Lihat ke Halaman Asli

Gembel bersajak

Seorang pengelana di jalanan

Agama bagi Hewan yang Berakal

Diperbarui: 10 September 2022   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mendomestifikasi akal dan pikiran manusia.

Hal yang paling menarik menjadi manusia adalah kemampuan berpikir. Berpikir memiliki banyak sekali hal yang menjadi produknya antara lain kata, perbuatan, kemudian perilaku terus menerus terhadap sebuah peristiwa yang sama di kemudian waktu bertransformasi menjadi budaya. 

Yang ingin saya coba adalah mensimulasi efek dari agama sebagai salah satu kaidah yang digunakan dalam berpikir. Benang merah yang saya coba ambil adalah manusia adalah hewan yang berpikir, logika sebagai sarana pengolah pikiran kemudian menghasilkan perkataan, perbuatan, kemudian perilaku terus menerus dan menjadi budaya.

Secara definisi Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan hewan dari kehidupan liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Dalam arti yang sederhana, domestikasi merupakan proses "penjinakan" yang dilakukan terhadap hewan liar.

Manusia oleh para ahli Mantiq , Sebagai jenis hewan sedangkan berpikir merupakan sifat khusus. Jenis memiliki cakupan yang lebih luas, sedangkan keberadaan sifat itu khusus menjadi pembeda dirinya dari yang lain. (Majmu' Fatawa wa Rasaail, hlm.101, Syekh Ibnu Utsaimin).

Sedangkan bepikir Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Arti lainnya dari berpikir adalah menimbang-nimbang dalam ingatan.

Garis benang utama adalah hewan dengan akal yang menggunakan akal untuk perpikir. Variabel menggunakan ini lah yang akan saya coba telaah, menggunakan akal dengan logika.

Logika yang ingin saya garis bawahi adalah logika keagamaan, dimana sejak kecil kita diberi semacam set rules oleh lingkungan terdekat kita untuk keluar berinteraksi dengan habibat lingkungan lain.

Mari jika buat bersama eksperimen fikiran jika manusia berpikir tanpa logika keagamaan, bisa kah masyarakat berfungsi dengan baik.

Menurut Muhamad Kanedi dari sebuah artikel yang di lansir di Quora.id masyarakat atheis cenderung lebih sejahtera karena mampu melepaskan dan hal - hal yang kontra produktif seperti tahayul, radikalisme dan lain lain. Cek link dibawah ini ;

https://id.quora.com/Mengapa-mayoritas-negara-dengan-penduduk-ateis-lebih-sejahtera-dan-sukses-di-dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline