Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) menjadi ruang strategis bagi mahasiswa untuk memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Mahasiswa KKN R-01 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya terkhususnya Sub Kelompok produk 1 menghadirkan solusi dengan pelatihan kreatif bertajuk "Pelatihan Pembuatan Camilan Nugget Ubi yang Sehat dan Bergizi: NOEBI" di Desa Centong, Mojokerto. Program ini tidak hanya mencerminkan inovasi dalam pemanfaatan potensi lokal, tetapi juga menunjukkan bagaimana kolaborasi yang tepat dapat menggerakkan perekonomian masyarakat.
Desa Centong dikenal sebagai sentra penghasil ubi, namun potensi ini belum diolah secara maksimal. Dengan pemahaman mendalam terhadap kondisi desa, mahasiswa KKN berhasil menciptakan ide pengolahan ubi menjadi camilan sehat berbentuk nugget yang diberi nama "NOEBI". Langkah ini mengangkat nilai tambah ubi, yang sebelumnya hanya diolah secara tradisional, menjadi produk yang lebih inovatif dan berdaya saing tinggi di pasar.
Hal yang menarik dari program ini adalah kolaborasi dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Melibatkan Gapoktan sebagai mitra utama merupakan langkah cerdas yang memperkuat ekosistem pengolahan pangan lokal. Gapoktan memiliki peran penting dalam memastikan ketersediaan bahan baku dan mendukung keberlanjutan program ini. Pendekatan kolaboratif ini sejalan dengan semangat pemberdayaan yang tidak hanya menyasar individu, tetapi juga komunitas secara keseluruhan.
Pelatihan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari teknik pembuatan nugget ubi yang sehat dan bergizi, hingga strategi pemasaran modern. Pendekatan komprehensif ini membekali masyarakat dengan kemampuan untuk memproduksi dan memasarkan produk secara mandiri. Tidak hanya sebagai upaya meningkatkan kreativitas, program ini juga membuka peluang usaha baru yang dapat meningkatkan perekonomian desa.
Namun, program ini bukan tanpa tantangan. Salah satunya adalah memastikan keberlanjutan usaha setelah pelatihan selesai. Di sinilah peran dukungan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lain menjadi krusial. Pemerintah, baik daerah maupun pusat, perlu memberikan pendampingan lanjutan, misalnya melalui fasilitasi koperasi desa, akses permodalan, atau pelatihan lanjutan. Selain itu, akses pasar yang lebih luas juga harus difasilitasi agar produk seperti NOEBI tidak hanya menjadi konsumsi lokal, tetapi mampu bersaing di pasar regional bahkan nasional.
Apa yang dilakukan mahasiswa KKN di Desa Centong adalah contoh nyata bagaimana inovasi berbasis potensi lokal dapat menjadi motor penggerak perubahan. Dengan dukungan yang tepat, program ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga dapat menjadi model pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.
Pada akhirnya, program seperti "Pelatihan NOEBI" menunjukkan bahwa desa memiliki potensi besar yang dapat digali dan dikembangkan. Kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat, dan mitra seperti Gapoktan membuktikan bahwa pengembangan desa tidak harus dimulai dari sesuatu yang besar, tetapi dari pemanfaatan sederhana yang penuh makna. Dengan inovasi dan sinergi, desa-desa seperti Centong dapat menjadi pelopor dalam mengoptimalkan potensi lokal untuk kesejahteraan masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI