Lihat ke Halaman Asli

QLS

Diperbarui: 10 Juli 2021   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

QUARTER LIFE CRISIS

Proses perjalanan setiap orang akan memiliki alur cerita yang berbeda dan akan melewati beberapa tahap perkembangannya. Adapun perkembangannya dimulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga berlanjut usia. 

Disela-sela masa transisi setiap perkembangan individu akan memiliki keunikan pada perubahannya, antara lain: tugas, tuntutan, dan tanggungjawabnya yang harus dipenuhi oleh masing-masing individu. Sebuah fenomena yang kerap sekali terjadi ditengah-tengah masyarakat saat ini terhadap individu yang rentang usia 20 – 30 tahun. Pada tahap perkembangan tersebut, dimana banyak individu mulai terjadi perubahan, tuntutan, dan tanggungjawab dari lingkungannya sebagai tanda masa transisi dari remaja menuju dewasa. Sebagian individu mengeksplorasi dirinya yang membuat pada tahap ini penuh dengan ketidakstabilan. 

Adapun bila individu tidak mampu mengatasi segala permasalahan yang terjadi maka ditandai dengan adanya reaksi emosi seperti rasa cemas, frustasi, dan perasaan yang tidak berdaya yang disebabkan keluar dari zona nyaman dalam kehidupannya.

Terkadang mencoba hal baru itu tidak semudah dengan teori apalagi hanya sebatas angan, omongan, dan rencana. Adapula yang enggan keluar dari zona nyaman yang sudah lama tercipta. Padahal segala sesuatu yang dikhawatirkan bahkan ditakutkan, akan ada sebuah pelajaran berharga dan hikmahnya yang akan dapat kita temukan. Dari situlah akan mendapatkan sebuah makna, warna dan rasa yang akan selalu memperkaya hati dan pikiran terbuka luas. Kapanpun dan dimanapun harus siap akan terjadi perubahan tanpa diduga sebab biasanya ada saja hal-hal kecil yang terjadi secara tiba-tiba. Berjalannya waktu perkembangan setiap individu akan berganti dengan sendirinya sesuai masanya. Adapun masa perkembangan usia dimasa transisi telah ditandainya dengan perubahan, diantaranya: Hidup mandiri, pandangan tentang masa depan, dan kebebasan dalam berpendapat serta pilihan hidupnya. Akan tetapi, umur seseorang bukanlah sebuah jaminan untuk menjadikan orang tersebut dewasa. Ada banyak hal yang dapat mendominasi sebuah reaksi seseorang terhadap pola pikir. Lingkungan hidup merupakan salah satu kelompok yang mempengaruhi disetiap aral melintangnya kehidupan. Jika kita mengetahui, di usia keemasan produktifitas tinggi dengan adanya banyak target yang ingin dicapai hingga urusan masa depan salah satu cerminan bahwa saatnya lebih mengeksplorasi hidupnya.

Rentan di usia 20-30 tahun saat ini banyak sekali seputar pertanyaan, dimana mereka mulai menanyakan tentang diri mereka. misalnya, “Apa yang sebenarnya dikejar dalam hidup?”, “Apa yang harus diraih dan dimiliki supaya hidup bisa stabil dari segala penjuru?”…… dari sinilah terkadang muncul sebuah rasa kecewa. Sebab akibat seseorang memasuki fase seperti ini sering kali merasa banyak tekanan sehingga stress yang menyebabkan keraguan dalam menjalani sebuah komitmen diberbagai bidang. Kebiasannya orang yang mengalami krisis merasa tidak yakin dengan komitmen yang sudah sejak lama diinginkan dan belum tentu berhasil dalam jangka waktu panjang. Pola pikir seperti ini yang sering kali menghantui sehingga membuat maju mundur untuk selalu terus belajar memperbaiki kualitas dirinya.

Orang-orang yang sedang mengalami quarter life crisis sudah dipastikan mereka sedang mempertanyakan dirinya sendiri. Pertanyaanyapun beragam, salah satunya mempertanyakan perannya didalam masyarakat sebagai apa dan bagaimana,  disertai perasaan campur raduk dengan perasaan ketakutan, kesedihan, dan kekhawatiran. Adanya bergejolaknya hati disebabkan ketidak jelasan tentang diri sendiri dimasa yang akan datang. Fase ini seperti dimana orang sedang mengalami krisis identitas, nilai diri sendiri, dan kepercayaan terhadap kehidupannya sama masyarakat khalayak umum. Selain hal itu, adanya tekanan dari pihak keluarga, orang-orang terdekat, dan masyarakat sebagaimana individu menjalani kehidupan di usia dewasanya. Dampaknya dari krisis tersebut dapat mengarahkan seseorang menuju kearah depresi dan gangguan psikis lainnya. 

Kehidupan zaman sekarang semakin kompleks, membuat banyaknya tuntutan masyarakat sehingga menyebabkan sebuah tekanan dari segala penjuru. Salah satu yang terkena dampaknya tersebut adalah anak muda yang rentan usia 20-30 tahun. Dimana usia tersebut dituntut untuk mandiri secara finansial, memilih bekerja, menikah, atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Menentukan sebuah pilihan tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Ada banyak hal yang harus dikaji ulang mengenai dampak jangka pendek dan panjangnya. Akankah bisa mewujudkan sebuah keberhasilan atau sebaliknya, disinilah akan bermunculan sebuah keraguan. Menghadapi adanya pilihan yang terkadang sulit dihindari namun harus tetap memilih dan bertanggung jawab atas segala resiko dengan apa yang sudah menjadi jawabannya dari semua pilihan. Hidup itu selalu maju bukan mundur, jadi apapun yang terjadi kedepannya tetap terus maju.

Semakin bertambahnya usia, akan semakin sadar bahwa berdamai dengan diri sendiri itu sangat diperlukan dan harus terus dipelajari dengan benar supaya tahu bagaimananya caranya. Supaya kedepannya tidak kaget dengan apa yang sudah ditakdirkan olehnya. Belajar untuk menghadapi dan menerima kenyataan yang tidak bisa lari, disebabkan adanya keinginan, rencana, dan sebuah hasil yang belum berkehendak untuk dimiliki dan diraih dalam waktu yang bersamaan. Selalu belajar untuk lebih lapang dada disetiap rencananya, karena bumi itu selalu berputar bukan cuman hanya manusia saja, tapi ada manusia lain yang perlu merasakan bahagia. Berbekal pengalaman atas kekecewaan yang sudah berulang kali, sekarang semakin bisa untuk “ya sudah”, mau gimana lagi,,,,,, Berbekal usaha dan doa yang tidak langsung ada jawabannya sekarang jadi bisa “Ya sudah, belum rezeki”. Semesta bukannya jahat, kitanya yang harus kuat dan kokoh disetiap perjumpaan kejutan darinya. Semesta bukan pilih kasih, kitanya yang harus banyak mengerti. Sebab kehidupan itu berproses sesuai fase, dimana ada masa sulit hingga bisa mengubah nasibnya. Disaat fase itulah seseorang pasti akan merasa dirinya lemah dan berfikir kenapa ya hidupku begini. Namun jangan sampai berlarut-larut terhipnotis dengan keadaan sehingga tidak produktif sama sekali.

Ibaratnya sedang mendaki gunung, hingga bagaimana caranya untuk bisa sampai dipuncak teratas sehingga berpikir bagaimana caranya bisa melusuri segala aral melintang disetiap sudut perjalanan sampai berada dipuncak teratas. Perjalanan hidup seseorang penuh dengan drama yang harus dilalui. Tentunya setiap orangnya berbeda, begitu pula dengan caranya. Ada kemungkinan sama ceritanya, prosesnya pun bisa sama tapi soal hasil belum tentu sama makanya jangan malu untuk bertanya supaya tidak tersesat dikemudian harinya. Hidup itu terus berjalan begitu pula dengan waktu, maka baiknya lakukan sebaik mungkin dengan mengunakan waktu sebaik-baiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline