Lihat ke Halaman Asli

ada yang sedang merencanakan pembunuhanmu

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12930655011637713575

katakanlah: "malaikat maut yang di serahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikanmu; kemudian hanya kepada tuhanmulah kamu akan di kembalikan (32:11)

pagi itu, di pertengahan jam kuliah saya menyelinap keluar. karena merasa penat di dalam kelas mendengar berbagai istilah yang tak dapat saya mengerti maksudnya, saya memutuskan untuk tiduran di ruang BEM sambil menonton acara tv sejenak (tentu saja saya tak bemaksud benar-benar meninggalkan pelajaran).

setibanya saya di sana, langsung saja saya nyalakan tv yang di maksudkan menjadi fasilitas bagi anggota BEM untuk menyerap informasi itu. setelah memeriksa satu-satu dengan cara membuka secara berurut dari chanel di no 1 akhirnya saya berhenti di chanel national gheograpic di no 45 (jauh ya? dari 1 ke 45). sebenarnya saya ingin mencari acara music pagi itu, namun karena kualitas gambar dan suara di chanel-chanel intertaint sedang tak enak badan. akhirnya saya menonton acara (yg lagi-lagi) banyak menggunakan istilah antah barantah itu. karena kualitas audio vidionya layak pandang.

sambil menemukan posisi berbaring yang nyaman di antara barang dan kertas serta alat-alat yang berserakan di ruangan itu. saya menyadari bahwa acara yang saya akan tonton adalah tentang sebuah ledakan yang merenggut 200 orang di sebuah gedung di sebuah Negara beberapa tahun yang lalu (saya tak ingat kapan dan di Negara mana tepatnya). acara itu akan membeberkan mengapa ledakan itu terjadi. tentu saja bukan sebab yang biasa saja bila sampai tayang begitu. hemh… saya berfikir mungkin saya tak akan benar-benar bosan. ini seperti menonton film horror, dan hebatnya ini nyata!!!

pertama-tama acara itu menampilkan ledakan yang dahsyat, korbannya yang mencapai ratusan, kerusakan gedung yang hebat dan semua hal yang mencerminkan bahwa ledakan itu tak biasa. lalu mulailah asumsi-asumsi sebab ledakan, dan satu persatu asumsi itu terpatahkan oleh fakta-fakta yang di temukan. hingga akhirnya sebuah fakta yang mencengangkan di dapati menyebabkan ledakan itu. saya akan menceritakan secara singkat dengan bahasa saya.

jadi, puluhan tahun sebelum ledakan. sebuah perusahaan gas besar menanam instalasi pipa-pipa di bawah tanah di sekitar tempat itu. lalu belasan tahun setelah penanaman itu (tolong di catat, belasan tahun), perusahaan air juga akan menanamkan instalasinya di daerah itu. berbekal denah dari instalasi-instalasi yang sudah terpasang di daerah itu, perusahaan air mulai menanam pipa-pipanya. (hebatnya di luar sana, sampai bawah tanahpun ada denahnya) tapi, ternyata denah itu tidak akurat. di tempat yang seharusnya tak ada pipa gas ternyata setelah di gali terdapat pipa gas di situ. karena di anggap tak terlalu penting (karena pipa air hanya akan melewati saja). maka di putuskan pipa air itu di pasang di bawah pipa gas saja tanpa memberitahu pihak manapun. lalu di uruk kembali dan beres!

ternyata hal yang tak di perhitungkan terjadi, karena di bawah pipa gas tersebut tadinya tanah yang kokoh dan sekarang tergantikan pipa plastic yang mudah penyok (apa sih bahasa keren dari penyok?) sehingga pondasi pipa tak kokoh. lalu faktor itu di gabungkan dengan beban yang di sandangnya (pipa itu di bawah sebuah jalan) serta guyuran hujan yang menggeburkan tanah (yang terus terulang selama bertahun-tahun). hingga akhirnya factor-faktor itu mnyebabkan pipa gas melengkung ke bawah. dan retak serta tentu saja bocor.

gas yang mengalir adalah jenis gas propane (kalau saya tak salah ingat). gas itu massanya lebih rendah dari udara, sehingga gas itu tidak menguap melayang ke atas tapi mengalir seperti air, merembes di bawah tanah. (dengan sifat sama seperti air, mencari tempat rendah). dan tak jauh dari sana ada gedung yang mempunyai ruang bawah tanah (dan satu-satunya yang punya). maka, seperti yang memang seharusnya terjadi. kesanalah gas2 itu mengalir dan terakumulasi. kita berhenti di sini dulu.

saya akan menceritakan kejadian-kejadian pra ledakan. 2 hari sebelum ledkan pemilik gedung sudah mencium bau gas di bungkernya. dan ia memanggil petugas. namu petugas pemeriksa tak menemukan gas di sana, alat yang ia bawa tak mendeteksi keberadaan gas itu. ternyata, (setelah di selidiki pasca ledakan) di ketahui bahwa petugas salah menggunakan alat itu. seharusnya alat itu di “on-kan” di luar ruangan, di udara yang steril. tapi petugas “meng-on-kan” alat itu di dalam ruangan. sehingga sebenarnya alat itu tak berfungsi.

lalu, seminggu sebelum ledakan terjadi, petugas dari perusahaan gas telah mengecek tanah sekitar gedung (yang juga sekitar pipa mereka) apakah terdapat gas bocor atau tidak. pengecekan itu dilakukan dengan membuat lobang di aspal atau apapun di yang terdapat di permukaan tanah lalu menembus ke tanah dan memeriksa kandungan udara di sana. tapi mereka tak menemukan gas pembawa maut itu. mengapa? ternyata (setelah di selidiki pasca ledakan) di ketahui bahwa lubang-lubang itu hanya sedalam 75 cm. padahal gas itu mengelir di kedalaman 100 cm. maka tak aneh bila mereka tak menemukan gas petaka itu.

kita kembali ke ruang bawah tanah atau bunker yang sudah di penuhi gas tadi, di hari itu… pendingin ruangan di ruangan itu rusak. pemilik gedung memanggil teknisi. guna mencegah konslet. pendingin itu di matikan agar tak terjadi konslet. jadilah di dalam ruangan yang sudah menjadi tabung gas itu teknisi tersebut bermain dengan listrik (seperti yang kita ketahui, listrik dapat jadi pemicu api). namun karena tombol pendingin ruangan yang terdapat di bagian atas bunker sudah di off-kan. maka tak terjadi apa-apa. sampai…. (anda bisa merasakan aroma kematian?). seorang prempuan yang sedang kegerahan dengan sengaja tapi tak tau menau menyalakantombol itu. dan BOOM!. listrik yang mengalir ke bunker memicu tabung gas raksasa itu meledak. menyambar 200-an nyawa orang di sekitar nya.

ya, begitulah kisah di balik melayangnya 200 nyawa…. kita bisa bayangkan. skenario hilangnya 200 nyawa itu ternyata sudah di mulai puluhan tahun sebelumnya. tak ada yang bisa menghentikannya, oleh tangan manusia manapun. bagaimana petugas pengecek gas bisa salah menggunakan alatnya? kalau itu belum cukup, bagaimana petugas pemeriksa gas di bawah tanah bisa salah membuat lubang? (hanya berbeda 25 cm!!!) kalau itu masih di anggap kebetulan, bagaimana di hari itu mesin pendingin biasa rusak? ah.. andai di hari yang berbeda, tentu saja korbannya berbeda. atau bahkan tak terjadi.

anda tdk betul-betul tak percaya dengan kematian di tangan tuhan kan dan memang sudah di gariskan dimana serta mengapa kan?. sebelum menonton itu saya percaya, dan setelah menonton saya semakin percaya.

jadi, di luar sana. tanpa kita sadari, tanpa kita tau, tanpa bisa kita hentikan, ada sebuah rencana atau scenario untuk membunuh setiap dari kita. tinggal menunggu waktu saja….. kita semua akan di bunuh!.

jangan tanyakan apa yang harus kita lakukan, saya tak bisa memikirkan anda. saya sendiri sedang memikirkan kematian saya. saya Cuma bisa memberitahu.. (bukankah saya sangat baik?).

nb: maf bagi bapak dosen yang pelajarannya saya tinggalkan waktu itu. (tapi waktu itu saya segera kembali ko pak…)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline