Ketika hidup terasa sumpek, malas, dan tidak memiliki arah serta tujuan yang jelas, Apa biasanya yang paling banyak dilakukan oleh kebanyakan dari kita? Jawabannya tentu akan berbeda-beda, dan apabila bisa dijawab maka dominan pasti akan memilih jawaban mengakhiri hidup, menyerah, dan pasrah. Kesumpekkan dalam hidup biasanya timbul akibat rutinitas yang itu-itu saja, tidak ada variansi aktivitas dalam menjalani hidup, adapun ketidakjelasan tujuan hidup disebabkan karena tidak memiliki life plan yang disusun, rinci, jelas, dan menukik pada tujuan yang ingin dan akan dicapai. Maka sangat penting dan perlunya plan hidup yang jelas, akan tetapi selain menyiapkan plan hidup ke depan akan seperti apa aktivitas santai dapat menjadi pilihan yang dipergunakan. Ya, betul refleksi diri dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi masalah kesumpekkan dalam hidup.
Dalam (KBBI 2012-2019) refleksi memiliki arti: (1) gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar; (2) gerakan otot (bagian badan) yang terjadi karena suatu hal dari luar dan di luar kemauan atau kesadaran; dan (3) cerimanan gambaran. Dari pengertian refleksi oleh KBBI online tersebut dapat menjadi dasar pengembangan selanjutnya terhadap pemaknaan refleksi diri.
Menarik untuk mengetahui definisi refleksi, salah satunya menurut (Yunus 2015) salah seorang dosen di Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) beliau mendefinisikan refleksi diri adalah aktivitas 3 T Tanpa 1 T, yaitu tafakur, tadabur, tasyakur, tanpa takabur. Hal tersebut sesuai dari pribadi seorang muslim. Apa? Seorang muslim ialah dia yang memikirkan secara mendalam dan radikal, tentang penciptaan dirinya, masyarakatnya, dan alam raya. Kemudian ia melakukan aktivitas pendalaman terhadap ayat-ayat atau nash Alquran sebagai dasar dalam pembuktian pada aktivitas tafakur tadi. Sehingga muncul dalam dirinya pribadi yang senantiasa bersyukur akan segala nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah selaku Rabbnya. Dan perbuatan yang harus dihindari oleh pribadi seorang muslim ialah sikap takabur. Kenapa? Karena takabur sejatinya hanya milik Allah semata, adapun dirinya hanyalah seorang abdullah yang berkhidmat hanya kepada-Nya.
Selanjutnya (Afrilia 2018) mendefinisikan refleksi diri yaitu meditasi atau pemikiran serius mengenai karakter, tindakan, dan motif seseorang. Sedangkan dalam pengertian yang lain, refleksi sangat penting dilakukan untuk bahan perbaikan atau tindakan yang lebih baik lagi ke depannya, berdasar pemodelan seperti Action, Looking back on action, Awareness of essential aspect, Creating alternative methods of action (ALACT). (Lisiswanti 2013)
Adapun pentingnya refleksi diri dalam pembahasan ini berangkat dari realita penulis yang mengalami kebosanan aktivitas dalam mengisi masa #dirumahsaja nya di tengah pandemic covid-19, sehingga penting rasanya untuk membahas refleksi diri sebagai bahan perbaikan ke depannya atas apa yang dilakukan selama 24 jam dalam sehari. Sehingga memunculkan pengertian bahwa refleksi diri merupakan suatu kegiatan yang penting dimana dalam proses refleksi diri kita dapat merenungkan jati diri kita yang sebenarnya seperti apa, kemudian merenungkan langkah-langkah ke depan akan bagaimana, terlebih pasca pandemi covid-19 nanti. Dan akhirnya refleksi diri menjadi salah satu kunci dalam mengisi hari-hari di rumah saja nya yang selanjutnya akan dijabarkan refleksi diri dapat dilakukan dengan dua cara lainnya yaitu dengan kontemplasi dan perenungan.
Berikutnya pernah kah kita saat di kala sendiri banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang apa pun itu, baik tentang kehidupan, kematian, pekerjaan, dan lain sebagainya? Secara tidak sadar diri kita banyak melakukan aktivitas bertanya pada diri sendiri sehingga lama kelamaan kita larut dan meresapi pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan pada diri sendiri. Dan menurut penulis hal tersebut wajar dilakukan untuk merefleksikan diri, adapun aktivitas bertanya secara mendalam dan terus-menerus tadi dinamakan dengan kontemplasi.
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. (Djuriatun 2011)
Dan tahukah para pembaca sekalian, kontemplasi apa yang paling nikmat? Kontemplasi yang paling nikmat adalah kontemplasi atas penciptaan diri, dan mengenal Tuhan, serta tujuan hidup. Barangkali kita sudah banyak jauh melampaui rambu-rambu yang telah diberikan oleh Tuhan dalam Alquran. Kita sangat layak dan pantas untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan esensial kepada diri kita, untuk apa kita diciptakan? Untuk apa kita hidup? Akan kemana kehidupan setelah kematian nanti? Mengapa kita diciptakan? Dan segudang pertanyaan lainnya sangat bisa kita ajukan pada diri kita. Tak lain dan tak bukan pertanyaan-pertanyaan tadi tidak bermaksud untuk menggiring kepada hal yang meragukan, akan tetapi semakin memantapkan diri kita kepada Tuhan mengenai hakikat dalam hidup, apa? Yaitu pengabdian penuh kepada-Nya dalam rangka beribadah untuk menjadi pribadi yang baik lagi ke depannya dari waktu ke waktu. Selebihnya selamat mencoba aktivitas kontemplasi yang menyenangkan tadi, apa? Yaitu menemukan hakikat sejatinya dari kehidupan.
Selanjutnya untuk merefleksikan diri di samping dapat melakukannya dengan kontemplasi yang lainnya yaitu dengan perenungan. Renungan berasal dari kata renung artinya memikirkan sesuatu jadi. Sedangkan Merenung adalah aktifitas berfikir mendalam (deep thinkings) yang sungguh berbeda dengan termenung.
Merenung adalah secara diam-diam memikirkan sesuatu hal kejadian yang mendalam. Dan Renungan adalah pembicaraan diri kita sendiri atau pembicaraan dalam hati kita tentang suatu hal. (Rachel 2012)
Dalam pengkajian islam perenungan itu sendiri disebut dengan tafakur. Tafakur adalah kegiatan berfikir atau merenungkan segala penomena yang terjadi di alam semesta. Baik itu dari suatu kejadian ataupun dari suatu pengalaman inderawi. Dalam Alquran surat Ali Imran ayat 190-191, Allah SWT memerintahkan manusia untuk bertafakur:
"Sesungguhnnya semua manusia diperintahkan untuk bertafakur menerenungkan tanda-tanda atau fenomena-fenomena alam ciptaan tuhan, agar timbul kesadaran bahwa dibalik itu ada dzat yang maha kuasa, yang maha agung, dan yang maha bijaksana yaitu sang pencipta, Allah SWT."