Lihat ke Halaman Asli

Candi Kidal Nyaris Tak Dikenal

Diperbarui: 2 Februari 2017   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Kidal menjadi latar pertnjukan kesenian Jaranan

Menelisik keberadaan candi Kidal di desa Kidal, Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang, akhirnya pada kesimpulan : bahwa keberadannya dilupakan hingga tak dikenal. Sikap serupa terhadap keadiluhungan budaya kita. Sekarang, bahkan dibenturkan untuk dihancurkan. Ini berarti, menghancurkan NKRI, karena keberadaan candi Kidal, tak lepas dari perjalanan sejarah republic ini.

Matahari pagi baru beranjak hadir di belakang candi Kidal. Warna semburat merah masih dibias embun, berpendaran dibelakang candi. Siapapun bagai ersihir melihanya. Tak kalah menariknya ketika purnama sidi. Bulan bulat penuh hadir dibelakang candi Kidal memberikan nuansa begitu kental. Siluet beragam pepohonan, terutama rumpun bambu begitu menggetarkan kalbu.

Candi ini, dari bentuk begitu elok bak perempuan ayu. Candi Kidal bisa diibaratkan tubuh wanita yang sintal. Asosiasi pada candi Kidal sebagai perempuan, karena sering disebut candi “Ibu”. Dalam fragmen relief Garudeya, ada penggambaran membebaskan seorang ibu dari belenggu perbudakan raja ular.

Melihat relief di candi Kidal tak seperti candi Borobudur dan Prambanan. Kedua candi di Jawa Tengah itu, sudah menampilkan relief diorama dengan rangkaian cerita. Sedangkan relief candi Kidal berupa simbol.

Candi Kidal sebagai tempat pendharmaan Anusapati. Raja kedua dari kerajaan Tumapel (Singasari). Nama lain Anusapati disebutkan dalam kitab Negarakertagama sebagai Anusantha. Memerintah dari tahun 1227-1248. Nama Anusapati tak lepas dari kisah Ken Dedes dan Ken Arok. Seperti yang tersurat dalam kitab Pararaton.

Nama ‘kidal’ atau kiwa berarti kiri. Ada yang mengkaitkan dengan Anusapati sebagai anak tiri. Sejatinya dia adalah anak Tunggul Ametung raja sebelumnya. Namun dibunuh oleh Ken Arok dengan keris Mpu Gandring.

Namun kata ‘kidal’ berarti kidul (Selatan). Seperti lokasi candi ini, berada di Selatan kerajaan Singasari. Namun sebuah keniscayaan, bahwa keberadaan candi Kidal, tak terlepas dari kisah percintaan dan penghianatan. Jejaknya sampai berdarah-darah.

Arsitektur candi Kidal merupakan khas bangunan abad XXII-XXIII di Jawa Timur. Ramping dan tinggi. Dengan strukur bangunan dibagi tiga, yaitu bagian kaki, badan dan puncak. Sedangkan bangunan candi di Jawa Tengah, benuknya tambun dan gemuk.

Tinggi candi Kidal, hasil rekonstruksi diperkirakan berkisar 17 meter. Namun sekarang tinggal 12,26 meter. Dengan alas candi berukuran lebar 8,3 m dan panjang 10,8 m. Sedangkan pagar keliling, yang disebut kelir atau aling-aling. Membenuk bujur sangkar dengan panjang 24 m. Fungsinya secara magis untuk penolak kekuatan gaib yang jahat.

Konon, simbol-simbol dari rancang bagunan dan fragmen relief di Candi Kidal bahan inspirasi Bung Karno, keika dibuang ke Ende, NTT melahirkan Pancasila sebagai dasar negara kita. “Beberapa saksi hidup, banyak yang cerita: dulu Bung Karno dengan Muhammad Yamin sering ke candi Kidal,” ujar Cak Imam, yang kini berugas merawat candi Kidal.

Di Luar Jangkauan GPS

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline