Lihat ke Halaman Asli

Alina Widya

Penyuka wangi puisi

Gradasi

Diperbarui: 17 April 2019   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc pribadi

Suatu saat pancaran sinar itu terlihat begitu menyilaukan.
Tebarkan aura positif ke seluruh tubuh hadirkan kehangatan.
Apa yang terjadi pada gradasi rasa di relung hati?
Ada apa tersembunyi dalam tarikan nafas menyesakkan di dada ini?

Tanpa kusadari genggaman virtual memeluk meluluh lantakkan dinding ego jiwa.
Yang tampak hanya cahaya terang berpendar pada kedua bola mata.
Akan kulakukan....
Segera kukatakan...
Bahwa cinta telah merajai tiap inchi denyut nadi.

Pada sosok yang tak terdefinisi dalam kamus kehidupan.
Berkelebat cepat seperti flash light menemukan fokus yang tepat.
Kutanyakan pada mentari mengapa cahayanya mampu menembus awan hitam?
Bukankah seharusnya ia menjatuhkan awan ke bumi menjadi rintik hujan?

Sekali lagi tak kumengerti mengapa hadir sinyal-sinyal rasa berwarna tak bernama.
Antara merah jingga ungu atau mungkin biru..entahlah..
Antara ketakutanku akan rasa yang tidak pada tempatnya.
Semua terlihst ambigu dan terasa asing meski ada larikan nada indah di dalamnya.

Apa dan bagaimana hati menentukan dan mendefinisikan dimana seharusnya cinta berada.
Karena filter jiwa sulit memastikn kebenaran sejak bayang itu mengisi tiap ruang pada otak kiri dan kanan.
Rindu yang tak terdeteksi dari mana datangnya mengapa hadir di sini?
Cinta tak diundang datang padaku menebar sejuta bintang.
Aku bersumpah tak mampu lepas dari belenggu syahdu dan indah menjamah.
Sialnya aku telah jatuh ke dalam lembah terdalam penuh gairah.
Ah...

#flash_dari_kameramu

SoundsFromThePrivateRoom




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline