jujur? ( dikotaku sulit sekali mendirikan fasilitas umum seperti Rumah Sakit, Pusat Belanja, Pabrik, SPBU dll kecuali milik ‘family cs').

Test CPNS memang bukan harga mati, jadi buat yang pintar-pintar masihkah berminat mengembangkan ilmu kita dengan jalan seperti diatas?

Kerjanya apa sih mereka berebut kursi dengan cara membayar ratusan juta rupiah untuk menyingkirkan yang lain?

Saya pengen tau saja gimana menurut sudut pandang agama, sosial, etika dll mengenai hal tersebut dan rizqi yang didapat dari hal seperti itu (baik dari sisi pemberi vs peminta).

Kira- kira lebih dosa mana ya antara si pemberi(cara cepat menyingkirkan lawan) vs si penerima(peminta)?

HAL ITU TIDAK BISA DIHENTIKAN, SELAMA PESERTA MASIH ADA YANG MAU MEMBAYAR TARIF TSB!

Tapi kapan itu BISA BERHENTI? Mungkin nggak itu terjadi bulan september mendatang atau test-test yang akan datang? Kita tunggu saja....

*ps: nanti saya akan posting lagi tulisan setelah ada test CPNS Pemkab lagi.

S A L A M    S A T U    J I W A (minjem dari temen, Aremania)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline