Lihat ke Halaman Asli

Ali Iskandar

Pelayan Maszawaibsos

Zaman Fatrah, Efeknya Pada Umat Dan Tahun Baru

Diperbarui: 9 Februari 2025   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


@ ali iskandar.

Zaman fatrah adalah masa kekosongan kenabian. Masa ini menimpa pada umat pasca Nabi Isa dan umat setelah tiadanya Nabi Ismail.

Ayat yang ke-6 dari jantung Alquran surah Yasin memberikan sinyal tentang zaman fatrah itu. Allah berfirman : "Agar supaya kamu memperingatkan kepada kaum yang nenek moyang mereka belum pernah diberi peringatan karena itu mereka lalai".

2 Versi "Bacaan" Dan Efeknya.

Hamami Zada membaca ayat ini dengan fokus pada huruf "ma undziro" dengan pemahaman nafi, berarti "tidak pernah". Efeknya adalah ayat ini menyasar pada keturunan Nabi Ismail AS sampai hadirnya Nabi Muhammad SAW yang berada di Makkah (tt : 2).
Sedangkan versi pemahaman berikutnya, "ma undzira", dimaknai dengan maushul. Memiliki arti "yang". Sehingga yang dimaksud adalah "... yang diperingatkan kepada nenek moyang mereka". Pemahaman ini merujuk pada umat pasca wafatnya Nabi Isa sampai hadirnya Nabi Muhammad SAW (Zada, tt ; 2). Kedua nabi tersebut berjarak sekitar 500 tahun.

Apapun versi bacaan di atas memberikan pesan tersurat bahwa para umat terdahulu melakukan praktik penyimpangan ideologis bahkan penentangan pesan wahyu Tuhan.
Penyimpangan itu diakibatkan oleh rentangnya kekosongan kenabian. Dalam arti tiadanya bimbingan spiritual, yang memberikan petunjuk untuk kehidupan mereka. Mereka mengalami penyimpangan berketuhanan. Yang Semestinya menyembah Tuhan Yang Esa berganti kepada penyembahan terhadap patung-patung yang mereka bikin sendiri.

Efek dari penyimpangan ini berupa penyembahan patung. Penyembahan berhala ini adalah tradisi jahiliyah selama bertahun-tahun. Mereka berlaku ideologi ini mendasarkan pada akal yang minus wahyu. Tradisi penyembahan ini mereka klaim bahwa itu adalah kebenaran hakiki. Klaim sepihak tanpa didasari oleh wahyu inilah, yang secara langkah demi langkah semakin menjauhkan kehidupan spiritual mereka kepada kehidupan spiritual jahiliyah.

Al Jalalain tradisi penyembahan ini dengan memaknainya dengan lalai dari iman dan petunjuk. Keimanan tanpa wahyu yang berlangsung selama ratusan tahun itu mengendap ke dalam alam bawah sadar mereka. Selanjutnya menjadi sebuah kebenaran yang mentradisi (tt : 373).

Sedangkan Ash Shabuni berpendapat bahwa kelalaian mereka dari petunjuk dan iman menjadikan mereka tenggelam ke dalam kegelapan syirik dan penyembahan terhadap berhala. Yang demikian ini mendekatkan mereka kepada kebenaran akan azab, yang mendorong mereka kepada kekufuran dan kedustaan (1999, J. 3 : 4).

Nabi hadir sembari membawa risalah Allah SWT. Memberitahukan kepada mereka akan hakikat sesembahan yang sebenarnya. Yakni Allah SWT. Bukan tanpa tantangan sang Nabi membawa risalah baru di tengah tradisi mereka yang sudah mengakar itu. Penentangan terhadap risalah tersebut merupakan dipandang sebagai sesuatu yang wajar belaka. Dalam sajian sejarah, ada banyak kisah, bagaimana kaum kafir khususnya dari pengikut kakek beliau, melakukan penentangan terhadap dakwah Nabi SAW. Kuatnya akar penyimpangan berketuhanan itulah yang menjadikan menjiwai dalam keyakinan yang menyimpang tersebut.

Tiadanya Pembimbing -- Penyimpangan Spiritual.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline