Lihat ke Halaman Asli

Ali Iskandar

Pelayan Maszawaibsos

Syahadat, Alam dan Kesaksian Manusia

Diperbarui: 3 Juli 2024   05:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Syahadat muslim berkait erat dengan lingkungannya. Dalam al-Quran, kalimat syahadat diibaratkan sebagai  pohon yang akarnya, eguh cabangnya menjulang ke langit dan menghasilkan setiap buah yang banyak lagi lezat. (QS 14:24). 

Secara harfiah syahadat merupakan pengakuan seorang mukmin atas Tuhannya.  Syahadat  terhadap Tuhan digambarkan dalam al Qur'an itu merupakan pengakuan yang harus dibenarkan oleh hati, juga harus diucapkan agar diketahui oleh pihak lain. Dari ucapan itulah, si pengucap memperoleh hak dan kewajibannya sebagai seorang muslim dari komunitas lainnya.


Prof Qurais Shihab menyebutkan dengan syahadat seorang muslim paling tidak mengakui keberadaan tiga pihak. Yaitu pertama Allah dengan segala sifat-Nya yang Maha Sempurna. Kedua si pengucap yang menyadari kelemahannya di hadapan Allah.  Dan ketiga pihak lain yang mendengar atau mengetahui persaksian itu (Shihab, 2007:189). Tentu sungguh berbeda sikap seorang yang hanya menyadari keberadaan dirinya dengan mereka yang tidak menyadari bahwa ia adalah makhluk lemah di hadapan Allah. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan pihak-pihak lain dalam lingkungannya, sehingga harus selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya itu. Inilah kaitan pertama antara ia dan lingkungan secara terbatas.


Redaksi ayat tersebut diatas memberitakan bahwa pengakuan akan keesaan Allah, akan melahirkan sekian banyak buah. Salah satunya adalah keyakinan bahwa segala sesuatu adalah ciptaan Allah dan milik-Nya. Keyakinan ini mengantarkan muslim untuk menyadari bahwa ada persamaan antara dirinya dengan makhluk lain adalah umat Tuhan. Burung-burungpun adalah umat seperti halnya manusia (QS 6:38). Pohon-pohon harus dipelihara. 

Ada cerita pemeliharaan itu bukan hanya dalam masa damai, di masa perang pun terlarang menebangnya. Mengapa ? semuanya harus ruang izin Allah. Dalam arti harus sejalan dengan tujuan penciptaan Nya yakni kemaslahatan bahwa semua adalah milik Allah. Ia-lah yang mengantarkan manusia untuk menyadari bahwa apa yang berada dalam genggaman tangannya dan jangkauan jangkauan kemampuannya tidak lain kecuali amanah dari Nya. Sehingga setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap tetes hujan yang tercurah dari langit, setiap nikmat yang dianugerahkan Allah akan diminta untuk dipertanggungjawabkan. 

Demikian kandungan penjelasan penjelasan at Takatsur ayat 8. Dengan demikian manusia bukan hanya dituntut agar tidak lalai terhadap ciptaan tuhan, tetapi juga dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya ditempati oleh pemilik Allah menyangkut kedudukannya itu.


Tujuan sang pencipta menciptakan makhluk tersebut  agar menyesuaikan diri dengan koridor sunnah Nya. Ada orang yang mengingatkan sayang memetik bunga sebelum memetik bunga yang sebelum berkembang bahkan dilarang. Menggunakan air berlebihan adalah pemborosan dan harus dicegah walaupun itu dalam kebaikan.

Disunnahkan paling banyak membasuh anggota tubuh masing-masing adalah sebanyak 3 kali meskipun berwudhu di sungai yang mengalir dan melimpah ruah. Pemikiran pesan Nabi manusia muslim dituntut membagi-bagikan rahmat kepada seluruh alam. Alam  adalah segala sesuatu selain Tuhan. 

Ini  berarti bahwa ia harus dapat bersahabat dengan alam dan harus memberi kesempatan untuk mencapai tujuan penciptaannya. Harus pula menghormati proses-proses yang tumbuh dan dituntut untuk tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, kelompok atau bahkan sejenisnya. Tetapi juga memikirkan segala sesuatu yang berada di dalam alam raya ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline