Lihat ke Halaman Asli

Ali Aulia

Asisten Penghulu

Cerpen: Melodi Senja di Pinggir Pantai

Diperbarui: 30 Juni 2024   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: bola.com

Langit sore dihiasi gradasi warna jingga dan ungu yang memukau. Angin sepoi-sepoi bertiup, membawa aroma laut yang khas. Di atas hamparan pasir putih, seorang gadis bernama Laras duduk termenung, pandangannya terpaku pada ombak yang berdebur memecah pantai.

Laras baru saja menyelesaikan kuliahnya dan kini dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit tentang masa depannya. Dia ingin mengejar mimpinya menjadi seorang penulis, namun keraguan menghantuinya. "Mungkinkah aku berhasil?" bisiknya dalam hati.

Sejak kecil, Laras memang gemar menulis. Dia suka menciptakan cerita-cerita fiksi yang penuh imajinasi. Kata-katanya bagaikan melodi yang mengalir, membawa pembacanya ke dunia lain. Namun, dia sadar bahwa menjadi penulis bukanlah jalan yang mudah.

Laras teringat perkataan orang tuanya yang ingin dia mendapatkan pekerjaan yang stabil dan menghasilkan banyak uang. "Mungkin mereka benar," pikirnya. "Mungkin aku harus melupakan mimpiku dan memilih jalan yang lebih realistis."

Namun, di sisi lain, Laras tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa menulis. Setiap kali dia menuangkan ide-idenya ke dalam kata-kata, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang tak ternilai. "Mungkinkah aku menemukan cara untuk menyeimbangkan mimpiku dengan kenyataan?" tanyanya pada diri sendiri.

Saat Laras masih tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba dia melihat seorang kakek tua duduk di dekatnya. Kakek itu memiliki wajah yang teduh dan mata yang penuh kebijaksanaan. Dia tersenyum ramah kepada Laras dan berkata, "Sedang memikirkan sesuatu yang berat, Nak?"

Laras ragu-ragu untuk menceritakan masalahnya, namun dia merasa ada aura positif yang terpancar dari kakek itu. Akhirnya, dia memberanikan diri untuk menceritakan keraguannya tentang masa depannya.

Kakek itu mendengarkan dengan seksama cerita Laras. Setelah selesai, dia berkata, "Setiap orang memiliki mimpinya sendiri, Nak. Yang terpenting adalah kamu berani untuk mengejarnya. Jangan biarkan keraguan orang lain menghentikan langkahmu."

Kata-kata kakek itu bagaikan penyemangat bagi Laras. Dia merasa seperti mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya. "Mungkin aku bisa," pikirnya. "Mungkin aku bisa mewujudkan mimpiku."

Laras tersenyum dan berterima kasih kepada kakek itu. Dia merasa lebih yakin tentang masa depannya. Dia tahu bahwa jalannya tidak akan mudah, namun dia siap untuk menghadapinya dengan penuh semangat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline