Sore hari tanggal 14 Desember ku niatkan dan tekadkan keinginanku untuk berobat ke dr. Samuel Arifin Simarga karena badan tidak enak yang diakibatkan oleh hidup tersumbat dan flu.
Tidak seperti hari biasanya, sore ini ternyata para pasien yang berobat cukup banyak sehingga diriku mendapatkan nomor antrian ke-14. Seperti biasa, tabiatku adalah menunggu dengan sabar manakala sedang mengantri.
Melihat hilir mudik kendaraan lalu lalang di tengah situasi kota Bandung yang masih belum stabil diakibatkan virus corona masih menyerang setiap sudut kota.
Di samping itu, tak sengaja aku renungkan perihal kondisi, situasi, dan apa yang ku sedang jalani di tempat praktik dokter Samuel. Orang yang datang untuk berobat hari ini, nampak ku lihat berbagai kalangan mulai dari anak kecil bahkan bayi, kanak-kanak, remaja, sampai dewasa.
Tak ku sangka pula bahwa hari itu orang yang menderita sakit sangatlah banyak. Di sela-sela menunggu antrian untuk diperiksa oleh dokter, ku berbincang dengan salah seorang tetangga yang bilang bahwa beliau tadi pagi sudah berusaha untuk berobat ke dokter Samuel, akan tetapi karena banyaknya pasien yang ingin berobat ujar beliau terhitung sampai 50 orang pasien. Dalam hatiku berkata, "Wow... Jumlah yang banyak".
Itu baru periksa keluhan penyakit secara umum yang biasa ditangani oleh dokter Samuel, sejenak ku meresapi dan merenung kejadian yang ku alami sampai pada satu kesimpulan bahwa sebenarnya yang dibutuhkan oleh manusia tidak perlu muluk-muluk ingin ini, ingin itu, sampai keinginan yang lainnya.
Akan percuma harta, pangkat, dan sederet kemewahan dunia tapi kalau kenikmatan untuk tetap sehat walafiat tidak terpenuhi. Dari perenungan ku itu maka sangat penting untuk menjaga kesehatan, kadang kita terlalu memporsir energi dan tenaga yang kita miliki untuk mengejar target dunia, tanpa sadar telah menabrak hak tubuh untuk beristirahat, akhirnya jika sudah sakit maka jalan terakhirnya adalah menemui dokter dalam rangka ikhtiar agar lekas sembuh.
Di masa pandemi seperti sekarang kiranya akan sangat miris bila kita masih menganggap enteng, masih berkumpul ria dengan karib tanpa mematuhi rambu-rambu prokes.
Kadang juga ku berpikir perjuangan para dokter yang menangani para pasien Covid-19 di rumah sakit begitu luarbiasa, dirinya mendermakan kepada bakti untuk menyelamatkan satu nyawa manusia yang amat sangat berharga. Masih kah kita tidak sayang kepada diri untuk menjaga kesehatan?
Sehat bukan untuk orang lain, tapi sudah sakit biasanya akan berdampak kepada orang lain. Dan satu hal yang perlu kita resapi juga tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya, tidak ada satu wabah atau satu ujian yang diberikan oleh Dia kepada mahluk tanpa penawar, pasti semuanya ada jalan dan akan sembuh. Yang terpenting adalah sadar akan kesehatan diri, karena kalau sudah sakit kita tidak bisa melakukan aktivitas dengan leluasa sebagaimana mestinya.
Penutup dari tulisan renungan ini bahwasannya bagi seorang muslim segala urusannya adalah hal terindah, tatkala ia mendapat ujian apapun termasuk penyakit maka ia bersabar. Dan bila didapati olehnya kesenangan maka ia bersyukur.